ccii mut

Sabtu, 13 Juli 2013

HIV/ AIDS

Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalahini. Di dalam makalah ini kami sudah berupaya semampu kami, namun apabila ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun bahasanya, kami mengharapkan adanya masukan dan saran perbaikan dan kesempurnaan kasus ini. . Dalam hal ini kami judul makalah kami yaitu “HID/AIDS”.
Penulisan makalah kasus ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan baik moril maupun material dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Wasiyem Akp.Spd selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada kami dalam penulisan makalah ini.
Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan tentang HIV / AIDS. Sehingga kita semua dapat terhindar dari penyakit berbahaya tersebut.



                                                                                                Tebing Tinggi, Desember 2012

                                                                                                                        (                                   )

                                                                                                                                                                Penulis



       




Daftar Isi
Kata penghantar ………………………………………………………………………..     
Daftar Isi ……………………………………………………………………………….    
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………..
a.       Latar Belakang masalah.……………………………………………………………      
b.      Tujuan Penulisan …………………………………………………………………..
Bab II Pembahasan ……………………………………………………………………    
a.    Denifisi HIV dan AIDS ……………………………………................................
b.    Penyebaran HIV dan AIDS ……………………………………..........................
c.    Epidemiologi HIV / AIDS ……………………………………………………….
d.    Etiologi HIV/ AIDS………………………………………………………………
e.    Patofisiologi HIV / AIDS  …................................................................................
f.      Kategori Klasifikasi HIV / AIDS ……………………………………………….
g.     Stadium Pada HIV / AIDS……………………………………………………….
h.     Masa Inkubasi HIV / AIDS………………………………………………………
i.       Gejala Infeksi HIF / AIDS ……………………………………………..............
j.       Dampak Dari HIV / AIDS ……………………………………………………..
k.     Cara Penularan HIV / AIDS ………………………………………..................
l.       Cara Pencegahan HIV / AIDS ………………………………………………….
m.     Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………..
n.       Pengobatan Pada HIV/AIDS dengan ARV……………………………………
o.     Cara Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak …………………………………..
p.     Pemberian ASI dari Ibu dengan HIV/AIDS ………………………………………
q.     Peran Bidan dalam Menghadapi Pasien dengan HIV/AIDS ……………………...
r.      Tujuan Penanggulangan HIV/AIDS ………………………………………………
Bab  III Penutup …………………………………………............................................
a.      Kesimpulan ……………………………………………………..........................
b.     Saran ………………………………………………………………………………
c.     Daftar Pustaka …………………………………………………………………....














BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang ditandai dengan gejala menurumya sistem kekebalan tubuh. Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit.
Permasalahan HIV dan AIDS bukan saja menjadi masalah nasional akan tetapi sudah menjadi masalah global karena lebih dari 40 juta jiwa manusia di dunia hidup dengan HIV. Secara nasional, berdasarkan data September 2005 jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 8.251 kasus dan yang sduah memasuki fase AIDS sebanyak 4.065 kasus. Dari jumlah tersebut kelompok yang paling berisiko adalah kelompok pengguna narkoba suntik, yaitu sebesar 59,9%. Pada tahun 2008, bila diakumulasikan sejak tahun 1987, pengidap HIV dan kasus AIDS telah berjumlah 6.554 HIV dan 16.110 penderita AIDS. Jumlah penderita HIV dan AIDS sebesar 222.664 dengan jumlah kematian 3.362 kasus.
Ada lingkaran setan antara HIV/AIDS dan malnutrisi. Hal ini dikarenakan malnutrisi pada penderita dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat meningkatkan perkembangan infeksi HIV. Infeksi HIV akan mempengaruhi status nutria dan status imun ODHA. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis. Sebagian besar pasien HIV/AIDS di Indonesia mengalami malnutrisi. Bahkan sebagian sudah masuk dalam kategori wadting syndrome, yaitu suatu keadaan dimana pasien mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10% atau yang mempunyai indeks massa tubuh kurang dari 20 kg/m2 sejak kunjungan terakhir atau kehilangan berat badan lebih dari 5% dalam waktu 6 bulan, yang bertahan selama 1 tahun. (Zubair Djoerban, dkk:2005).
Wasting syndrome merupakan penggambaran yang dipaparkan seorang ODHA mengalami KEP karena adanya malnutrisi. Karena, seperti yang dipaparkan di atas, ketika seseorang mengalami kondisi wasting syndrome, maka hal tersebut telah masuk kategori gejala mayor bagi penderita HIV/AIDS. Hal ini sangat memprihatinkan. Karena, nutrisi yang baik akan menjaga sistem imun ODHA tetap kuat, sehingga penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dapat dilawan. Selain itu, asupan gizi yang baik dapat membantu proses di dalam tubuh untuk memetabolisir obat-obatan yang dikonsumsi oleh ODHA itu sendiri.
Infeksi HIV ini antara lain mengakibatkan ketidakmampuan mengabsorbsi zat gizi dari makanan, perubahan metabolisme, serta berkurangnya asupan makanan akibat ge1ala-gejala yang terkait HIV, sehingga menyebabkan penurunan berat badan dan infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik merupakan infeksi yang. ter.iadi pada ODHA ketika kekebalan tubuhnya sudah sangat rendah. sehingga berbagai penyakit yang tadinya dapat diatasi dengan tnudah oleh sistem imun tubuh. malah meniadi sangat berbahaya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas masalah mallnutrisi pada penderita HIV AIDS
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Tuiuan unum penulisan makalah ini adalah untuk membahas penyebaran Penderita HIV/AIDS.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya penyakit HIV/AIDS
2.      Untuk mengetahui gejala yang dialami penderita.
3.      mengetahui bagaimana penularan AIDS,
4.      siapa saja yang kemungkinan besar bisa tertular AIDS,
5.      serta segala sesuatu yang berhubungan dengan AIDS.










BAB II
PEMBAHASAN
A.  Defenisi HIV /AIDS
Acquired immunodeficiency syndrome sindrom defisiensi imun atau didapat (AIDS) adalah penyakit dari sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari  Human Immunodeficiency Virus.
AIDS pertama kali diakui oleh US Centers for Disease Control dan Pencegahan pada tahun 1981 dan penyebabnya, HIV, yang diidentifikasi pada awal tahun 1980.
Meskipun pengobatan untuk AIDS dan HIV dapat memperlambat perjalanan penyakit, saat ini belum ada vaksin atau obat. ART mengurangi mortalitas baik dan morbiditas infeksi HIV, tetapi obat ini mahal dan rutin akses terhadap pengobatan antiretroviral tidak tersedia di semua negara. Karena kesulitan dalam mengobati infeksi HIV, mencegah infeksi adalah tujuan kunci dalam mengendalikan pandemi AIDS, dengan organisasi kesehatan mempromosikan seks aman dan jarum program pertukaran dalam upaya untuk memperlambat penyebaran virus.
B.  Sejarah penyebaran virus Human Immunodeficiency Virus
Penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) mulai pada pertengahan hingga akhir 1970-an, tetapi dianggap ada di Afrika selama bertahun-tahun. Kasus pertama diketahui di Afrika tengah tetapi kematian disalahkan pada tuberkulosis dan penyakit lain. Penelitian epidemiologi penyakit HIV dimulai pada 1981 setelah perjangkitan pertama suatu bentuk kanker yang jarang, sarkoma Kaposi, dan pneumonia Pneumocystis carinii di beberapa kota di AS.
Pada 1982, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), di Atlanta, AS, mendefinisikan sindrom kanker dan penyakit menular sebagai Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS): sebagaimana pengertian tentang gejala lanjutan infeksi HIV muncul dan terjadi perubahan pada diagnosis, definisi AIDS CDC beberapa kali diubah. Pada 1983, virus penyebab AIDS dikenal di Perancis: pada awalnya diberi nama HTLV-III atau LAV dan kemudian diubah menjadi HIV.
Epidemi HIV/AIDS, selama dua dasawarsa belakangan ini, telah menyebar ke lebih 190 negara di semua benua. UNAIDS memperkirakan bahwa, pada akhir 2000, ada 36,1 juta orang yang hidup dengan HIV/AIDS, dengan 90 persen di negara berkembang.
Sejarah Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia
Rupanya era globalisasi saat ini menyebabkan dunia tampak semakin kecil, negara tidak mempunyai batas-batas lagi. Perpindahan penduduk menjadi begitu mudah, demikian juga dengan HIV, bisa berpindah dari satu negara ke negara lainnya dengan leluasa hingga akhirnya sampai ke Indonesia. Kasus HIV/AIDS pertama di Indonesia diidentifikasi di Bali pada seorang laki-laki asing yang kemudian meninggal pada April 1987. Akan tetapi, penyebaran HIV di Indonesia meningkat setelah tahun 1995. Hal ini dapat dilihat pada tes penapisan (screening) darah donor yang positif HIV meningkat dari 3 per 100.000 kantong pada 1994 menjadi 16 per 100.000 kantong pada tahun 2000. Peningkatan 5 kali lebih tinggi dalam waktu 6 tahun.

Sejak tahun 1999 terjadi fenomena baru penyebaran HIV/AIDS yaitu infeksi HIV mulai terlihat pada para pengguna Narkoba suntik. Penularan pada kelompok ini terjadi secara cepat karena penggunaan jarum suntik bersama. Sebagai contoh, pada tahun 1999 hanya 18% pengguna narkoba suntik yang dirawat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta yang terinfeksi HIV. Akan tetapi pada tahun 2000 angka tersebut meningkat dengan cepat menjadi 40% dan pada tahun 2001 menjadi 48%.Fakta baru pada 2002 menunjukkan bahwa penularan infeksi HIV juga telah meluas ke rumah tangga. Di beberapa wilayah di Jakarta dilaporkan bahwa sekitar 3% dari 500 ibu hamil yang dites secara sukarela dalam kegiatan VCT (Voluntary Counseling and Testing) sudah terinfeksi HIV.Jadi, semua jenis penularan HIV ada di negara kita dan sudah mengenai siapa saja bahkan hingga ke ibu rumah tangga dan bayi yang dikandungnya
C.  Epidemiologi HIV/AIDS
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak.  Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.
Menurut WHO Global Summary of the AIDS epidemic 2009 mengatakan bahwa jumlah orang yang terjangkit virus HIV mencapai 33,3 juta orang dan yang meninggal akibat penyakit AIDS pada tahun 2009 mencapai 1,8 juta orang .
Para ahli epidemiologi Indonesia memproyeksikan bila tidak ada peningkatan upaya penanggulangan yang berarti, maka pada 2010 jumlah kasus AIDS menjadi 400.000 orang dengan kematian 100.000 orang, dan pada 2015 menjadi 1.000.000 orang dengan kematian 350.000 orang. Kebanyakan penularan tetap terjadi pada sub-populasi berperilaku berisiko kepada isteri atau pasangannya. Diperkirakan pada akhir 2015 akan terjadi penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari 38,500 anak yang dilahirkan dari ibu yang HIV positif.
D.  Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
·         Periode jendela.
Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi
·         Fase infeksi HIV primer akut.
Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
·         Infeksi asimtomatik.
Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
·         Supresi imun simtomatik.
Diatas 3 tahun dengan gelaja demam, keringat malam hari, berat badan menurun, diare, lemas.
·         AIDS.
Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan   infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
E.   Patofisiologi
Hasil penelitian meunjukan bahwa penyebab  Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) Adalah human Immunodeficiency virus (HIV) , yang melekat dan memamsuki limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologi lain, dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap . sel – sel ini , yang memperkuat dan mengulang respon imunologi , diperlukan untuk mempertahankan kesehatan yang baik , dan bila sel- sel tersebut berkurang dan rusak , maka fungsi imunologi lain mulai terganggu.
Hiv dapt pula menginfeksi makrofak, sel- sel yang dipakai virus untuk melewati sawar darah otak masuk kedalam otak . fungsi limfosit B juga terpengaruh, dengan peningkatan produksi immunoglobulin total sehubungan dengan penurunan produksi antibody spesifik. Dengan memburuknya system imun secara progresif, tubuh menjadi semakin rentan terhadap infeksi oportunis dan juga berkurang kemampuanya dalam memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikna sebagi penyakit multi system yang dapat bersifat dorma selam bertahun – tahun sambil menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan perkembangan dan manifestasi klinis dari penyakit ini bervariasi dari orang ke orang.

F.   Katogeri Klasifikasi HIV/AIDS
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.
  1. Kategori Klinis A ( Gejala Ringan )
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C
  1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
  2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty )
  3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
  1. Kategori Klinis B ( Gejala Sedang )
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
  1. Angiomatosis Baksilaris
  2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi
  3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
  4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
  5. Leukoplakial yang berambut
  6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton saraf.
  7. Idiopatik Trombositopenik Purpura
  8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii


  1. Kategori Klinis C ( Gejala Hebat )
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
  1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
  2. Kanker serviks inpasif
  3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
  4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
  5. Kriptosporidosis internal kronis
  6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
  7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
  8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
  9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
  10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
  11. Isoproasis intestinal yang kronis
  12. Sarkoma Kaposi
  13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
  14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
  15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
  16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
  17. Pneumonia Pneumocystic Cranii
  18. Pneumonia Rekuren
  19. Leukoenselophaty multifokal progresiva
  20. Septikemia salmonella yang rekuren
  21. Toksoplamosis otak
  22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
Siklus hidup HIV
Siklus hidup HIV terbagi menjadi 5 fase yaitu :
·         masuk dan mengikat
·         reverse transcriptase
·         replikasi
·         budding
·         maturasi
Tipe HIV
Tipe HIV yang dapat menyebabkan AIDS :
·         HIV - 1
·         HIV - 2
HIV-1 bermutasi lebih cepat karena replikasi lebih cepat
Sifat-sifat khusus HIV:
v  morfologi : membentuk tonjolan pada permukaan sel
v  densitas : 1.16-1.17 pada gradient sukrosa
v  struktur antigenic
v  asam nukleat
v  tropisma
v  sitopatologi
v  virus
G.  Pembagian stadium pada HIV :
1.      Stadium pertama : HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologis ketika antibody terhadap virus tersebut  berubah dari negatif menjdi positif . rentang waku sejak HIV masuk kedalam tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi positif disebut window period . lama window period anara stu sampai 3 bulan , bahkan ada yang dapat berlangsung sampai enam bulan
2.      Stadium kedua : asimpomatik ( tanpa gejala )
asimptomatik bearti bahwa di dalam organ tubuh terhadap HIV eapi tubuh tidak menunjukan gejala – gejala . keadaan ini dapa langsung rerata selama 5 – 10 ahun . cairan tubuh pasien HIV / AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain .
3.      Stadium ketiga : pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( persisent generalized lymphadenopathy ) , tidak hanya muncul pada satu tempat saja , dan berlangsung lebih tua satu bulan .
4.      Stadium keempat : AIDS
keadaan ini disertai adanya bsrmacam – macam penyakit , antara lain penyakit      konstitusional  penyakit saraf , dan penyakit  infeksi sekunder
H.  Masa Inkubasi HIV/AIDS
Penyakit AIDS mempunyai masa inkubasi, yaitu masa tunas virus AIDS (HIV) menjadi AIDS. Ketika mulai masa inkubasi atau mulai terjangkitnya HIV, jumlah sel CD-4 (sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia) dalam tubuh perlahan-lahan akan berkurang sampai setengahnya. Ini berarti tubuh telah kehilangan setengah dari kekebalannya. Dalam kondisi seperti ini penderita masih memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi selama 9-10 tahun.
Tetapi setelah melewati 9-10 tahun, jumlah sel CD-4 dalam tubuh akan semakin berkurang dan akhirnya sudah tidak berfungsi lagi. Pada saat inilah penderita tersebut menjadi penderita AIDS. Kesimpulannya apabila seseorang manusia telah mengidap penyakit AIDS, berarti ia telah terinfeksi HIV sekitar 9-10 tahun. Pada masa ini berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah dan menyebabkan penderitanya tersiksa sampai kematian datang menjemputnya.
Masa Inkubasi HIV/AIDS untuk anak
masa inkubasi umumnya 6 bulan sampai 5 tahun , tetapi kadang-kadang lebih lama . pada anak , inkubasi umumnya lebih pendek daripada orang dewasa . Blanche (1986) menemukan masa inkubasi 2 sampai 24 bulan . Hal ini mungkinn karena system imun anak masih belum matur . bayi yang mendapat infeksi secara perinatal , mempunyai umur rata-rata 17 bulan dengan median 9 bulan pada waktu diagnosis menderita penyakit AIDS berdasarkan criteria CDC. sedangkan yang mendapat infeksi secara transfuse , jarak antara dan diagnosis rata-rata adalah 24 bulan dengan median 17 bulan.
I.      Gejala Infeksi HIV/ AIDS
Gejala Utama /Mayor :
1.      selalu merasa lelah
2.      demam yang berlangsung lebih dari 3 bulan, keringat malam, 
3.      penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya lebih dari 10 % dalam 3 bulan
4.      bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang,
5.      pernafasan pendek,
6.      diare berat lebih dari 1 bulan berulang maupun terus - menerus,
7.      TBC
Gejala Mayor
1.      infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan,
2.       vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.
3.      pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha
4.      batuk kronis selama lebih dari 1 bulan
5.      munculnya herpes zoster berulang dan bercak – bercak gatal diseluruh tubuh

Salah Satu Pasien dENGAN hiv/aids


Bayi Yang meninggal karena HIV/AIDS
J.     Dampak HIV/ AIDS
Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah : menurunnya kualitas dan produktivitas SDM (usia produktif=84%); angka kematian tinggi dikarenakan penularan virus HIV/ AIDS pada bayi, anak dan orang tua; serta adanya ketimpangan sosial karena stigmatisasi terhadap penderita HIV/ AIDS masih kuat.
K. Cara Penularan HIV/AIDS
HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen), cairan vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air kencing, air mata dan keringat yang mengandung virus dalam jumlah kecil tidak berpotensi menularkan HIV.
Penularan AIDS dapat dibagi dalam 2 jenis :
a.      Secara Kontak Seksual
1. Ano-Genital  : Cara hubungan seksual ini merupakan perilaku seksual dengan resiko tertinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi kaum mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari pengidap HIV.
2. Ora-Genital   : Cara hubungan ini merupakan tingkat resiko kedua, termasuk menelan semen dari mitra seksual pengidap HIV.
3. Genito-Genital / Heteroseksual
Penularan secara heteroseksual ini merupakan tingkat penularan ketiga, hubungan suami istri yang mengidap HIV, resiko penularannya, berbeda-beda antara satu peneliti dengan peneliti lainnya.



  1. Secara Non Seksual
Penularan secara non seksual ini dapat terjadi melalui :
1. Transmisi Parental
Penggunaan jarum dan alat tusuk lain (alat tindik, tatto) yang telah terkontaminasi, terutama pada penyalahgunaan narkotik dengan mempergunakan jarum suntik yang telah tercemar secara bersama-sama. Penularan parental lainnya, melalui transfusi darah atau pemakai produk dari donor dengan HIV positif, mengandung resiko yang sangat tinggi.
2. Transmisi Transplasental
Transmisi ini adalah penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak, mempunyai resiko sebesar 50%. Disamping cara penularan yang telah disebutkan di atas ada transmisi yang belum terbukti, antara lain:
Ø  ASI
Ø  Saliva/Air liur
Ø  Air mata
Ø  Hubungan sosial dengan orang serumah
Ø  Gigitan serangga
Walaupun cara-cara transmisi di atas belum terbukti, akan tetapi karena prevalensi HIV telah demikian tinginya di Amerika Serikat, maka tetap dianjurkan :
·         Ibu yang mengidap supaya tidak menyusui bayinya.
·         Mengurangi kontaminasi saliva pada alat seduditasi pada saat berciuman dan pada anak-anak yang mengidap HIV yang menderita gangguan jiwa dan sering digigit serangga.
·         bagi dokter ahli mata dianjurkan untuk lebih berhati-hati berhubungan dengan air mata pengidap HIV.
Perlu diketahui AIDS tidak menular karena :
1.      Hidup serumah dengan penderita AIDS (Asal tidak berhubungan seksual)
2.       Bersentuhan dengan penderita.
3.      Berjabat tangan.
4.      Penderita AIDS bersin atau balik di dekat kita.
5.      Bersentuhan dengan pakaian atau barang lain dari bekas penderita.
6.      Berciuman pipi dengan penderita.
7.      Melalui alat makan dan minum.
8.      Gigitan nyamuk dan serangga lainnya.
9.      Bersama-sama berenang di kolam.

 Kelompok Pelaku Risiko Tinggi 
1.      1.Usia
·         20-34 tahun pada laki-laki
·         16-24 tahun pada wanita
2.      2.Pelancong
3.      3.Pekerja sex komersial
4.      4.Pecandu narkotik
5.      5.Homosex

L.   Cara Pencegahan HIV/AIDS
Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku beresiko yaitu :
1. Pencegahan melalui hubungan seksual
HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti berperan dalam penularan AIDS adalah mani, cairan vagina dan darah.
HIV dapat menyebar melalui hubungan seksual pria ke wanita, dari wanita ke pria dan dari pria ke pria.
Setelah mengetahui cara penyebaran HIV melaui hubungan seksual maka upaya pencegahan adalah dengan cara :
·         Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif, namun tidak mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan biologis.
·         Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual yang setia dan tidak terinfeksi HIV (homogami)
·         Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
·         Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS.
·         Tidak melakukan hubungan anogenital.
·         Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan kelompok resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.
·         Tidak melakukan hubungan seks pra nikah
·         Tidak berganti-ganti pasangan
·         Apabila salah satu pihak sudah terinfeksi HIV, gunakanlah kondom.
2. Pencegahan melalui darah
Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS. Penularan AIDS melalui darah terjadi dengan :
·         Transfusi darah yang mengandung HIV.
·         Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas pakai orang yang mengidap HIV tanpa disterilkan dengan baik.
·         Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV.
·         Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penularan melalui darah adalah:
·         Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan jalan memeriksa darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan sebab memerlukan biaya yang tingi serta peralatan canggih karena prevalensi HIV di Indonesia masih rendah, maka pemeriksaan donor darah hanya dengan uji petik.
·         Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi donor darah. Apabila terpaksa karena menolak, menjadi donor menyalahi kode etik, maka darah yang dicurigai harus di buang.
·         Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku setiap kali habis dipakai.
·         Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus disterillisasikan secara baku.
·         Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan penyuntikan obat ke dalam badannya serta menghentikan kebiasaan mengunakan jarum suntik bersama.
·         Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)
·         Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV.
·         Transfusi darah dengan yang tidak terinfeksi.
·         Sterilisasi jarum suntik dan alat-alat yang melukai kulit.
·         Hindari pengguna narkoba.
·         Tidak menggunakan alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur dan sikat gigi berdarah dengan orang lain.
·         Steril peralatan medis yang berhubungan dengan cairan manusia
3. Pencegahan penularan ibu kepada anak
Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut kepada janinnya. Penularan dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah bayi di lahirkan.
·         Ibu yang telah terinfeksi HIV agar mempertimbangkan kehamilannya.
·         Tidak menyusui bayinya.
·         Mengkonsumsi obat anti HIV selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada bayi)
·         Pemberian susu formula pada bayi bila ibu terinfeksi HIV.
·         Serta menghindari darah penderita HIV mengenai luka pada kulit, mulut ataupun mata.
4. Pencegahan pada pengguna narkoba dapat dilakukan dengan cara :
·         Jangan menggunakan jarum suntik bersamaan dan
·         Jangan melakukan hubungan seksual pada saat high (lupa dengan hubungan seksual  aman).

M.Pemeriksaan Diagnostik
Tes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan bayi dapat menunjukkan tes negative pada usia 9 sampai 15 bulan. Penelitian mencoba mengembangkan prosedur siap pakai yang tidak mahal untuk membedakan respons antibody bayi dan ibu :
v  Hitung darah lengkap (HDL) dan jumlah limfosit total: Bukan diagnostic pada bayi baru lahir tetapi memberikan data dasar imunologis.
v  ELISA : Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
v  Western bold ( uji konfirmasi yang umum ) : mendeteksi adanya antibody terhadap beberapa protein spesifik HIV
v  Kultur HIV (dengan sel mononuclear darah perifer dan, bila tersedia, plasma).: Standar emas untuk meamstikan diagnosis pada bayi.
v  Tes reaksi rantai polymerase ( polymerase chain reaction  ( PCR ) :dengan leukosit darah perifer: Mendeteksi DNA viral pada adanya kuantitas kecil dari sel mononuclear perifer terinfeksi.
v  Antigen p24 serum atau plasma: peningkatan nilai kuantitatif dapat menjadi indikatif dari kemajuan infeksi (mungkin tidak dapat dideteksi pada tahap sanagt awal infeksi HIV)
v  Penentuan immunoglobulin G, M, dan A serum kualitatif (IgG, IgN, dan IgA): Bukan diagnostic pada bayi baru lahir tetapi memberikan data dasar imunoogis.
v  Uji Antigen HIV:  Mendeteksi Antigen HIV
v  HIV, IgA, IgM: mendeteksi antibody HIV yang diproduksi bayi

HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan terhadap serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan pada pasien untuk menghentikan aktivitas virus , memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi  oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan kecacatan.Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV (antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.
Jenis obat-obat antiretroviral :
  • Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.
  • Nucleoside Reverse transcriptase inhibitors atau NRTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan Nukes dan Non-Nukes.
  • Nucleotide reverse Integrase inhibitors atau NtRTI,).Yang termasuk golongan ini adalah tenofovir(TDF)
  • Non- Nucleotide reverse Integrase inhibitors atau NNRTI,). Golongan ini juga bekerja dengan menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA dengan cara mengikat reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi.
  • Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).
  • Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger) kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.
  • Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.
  • Fusion inhibitor. Yang termasuk golongan ini adalah Enfuvirtide (T-20)
Obat-obatan yang diberikan pada ibu hamil untuk mencegah bayi agar tidak terkontaminasi HIV/AIDS yaitu :
·         zidovudine (AZT) : Kegunaan untuk mencegah replikasi HIV pada bayi yang lebih besar dari 3 bulan.namun,efek samping dapat membatasi manfaatnya
·         Didanosin (Videx) : Dapat digunakan untuk mengatasi strain HIV yang resisten pada zidovudin.
·         Ketokonazol (Nizoral) : Tindakan efektif untuk infeksi jamur sistemik.
·         Trimetoprim-sulfametoksazol (Bacrim): Diberikan untuk bayi simtomatik atau bayi asimtomatik dengan jumlah CD4 dibawah 500/mm untuk mencegah PCP.
·         Zat kontras tripel,basitrasin: Agens antimicrobial digunakan pada perawatan tali pusat untuk menurunkan risiko tinggi infeksi.
·         Gansiklovir: Pengobatan pilihan untuk infeksi CMV untuk mencegah kebutaan/diseminata yang mengancam hidup.
Terapi Antiretroviral yang Sangat Aktif (Highly Active Antiretroviral Therapy; HAART)
Golongan Obat
Contoh
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Zidovudin
Didanosin
Zalsitabin
Stavudin
Lamivudin
Abacavir

ZDV, Retrovir
Ddl, Videx
ddC, HIVID
d4T, Zerit
Epivir
Ziagen
Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor(NNRTI)
Nevirapin
Delavirdin
Efavirenz

Viramune
Rescriptor
Sustiva
Inhibitor Protease (PI)
Indinavir
Ritonavir
Nelvinavir
Sakuinavir
Amprenavir
Lopinavir

Crixivan
Norvir
Viracept
Ivirase, Fortovase
Agenerase
Kaletra
        Sumber : Silvia Anderson (2006)




Pemberian Obat ARV yang Beredar di Indonesia
Nama
Generik
Nama
Dagang
Dosis
Jumlah Pil
Harian
Aturan
Makan
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Duviral
Tablet, kandungan Zidovudin 300 mg, lamifudin 150 mg, 2x/hari
2
Sesudah makan
Lamividun (3TC)
1 pil 150mg, 2x/hari
2
--
Zidovudin (ZDV,AZT)
Retrovir
Adovir
Avirzid
1 pil 300mg 2x/hari
2
--
Stavudin (d4T)
Stavir
Zerit
Berat badan ≥ 60 kg : 1 pil 40 mg, 2x/hari
Berat badan < 60 kg : 1 pil 30 mg, 2x/hari
2
--
Didanosin (ddl)
Videx
Berat badan ≥ 60 kg : 2 tablet 200 mg, 1x/hari
Berat badan < 60 kg : 2 tablet 125 mg, 1x/hari
2
Pakai 2 jam sebelum atau 1 jam sesudah makan
Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
Efavirenz (EFV, EFZ)
Stocrin
1 kapsul 600 mg, 1x/hari
1
Malam hari, hindari makanan yang berlemak
Nevirapine (NVP)
Viramune Neviral
1 tablet 200 mg, 2x/hari
2
--
Inhibitor Protease (PI)
Nelfinavir (NFV)
Nelvex Viracept
5 tablet 250 mg, 2x/hari
10
Pakai dengan makan
Kelas-kelas Obat HIV
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Nama Obat Generik
Kategori FDA
Dosis
Zidovudin,AZT(retrovir)
C
300mg po 2 x sehari
Lamivudin , 3TC (epivir)
C
150mg po 2 x sehari
Zalsitabin , ddc (hivid)
C
0,75mg po 3 x sehari
Stavudin,d4T(zerit)
C
<60kg 30mg po 2 x sehari

>60kg 40 mg po 2 x sehari
Abakavir, APV(Ziagen)
C
300mg po 2 x sehari
AZT + 3TC ( Combivir )
C
300mg AZT + 150 mg 3TC po 2 x sehari
Tenofovir DF (viread)
B
300 mg po setiap hari

Non-nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
Nama obat generik
Kategori FDA
Dosis
Nevirapin,NPV(viramune)
C
200mg po 2 xsehari
Delavirdin,DLV(rescriptor)
C
400mg po 3x sehari
Efaviren,EFV(Sustiva)
C*
600mg po setiap malam

Protease Inhibitor (PI)
Nama obat generik
Kategori FDA
Dosis
Saquinavir ,SVQ,hgc(invirase)
B
400mg po 2 xsehari dengan RTV
Saquinavir ,SVQ,sgc(Fortovase)
B
1200mg po 3 x sehari
Ritonavir,RTV(Norvir)
B
600mg po 2 x sehari
Indinavir,IDV(crivican)
C
800mg setiap 8 jam
Amprenavir,APV(agenerase)
C
1200mg po 2x sehari (kapsul ) atau 1400mg  po (larutan oral )




 Efek Samping berdasarkan Jenis Obat ARV
Nama Generik
Nama Dagang
Efek Samping
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor(NRTI)
Lamivudin (3TC)
Umum : mual/diare; sakit kepala; neutropenia; kelelahan; ruam; sakit perut
Parah : pancreatitis (jarang)
Zidovudin (ZDV, AZT)
Retrovir
Adovi
Avirzid
Umum : mual/muntah; sakit kepala; neutropenia; kelelahan; anoreksia; SGPT/SGOT tinggi; miopati dan miotosis (jarang)
Parah : Anemia
Stavudin (d4T)
Stavir
Zerit
Umum : mual/muntah/diare; sakit kepala; kelelahan; ruam; SGPT/SGOT tinggi
Parah : neuropati perifer; pancreatitis; amilase tinggi
Didanosin (ddl)
Videx
Umum : mual/muntah/diare, sakit kepala, ruam; halusinasi
Parah : pankreatitis; neuropati perifer, amylase tinggi
Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
Efavirenz (EFV, EFZ)
Stocrin
Umum : mual/diare; sakit kepala; ruam; SGPT/SGOT tinggi
Parah : gejala system saraf pusat; sindrom Stevens-Johnson (jarang)
Nevirapine (NVP)
Viramune
Neviral
Umum : mual/diare; sakit kepala; kelelahan; ruam
Parah : ruam parah/sindrom Stevens-Johnsons; SGPT/SGOT tinggi; hepatitis
Inhibitor Protease (PI)
Nelfinavir (NVF
Nelvex
Viracept
Umum : mual/diare; sakit perut; ruam;gas
      (sumber : Spiritia, 2006)
Pemberian Dosis Untuk Bayi , Ibu Hamil Dan Dewasa
Nama obat
Formulasi
Data farmakokinetik
Umur (berat badan), dosis dan frekuensi
Lain-lain
Nucleoside   analogue reverse transcriptase inhibitors (NRTI)
Zidovudine (AZT)
§  Sirup:   10 mg/ml
§  Kapsul:   100 mg, 250 mg
§  Tablet:   300 mg
Semua umur
§  < 4   minggu: 4 mg/kg/dosis, 2x/hari
§  4   minggu  to 13 tahun:
180-240 mg/m
2/dosis,        2x/hari
§  Dosis   maksimal:
≥ 13 tahun: 300 mg/dosis, 2x/hari



Lamivudine (3TC)  
-   Sirup:   10 mg/ml-   Tablet:   150 mg
Semua umur
§  < 30   hari: 2 mg/kg/dosis, 2x/hari
§  ≥ 30   hari atau < 60 kg:
4 mg/kg/dosis, 2x/hari
§  Dosis  maksimal:
> 60 kg: 150 mg/dosis,     2x/hari





Kombinasi tetap   AZT plus 3TC (Duviral)
-   Tidak   ada bentuk sirup-   Tablet:   300 mg AZT plus 150 mg 3TC
Remaja dan dewasa
Dosis  maksimal:
§  > 13   tahun atau > 60 kg: 1 tablet/dosis, 2x/hari (tidak untuk berat badan   <30 kg)
Stavudine (d4T)
§  Sirup:   1 mg/m (tidak ada di Indonesia)
§  Kapsul:   30 mg, 40 mg
Semua umur
§  < 30   kg: 1 mg/kg/dosis,    2x/hari
§  30-60   kg: 30 mg/dosis,      2x/hari
§  Dosis   maksimal:
> 60 kg: 40 mg/dosis,       2x/hari

Kombinasi tetap   d4T plus 3TC
§  Tidak   ada sediaan sirup (tdk ada di Indonesia)
§  Tablet:   d4T 30 mg plus 3TC 150 mg; d4T 40 mg plus 3TC 150 mg
Remaja dan dewasa
Dosis  maksimal:
§  30-60   kg: 1 tablet 30 mgd4T-based, 2x/hari
§  ≥ 60   kg: 1 tablet 40 mgd4T-based, 2x/hari
Didanosine (ddI,   dideoxyinosine)
§  Suspensi   oral pediatrik: 10 mg/ml (tidak ada di Indonesia)
§  Tablet   kunyah: 25 mg, 50 mg, 100 mg, 150 mg, 200 mg
-   Enteric-coated   beadletsin capsules:   125 mg, 200 mg, 250 mg, 400 mg
Semua umur
§  < 3   bulan: 50mg/m2/dosis, 2x/hari a
§  3 bulan   sampai < 13 th: 90-120 mg/m2/dosis,         2x/hari atau 240 mg/m2/dosis,   sekali sehari
§  Dosis   maksimal:
≥13 thn atau > 60 kg: 200 mg/dosis, 2x/hari atau 400 mg, sekali sehari
§  Suspensi   harus disimpan di kulkas, stabil selama 30 hari dan kocok merata
§  Diminum   saat perut kosong, minimal 30 menit sebelum atau 2 jam sesudah makan
§  Jika   tablet dihancurkan dalam air, minimal 2 tablet forte harus larut untukbuffering  yang adekuat
§  Enteric-coated   beadlets in capsules dapat   dibuka dan ditaburkan pada makanan
Abacavir (ABC)
§  Sirup:   20 mg/ml
§  Tablet:   300 mg
Umur > 3 bulan
§  < 16   tahun atau < 37.5 kg: 8 mg/kg/dosis, 2x/hari
§  Dosis   maksimal:
> 16 tahun atau ≥ 37.5 kg: 300 mg/dosis, 2x/hari
§  Dapat   dimakan bersama makanan
§  Tablet   dapat dihaluskan dan dicampur sedikit air untuk
§  Hati-hati   dengan reaksi alergi (stop permanen bila timbul)
Kombinasi tetap   AZT plus 3TC plus ABC
§  Tidak   ada sediaan sirup
§  Tablet:   AZT 300 mg plus 3TC 150 mg plus ABC 300 mg
-    Tidak ada di Indonesia
Remaja dan dewasa
Dosis  maksimal:
§  > 40   kg: 1 tablet/dosis, 2x/hari
§  Sebaiknya   tablet tidak dibelah
§  Pada   berat < 30 kg, AZT/3TC/ABC tidak dapat dihitung dengan tepat dalam sediaan   tablet
§  Hati-hati   dengan reaksi alergi (stop permanen bila timbul)
Non-Nucleoside   reverse transcriptase inhibitors (NNRTI)
Nevirapine (NVP)  
-   Sirup:   10 mg/ml-   Tablet:   200 mg
Semua umur
§  -       15-30   hari: 5 mg/kg/dosis, sekali sehari 2 minggu, kemudian 120 mg/m2/dosis,   2x/hari 2 minggu, kemudian 200 mg/m2/dosis, 2x/hari
§  -       30   hari-13 tahun: 120 mg/m2/dosis, sekali sehari 2 minggu, kemudian   120-200 mg/m2/dosis, 2x/hari
§  -       Dosis   maksimal:
> 13 tahun: 200 mg/dosis, sekali sehari 2 minggu, lalu 200 mg/dosis, 2x/hari
-      Hindari   penggunaan bersama rifampicin-      Sirup   stabil dalam suhu ruangan, kocok dahulu
-      Dapat   diberi bersama makanan
-      Dapat   dibelah, dipuyerkan, waspada alergi (dosis jangan dinaikkan)
Efavirenz (EFV)
-   Sirup:   30 mg/ml (sirup membutuhkan dosis yang lebih tinggi dari kapsul)-   Kapsul:   50 mg, 100 mg, 200 mg
Hanya untuk anak   > 3 tahun atau berat > 10 kg
§  Kapsul   (sirup):
10-15 kg: 200 mg (270 mg = 9 ml) sekali sehari
§  15 –   < 20 kg: 250 mg (300 mg = 10 ml) sekali sehari
§  20 –   < 25 kg: 300 mg (360 mg = 12 ml) sekali sehari
§  25 –   < 33 kg: 350 mg (450 mg = 15 ml) sekali sehari
§  33 –   < 40 kg: 400 mg (510 mg = 17 ml) sekalis ehari
-       Dosis  maksimal:
 40 kg: 600 mg sekali sehari
§  Isi   kapsul dapat dibuka dan dicampur dengan minuman manis, tidak boleh diminum   sesudah makan makanan sangat berlemak karena absorpsi dapat meningkat sampai   50%
§  Diminum   menjelang tidur, terutama 2 minggu pertama, untuk mengurangi efek samping   susunan saraf pusat
Kombinasi tetap   d4T plus 3TC plus NVP
§  Tidak   ada sediaan sirup
§  Tablet:   d4T 30 mg plus 3TC 150 mg plus NVP 200 mg ; d4T 40 mg plus 3TC 150 mg plus   NVP 200 mg
§  Tidak   ada di Indonesia
Remaja dan dewasa
Dosis  maksimal:
§  30-60   kg: 1 tablet 30 mgd4T-based, 2x/hari
§  ≥ 60   kg: 1 tablet 40 mgd4T-based, 2x/hari
§  Sebaiknya   tablet tidak dibelah
§  Pada   berat < 30 kg, d4T/3TC/NVP tidak dapat dihitung dengan tepat dalam sediaan   tablet. Jika dibelah, dosis NVP inadekuat untuk anak yang lebih muda dan   minimal dosis NVP harus 150 mg/m2, 2x/hari. Dosis optimun NVP 200   mg/m2, 2x/hari.
§  Karena   mengandung NVP, perlu peningkatan dosis
Protease   inhibitors
Nelfinavir (NFV)  
-   Bubuk   untuk suspensi oral (dicampur dengan air): 200 mg per satu sendok teh (5ml)   (50 mg/1.25 ml)-   Tablet:   250 mg (dapat  dibagi 2, dihaluskan,   dicampur ke makanan atau dicampur air)
Semua umur.Data farmakokinetik   bervariasi pada bayi < 1 tahun, dosis mungkin lebih tinggi
§  < 1   tahun: 50mg/kg/dosis, 3x/hari atau 75mg/kg/dosis, 2x/hari
§  1 tahun   – < 13 tahun: 55-65 mg/kg/ dosis, 2x/hari
§  Dosis   maksimal:
≥ 13 tahun: 1250 mg/dosis, 2x sehari
§  Bubuk   terasa manis, namun seperti pasir dan sulit larut, harus segera diaduk jika   dicampur dengan air , susu atau puding, jangan menggunakan makanan asam   (meningkatkan rasa pahit), solusi stabil dalam 6 jam. Karena persiapan yang   susah, lebih dipilih tablet yang dihancurkan
§  Dapat   disimpan di suhu ruangan
§  -      Minum   bersama makanan
§  Interaksi   obat (lebih jarang dibandingkan ritonavir)
§  Lopinavir/ritonavir(LPV/r)  
§  Sirup:   80mg/ml lopinavir plus 20 mg/ml ritonavir (mengandung alkohol 42%)
§  Kapsul:   133,3 mg lopinavir plus 33,3 mg ritonavir
§  > 6 bulan
§  > 6   bulan – 13 tahun:
225 mg/m
2 LPV/57,5 mg/m2 ritonavir,  2x/hari a
§  atau
§  7-15   kg: 12mg/kg LPV/3 mg/kg ritonavir/dosis,        2x/hari
§  15-40   kg: 10 mg/kg lopinavir/5 mg/kg ritonavir,    2x/hari
§  Dosis   maksimum:
> 40 kg: 400 mg LPV/100 mg ritonavir (3 kapsul atau 5 ml), 2x/hari
§  -      Sebaiknya   disimpan di lemari pendingin atau suhu ruang sampai 250C maksimal   2 bulan; bila >250C obat akan rusak lebih cepat
§   Sirup   rasanya pahit
§  Ukuran   kapsul besar, tidak boleh dibuka atau dihancurkan, dimakan bersama makanan
Saquinavir/r
§  Kapsul   gel lunak : 200mg
§  Kapsul   gel keras: 200 mg dan 500 mg
> 25 kg
§  Dosis dewasa yang   dianjurkan adalah: SQV1000mg/RTV100mg,     2x/hari
§  Tidak ada dosis   untuk anak, tetapi bila > 25 kg dapat digunakan dosis dewasa, jika mungkin   dengan pemantauan kadar obat













Gambar Obat HIV/AIDS


O.  Cara Penularan HIV / AIDS dari Ibu ke Anak
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV / AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997).. Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:
1.       Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
a.      Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta selama kehamilan.
b.      Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu.
c.      Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
d.      Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
2.       Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.
Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan adalah:.
a.       Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya).
b.      Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu misalnya, episiotomy.
c.       Anak pertama dalam kelahiran kembar.
3.        Periode Post Partum
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
a.       Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang berisiko dibanding dengan pemberian campuran.
b.      Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi payudara lainnya.
c.       Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
d.      Status gizi ibu yang buruk

P.   Pemberian ASI dari ibu yg tertkena HIV/AIDS
Kandungan dalam Air Susu Ibu (ASI) diduga kuat mengurangi risiko penularan HIV dari ibu kepada anak. Karena itu para wanita yang terinfeksi HIV disarankan untuk tetap menyusui bayinya sambil terus mengonsumsi obat ARV.

Penelitian yang dilakukan di Zambia menyimpulkan hal tersebut. Para peneliti mengumpulkan contoh ASI dari 81 wanita dengan HIV positif yang menularkan virus mereka pada bayinya selama masa menyusui, serta 86 contoh ASI dari wanita yang positif HIV tetapi tidak menularkan virus, serta 36 wanita yang tidak terkena HIV.

Para ilmuwan kemudian menganalisa sampel ASI tersebut untuk mengetahui konsentrasi karbohidrat yang disebut oligosakarida dalam susu manusia. Ada bukti kuat yang menunjukkan oligosakarida mengandung komponen aktif imunologi yang mengurangi risiko penularan virus.

Hasil penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutirion menemukan bahwa wanita yang ASI-nya memiliki kandungan oligosakarida dalam jumlah tinggi, beresiko lebih rendah menularkan HIV kepada bayinya dibandingkan dengan mereka yang konsentrasinya lebih rendah.
Tidak semua bayi yang dilahirkan perempuan yang HIV-positif tertular HIV. Waktu si bayi tumbuh dalam kandungan, darah ibu dan bayinya menjadi sangat dekat- tetapi biasanya tidak bercampur. Bila 100 ibu yang terinfeksi HIV masing-masing melahirkan satu bayi, rata-rata 30 bayi akan tertular HIV. Rata-rata virus akan ditularkan pada lima bayi selama kehamilan, 15 lagi pada saat persalinan, dan sepuluh bayi lagi setelah lahir melalui ASI. Risiko penularan dari ibu-ke-bayi sangat berbeda-beda tergantung pada faktor yang dibahas di bawah.
Ada beberapa bukti bahwa menyusui eksklusif, yaitu si bayi menerima hanya ASI, lebih aman daripada dicampur dengan pengganti ASI (PASI), dan bahkan dapat melindungi bayi terhadap penularan HIV pada saat persalinan. Adalah lazim memberi air atau cairan lain sebelum ASI keluar, dan PASI diberikan pada minggu-minggu pertama kehidupannya. Bayi tidak perlu menerima makanan atau minuman apa pun selain ASI pada enam bulan pertama kehidupannya. Cairan atau makanan lain menyebabkan peradangan pada lapisan usus yang dapat memungkinkan HIV yang terdapat pada ASI dapat masuk melewati dinding usus.
Sebuah  studi terbaru melaporkan, menyusui yang membantu membentuk sistem kekebalan tubuh bayi, mungkin menjadi pilihan terbaik bagi ibu-ibu yang terinfeksi HIV di negara-negara berkembang. Meskipun hal itu berisiko menularkan virus AIDS pada bayi mereka.
Secara umum, ibu yang dinyatakan HIV positif dianjurkan untuk memberikan susu formula pada bayinya untuk membatasi risiko penyebaran virus HIV. Namun, hal tersebut ternyata menimbulkan masalah di negara-negara yang kesulitan air bersih dan bahan kebutuhan lainnya.
Berbicara di depan konferensi Retroviruses and Opportunistic Infections ke-14, dokter anak dari Universitas KwaZulu-Natal Afrika Selatan, Dr Hoosen Coovadia mengatakan bahwa jika ibu-ibu dengan HIV positif di negara-negara berkembang diperintahkan menyusui bayinya, maka akan menyebabkan sekitar 300.000 bayi terinfeksi HIV. Namun tindakan ini akan menyelamatkan 1,5 juta orang dari kematian akibat penyakit lainnya.
Q.  Peran Bidan Dalam Menghadapi Pasien HIV/AIDS
Pasien HIV/AIDS memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus yang perlu dipertimbangkan dengan menetapkan tujuan terapi sebagai berikut:
1.      Membantu pasien mempertahankan kontrol akan hidupnya dan membantu mereka menemukan mekanisme pertahanan yang sehat, termasuk sikap yang selalu positif dalam menghadapi begitu banyak tantangan dan stres dalam perjalanan penyakitnya.
2.      Membantu pasien menghadapi perasaan bersalah, penyangkalan, panik, dan putus asa.
3.      Bekerja bersama pasien menciptakan perasaan self-respect (menghormati diri sendiri) dan menyelesaikan konflik mereka jika ada (misalnya homoseksualitas, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya).
4.      Membantu mereka berkomunikasi dengan keluarga, pasangan hidup dan teman-teman mengenai penyakit mereka dan rasa takut akan penolakan serta ditinggalkan. Juga membantu mereka membina hubungan interpersonal yang memuaskan.
5.      Membantu mereka membangun strategi untuk berhadapan dengan krisis nyata yang mungkin terjadi, baik dalam kesehatan maupun sosioekonomi, dan hal-hal dalam kehidupan lainnya.

R.  Tujuan Penanggulangan HIV/AIDS
v  Tujuan Umum
Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA serta mengurangi dampak sosial ekonomi akibat HIV/ AIDS.
v  Tujuan Khusus
1.      Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan  menciptakan suasana kondusif untuk mendukung upaya penanggulangan HIV/AIDS, dengan menitikberatkan pencegahan pada populasi beresiko dan lingkungannya.
2.      Menyediakan pelayanan perawatan, pengobatan, dukungan dan konseling kepada ODHA yang terintegrasi dengan upaya pencegahan.
3.      Meningkatkan peran serta remaja, perempuan, keluarga dan masyarakat umum termasuk ODHA dalam berbagai upaya penanggulangan HIV/AIDS.
4.      Menciptakan dan mengembangkan kemitraan antara lembaga pemerintah, LSM, sektor swasta dan dunia usaha, organisasi profesi, dan lembaga donor baik nasional maupun internasional di pusat dan di daerah untuk meningkatkan respons nasional terhadap HIV/AIDS.
5.      Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional dan  daerah serta inisiatif dalam penanggulangan HIV/AIDS.


















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
    Kesimpulan dari makalah ini, bahwasanya kita harus Waspada terhadap Virus HIV AIDS. Makalah inijuga menjelaskan tentang pengertian HIV AIDS, asal usul-nya, cara penularannya, masa inkubasinya, gejalanya hingga yang beresiko tinggi terkena HIV AIDS.
Tuhan YME. Mempunyai kekuasaan dalam mengatur segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini, Dialah yang menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Begitupun dengan segala peristiwa yang terjadi dimuka bumi ini misalnya : kebahagiaan, kesedihan bencana alam, kelahiran, kematian, dan sebaginya. Muncullah virus HIV/AIDS merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah kehidupan manusia.
HIV adalah suatu virus yang hidup dalam tubuh manusia, dan dan dapat menyebabkan timbulnya AIDS, yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh mudah terserang penyakit dan lam kelamaan akan meninggal, sudah menjadi sifat manusia yang selalu ingin merasakan kenikmanatan tanpa mempedulikan akibatnya, misalnya : melakukan perzinahan, penggunaan narkotika suntikan, dan sebagainya. Kita umat manusia sudah mengetahui bahwa perbuatan-perbuatan tersebut sangat dilarang,baik menurut ajaran agama masing-masing maupun aturan hukum yang berlaku. Tetapi dari sebagian kita tetap saja melakukan hal-hal tersebut, misalnya : WTS, Homoseks,Biseks, Mucikari, dan orang-orang yang sering berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan seksual diluar nikah. Dan berbahaya, dan sampai saat ini belum ditemukan obatnya.
Adapun gejala-gejala yang dapat kita lihatpada penderita AIDS yaitu demam yang berkepanjangan di sertai keringat malam, batuk dan sariwan yang terus menerus,berat badan turun dengan drastis, dsb, yang akan di akhiri dengan kematian.
Oleh karena itu, kita harus menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat menyebabkan AIDS, yaitu melalui pencegahan misalnya :tidak melakukan hubungan seksual secara bebas, menghidarkan penggunaan narkotika suntikan, dan sebagainya.
Tapi bagaimanapun beratnya cobaan yang diberikan, Tuhan YME. Akan selalu membukakan jalan bagi umatnya. Misalnya : sekarang telah ada obat anti HIV yang efektif untuk pengobatan kombinasi. Masalah AIDS ini tidak tentu akan menyebar luas, apabila dilakukan pencegahan secara dini, apalagi jika ada partisipasi dari semua pihak.
B. Saran
      Saran kamai jangan mendekatlah dengan virus HIV AIDS agar kita tidak terjerumus ke dalam virus tersebut, biasanya orang yang terkena virus HIV itu gara-gara orang itu psiko tinggi (heteroseksual) biasanya banyak terjadi pada kaum perempuan yang selalu gonta ganti pasangan. Hendaknya kita selalu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berusaha menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa menyebabkan AIDS. Adapun hal-hal yang harus kita tidak lakukan diantaranya :
  • Jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah (berzinah), dan jangan berganti-ganti pasangan seksual.
  • Apabila  berobat dengan menggunakan alat suntik, maka pastikan dulu apakah alat  suntik itu steril atau tidak.
  • Apabila melakukan tranfusi darah, terlebih  dahulu perikasakan apakah tranfusi darah itu bebas dari virus HIV.
  • Bagi para generasi muda, jauhilah obat-obatan terlarang terutama narkotika melalui alat suntik, alat-alat tato, anting tindik, dan semacamnya yang bisa saja menularkan AIDS, karena alat-alat aeperti itu tidak ada gunanya.dan hindarkan diri dari pergaulan bebas yang bersifat negatif.
  • Apabila ada seminar-seminar, penyuluhan-penyuluhan, iklan ataupun brosur-brosur, yang mengimpormasikan tentang AIDS, sebaiknya kita memperhatikan denganbaik, agar segala sesuatu tentang AIDS dapat diketahui, sehingga kita bisa menghindarkan diri sejak dini dari AIDS.
  • Orang yang mengetahui dirinya telah terinfeksi virus AIDS hendaknya menggunakan kondom apabila melakukan hubungan seksual, agar virus AIDS tidak menular pada pasangan seksualnya.


Daftar Pustaka
1.      Rukiyah.Ai Yeyeh. 2011. Asuhan Kebidanan IV . TIM . Jakarta
2.      M.Nurs,Nursalam.2007.Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS.Edisi      Pertama.Salemba Medika.Jakarta
3.      Varney,Helen.2006.Buku Ajar Asuhan Kebidanan .Edisi ke Empat. EGC .Jakarta.
4.      Betz. Cecily L. 2002 . Buku Saku Keperawatan Pediatri . EGC . Jakarta
5.      Doenges . Marilynn E . 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. EGC.Jakarta
6.      Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia . 1992 . Seluk Beluk AIDS yang Perlu Anda Ketahui. FKUI. Jakarta











SOAL-SOAL KELOMPOK 15
1.      kepanjangan dari HIV adalah . . . . . . .
a.    Human Immunodeficyency Virus
b.    Human immonodeficyency virus
c.    Human imnudefisiensy virus
d.    Human immunoicyency virus
2.      kepanjangan dari AIDS adalah . . . . .
a.    Aquired Imunnodeficyency Sindrome
b.    Acquired Imunodeficyency Sindrome
c.    Akuired imnudefisensy Sindrome
d.    Akuiret imnudefisiensi sindrome
3.       Yang paling dominan cepat terkena virus HIV adalah
a.    Ibu hamil
b.    Jarum suntik
c.    Ciuman
d.    Pelukan
4.      HIV/AIDS adalah  . . . .
a.    Penyakit yang menular yang menyerang seluruh kekebalan tubuh
b.    Yang menyerang tubuh
c.    Yang menyerang sebagian tubuh saja
d.    Penyakit menular
5.      Ada berapa pembagian stadium pada HIV ..
a.    2
b.    3
c.    4
d.    5


6.      Sebutkan jenis obat-obatan ARV ..
a.    NRTI, Fusion Inhibitor dan PI
b.    NNRTI , NtRTI dan CBA
c.    PI, NNRTI dan TZA
d.    NRTI, VCZ dan NtRTI
7.      konseling apa yang dibutuhkan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS ?
a.    konseling  personal hygen
b.    konseling pra dan pasca test
c.    konseling nifas
d.    konseling kebutuhan diri
8.      cara persalinan yang diperkenankan pada ibu dengan HIV  positif adalah ?
a.    operasi cesar
b.    persalinan normal
c.    episiotomy
d.    laparatomy
9.      jelaskan mengenai stadium 4 pada masa HIV ?
a.    ibu dengan HIV tidak akan menunjukan gejala klinis sehingga ibu tampak normal dan sehat dan mampu melakukan aktivitas seperti biasa
b.    sudah mulai menunjukan gejala ringan seperti penurunan berat badan 10 %
c.    ibu dengan HIV sudah tampak lemah , gejala dan infeksi sudah mulai  bermunculan dan ibu akan mengalami penurunan berat badan yang lebih berat, dan infeksi sudah menjalar keparu-paru
d.    pasien akan menjadi AIDS aktivitas akan banyak dilakukanditempat tidur karena kondisi sudah semakin lemah dan terjadi infeksi berat


10.   Ibu dengan HIV positif tidak akan menunjukan gejala klinis yang berarti sehingga ibu akan tampak sehat seprti orang normal dan mampu melakukan aktifitasnya seperti biasa, diatas adalah menyangkut . .
a.    stadium 2
b.    stadium 1
c.    stadium 4
d.    stadium 3
11.  ARV diberikan pada pasien HIV/AIDS dengan tujuan untuk..
a.    untuk menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA
b.    membuat berbagai potongan sebagai bahan untuk membuat virus baru
c.    memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik
d.    memproduksi virus baru
12.  sel – sel yang dipakai virus untuuk melewati sel darah otak masuk kedalam otak termasuk HIV dapat pula….
a.    menginfeksi makrofag
b.    peningkatan produksi imunoglobin
c.    memperlambat replikasi HIV
d.    dimanifestasikan sebagi penyakit multisystem
13.  salah satu kategori klinis yang dikombinasikan dengan kategori imun diklasifikasikan sebagai..
a.    HIV
b.    Hubungan seksual
c.    infeksi lain yang biasanya terjadi sekunder terhadap penurunan system imun
d.    AIDS



14.  screanning yang baik dan pemberian obat antiretroviral adalah cara untuk melakukan pencegahan terhadap ..
a.    mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayi
b.    menejemen ibu hamil penderita AIDS
c.    penderita dengan limfosit CD4+
d.    menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya
15.  kapan orang mulai mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap.
a.    melalui pemakaian obat-obatan secara intravena
b.    penurunan yang mengalami penurunan produksi antibody spesifik
c.    pada saat virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel imunologik lainya
d.    virus untuk  melewati sel darah otak masuk kedalam otak
16.  manakah yang termasuk pola penyebab AIDS didunia …
a.    Homoseks,Biseks, dan pecandu obat bius
b.    lingkunan yang tidak sehat
c.    factor keluarga
d.    factor gen
17.  pengertian dari CD4 adalah ..  . .  ..
a.    meningkatkan status kesehatan wanita
b.    suatu cara mengukur perkembangan penyakit limfosit
c.    pengukuran elemen sel darah merah
d.    untuk mengevaluasi kesehatan dan perkembangan
18.  Tanda – tanda remaja terkena HIV adalah
a.    berat badan lahir rendah , gagal tumbuh , sariawan orofaring
b.    diare kronik atau kambuhnya sinusitis
c.    demam, keletihan , keringat malam
d.    muntah , sakit kepala, malaria


19.  apa saja yang dimaksud peningkatan imunoglobin serum adalah
a.    penurunan imunologis dan kebutuhan terhadap rawatan terapi zidovudin
b.    deteksi dini renitis terhadap penyakit CMV
c.    penurunan berat badan
d.    tanda infeksi HIV pediatric dan dapat terjadi penurunan CD4 ( sel-T-Helfer)
20.  berapakah dosis obat zidovudin?
a.    300mg po 2 x sehari
b.    100mg po 2 x sehari
c.    150 mg po 2x sehari
d.    200 mg po 2 x sehari














JAWABAN
1.            A
2.            B
3.            B
4.            A
5.            C
6.            A
7.            B
8.            A
9.            D
10.        B
11.        C
12.        A
13.        D
14.        A
15.        C
16.        A
17.        B
18.        C
19.        D
20.        A







            Pertanyaan Dari Audience
1.                  Disty Nawangsi
Petanyaan        : Jelaskan perawatan kehamilan , persalinan dan pascasalin pada pasien dengan   HIV/AIDS ?
jawaban           : Untuk kehamilan wanita dengan HIV/AIDS harus diberikan penyuluhan tentang kehamilanya,baik berupa penghentian maupun kelanjutan karena adanya resiko transmisi vertical HIV/AIDS dari ibu kebayi sebesar 25-45%. untuk persalinan dilakukan dengan berhati hati dan menerapkan kewaspadaan universal dan alat pelindung diri lengkap. penghisapan lender bayi tidak boleh dilakukan dengan penghisap mulut melainkan dengan kateter penghisap yang dihubungkan dengan mesin penghisap, dan diusahakan persalinan dilakukan dengan melakukan opersi ceasear. utuk pascasalin wanita bisa dianjurkan untuk memilih metode kontrasepsi yang mereka sukai untuk mencegah kehamilan selanjutnya . kontrasepsi harus segera dipakai paling lambat 4 mg setelah persalinan.

2.                  Frety Novalia Hrp
Pertanyaan       : jika ada seorang ibu hamil terkena HIV/AIDS informasi apa saja yang harus disampaikan pada ibu hamil tersebut?
jawaban            :  konseling yang diberikan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah
·         diberikan konseling pratest dan pascatest
konseling pratest diantaranya :
ü  informasi mengenai penularanya HIV melalui hubungan seksual dan bagaimana cara mencegahnya
ü  informasi mengenai penularan HIV dari ibu keanak dan bagaimana penanggulanganya
ü  informasi mengenai proses dan prosedur tes HIV
ü  jaminan kerahasiaan dan bagaimana dan menndiskusikan kerahasiaan dan kemungkinan adanya konseling bagi pasanagan
ü  memberi informasi atas pemberian ASI pada bayi
konseling pascatest :
ü  jika hasil test negative informasi yang diberikan mengenai  pencegahan penularan dimasa depan maka dianjurkan untuk melakukan test kembali
ü  jika hasil tes positif harus dilakukan informasi mengenai pilihan-pilihan untuk terapi, termasuk untuk pengobatan ARV bagi dirinya atau untuk pencegahan penularan ke bayi.

3.                  Carry Natalia Damanik
pertanyaan       : jelaskan berapa lama masa inkubasi penularab HIV ke AIDS secara kontak      
  seksual dan non seksual  ?
jawaban            : Penyakit AIDS mempunyai masa inkubasi, yaitu masa tunas virus AIDS (HIV)  menjadi AIDS. Ketika mulai masa inkubasi atau mulai terjangkitnya HIV, jumlah sel CD-4 (sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia) dalam tubuh perlahan-lahan akan berkurang sampai setengahnya. Ini berarti tubuh telah kehilangan setengah dari kekebalannya.ini menunjukan terkena gejala HIV ( 2 – 5 tahun ). Dalam kondisi seperti ini penderita masih memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi selama 9-10 tahun .
Tetapi setelah melewati 9-10 tahun, jumlah sel CD-4 dalam tubuh akan semakin berkurang dan akhirnya sudah tidak berfungsi lagi. Pada saat inilah penderita tersebut menjadi penderita AIDS. Kesimpulannya apabila seseorang manusia telah mengidap penyakit AIDS, berarti ia telah terinfeksi HIV sekitar 9-10 tahun. Pada masa ini berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah dan menyebabkan penderitanya tersiksa sampai kematian datang menjemputnya.




4.                  Tiwi Dana Samosir
Pertanyaan       :Jelaskan mengenai cara penyebaran HIV/AIDS secara Ano-Genital, Ora-Genital, Genito-Genital ?
Jawaban          : Ano-Genital  : Cara hubungan seksual ini merupakan perilaku seksual dengan resiko tertinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi kaum mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari pengidap HIV.
Ora-Genital   : Cara hubungan ini merupakan tingkat resiko kedua, melalui mulut termasuk menelan semen dari mitra seksual pengidap HIV.
Genito-Genital / Heteroseksual : Penularan secara heteroseksual ini merupakan tingkat penularan ketiga, hubungan suami istri yang mengidap HIV, resiko penularannya, berbeda-beda antara satu peneliti dengan peneliti lainnya.