Kata
Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalahini. Di dalam makalah ini kami sudah berupaya semampu
kami, namun apabila ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun
bahasanya, kami mengharapkan adanya masukan dan saran perbaikan dan
kesempurnaan kasus ini. . Dalam hal ini kami judul makalah kami
yaitu “HID/AIDS”.
Penulisan makalah kasus ini tidak
lepas dari bantuan, bimbingan baik moril maupun material dan dukungan dari
berbagai pihak, maka dengan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Wasiyem Akp.Spd selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada
kami dalam penulisan makalah ini.
Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah
ilmu pengetahuan serta wawasan tentang HIV / AIDS. Sehingga kita semua dapat
terhindar dari penyakit berbahaya tersebut.
Tebing
Tinggi, Desember 2012
( )
Penulis
Daftar Isi
Kata penghantar ………………………………………………………………………..
Daftar Isi ……………………………………………………………………………….
Daftar Isi ……………………………………………………………………………….
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………..
a.
Latar
Belakang masalah.……………………………………………………………
b.
Tujuan
Penulisan …………………………………………………………………..
Bab II Pembahasan ……………………………………………………………………
a. Denifisi
HIV dan AIDS ……………………………………................................
b. Penyebaran
HIV dan AIDS ……………………………………..........................
c. Epidemiologi
HIV / AIDS ……………………………………………………….
d. Etiologi
HIV/ AIDS………………………………………………………………
e. Patofisiologi
HIV / AIDS …................................................................................
f. Kategori
Klasifikasi HIV / AIDS ……………………………………………….
g. Stadium
Pada HIV / AIDS……………………………………………………….
h. Masa
Inkubasi HIV / AIDS………………………………………………………
i. Gejala
Infeksi HIF / AIDS ……………………………………………..............
j. Dampak
Dari HIV / AIDS ……………………………………………………..
k. Cara
Penularan HIV / AIDS ………………………………………..................
l. Cara
Pencegahan HIV / AIDS ………………………………………………….
m. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………..
n. Pengobatan Pada HIV/AIDS dengan
ARV……………………………………
o. Cara
Penularan HIV/AIDS dari Ibu ke Anak …………………………………..
p. Pemberian
ASI dari Ibu dengan HIV/AIDS ………………………………………
q. Peran
Bidan dalam Menghadapi Pasien dengan HIV/AIDS ……………………...
r. Tujuan
Penanggulangan HIV/AIDS ………………………………………………
Bab III Penutup
…………………………………………............................................
a. Kesimpulan
……………………………………………………..........................
b. Saran
………………………………………………………………………………
c. Daftar Pustaka
…………………………………………………………………....
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang ditandai dengan gejala menurumya sistem
kekebalan tubuh. Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan
ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam
penyakit.
Permasalahan HIV dan AIDS bukan saja menjadi masalah
nasional akan tetapi sudah menjadi masalah global karena lebih dari 40 juta
jiwa manusia di dunia hidup dengan HIV. Secara nasional, berdasarkan data
September 2005 jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 8.251 kasus dan yang sduah
memasuki fase AIDS sebanyak 4.065 kasus. Dari jumlah tersebut kelompok yang
paling berisiko adalah kelompok pengguna narkoba suntik, yaitu sebesar 59,9%.
Pada tahun 2008, bila diakumulasikan sejak tahun 1987, pengidap HIV dan kasus
AIDS telah berjumlah 6.554 HIV dan 16.110 penderita AIDS. Jumlah penderita HIV
dan AIDS sebesar 222.664 dengan jumlah kematian 3.362 kasus.
Ada lingkaran setan antara HIV/AIDS dan malnutrisi.
Hal ini dikarenakan malnutrisi pada penderita dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat
meningkatkan perkembangan infeksi HIV. Infeksi HIV akan mempengaruhi status
nutria dan status imun ODHA. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan
akibat infeksi HIV akan menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis.
Sebagian besar pasien HIV/AIDS di Indonesia mengalami malnutrisi. Bahkan
sebagian sudah masuk dalam kategori wadting syndrome, yaitu suatu keadaan
dimana pasien mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10% atau yang
mempunyai indeks massa tubuh kurang dari 20 kg/m2 sejak kunjungan
terakhir atau kehilangan berat badan lebih dari 5% dalam waktu 6 bulan, yang
bertahan selama 1 tahun. (Zubair Djoerban, dkk:2005).
Wasting syndrome merupakan penggambaran yang
dipaparkan seorang ODHA mengalami KEP karena adanya malnutrisi. Karena, seperti
yang dipaparkan di atas, ketika seseorang mengalami kondisi wasting syndrome,
maka hal tersebut telah masuk kategori gejala mayor bagi penderita HIV/AIDS.
Hal ini sangat memprihatinkan. Karena, nutrisi yang baik akan menjaga sistem
imun ODHA tetap kuat, sehingga penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dapat
dilawan. Selain itu, asupan gizi yang baik dapat membantu proses di dalam tubuh
untuk memetabolisir obat-obatan yang dikonsumsi oleh ODHA itu sendiri.
Infeksi HIV ini antara
lain mengakibatkan ketidakmampuan mengabsorbsi zat gizi dari makanan, perubahan
metabolisme, serta berkurangnya asupan makanan akibat ge1ala-gejala yang
terkait HIV, sehingga menyebabkan penurunan berat badan dan infeksi oportunistik.
Infeksi oportunistik merupakan infeksi yang. ter.iadi pada ODHA ketika kekebalan
tubuhnya sudah sangat rendah. sehingga berbagai penyakit yang tadinya dapat diatasi
dengan tnudah oleh sistem imun tubuh. malah meniadi sangat berbahaya.
Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas masalah mallnutrisi
pada penderita HIV AIDS
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan
Umum
Tuiuan unum penulisan makalah ini adalah
untuk membahas penyebaran Penderita HIV/AIDS.
Tujuan
Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya penyakit HIV/AIDS
2. Untuk
mengetahui gejala yang dialami penderita.
3.
mengetahui
bagaimana penularan AIDS,
4.
siapa
saja yang kemungkinan besar bisa tertular AIDS,
5.
serta
segala sesuatu yang berhubungan dengan AIDS.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
HIV /AIDS
Acquired immunodeficiency syndrome sindrom
defisiensi imun atau didapat (AIDS) adalah penyakit dari
sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh human immunodeficiency
virus (HIV). AIDS
adalah singkatan dari acquired
immunedeficiency syndrome, merupakan sekumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang oportunistik yang
diakibatkan adanya penurunan kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem
imun. Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.
AIDS
pertama kali diakui oleh US Centers for Disease Control dan Pencegahan pada
tahun 1981 dan penyebabnya, HIV, yang diidentifikasi pada awal tahun 1980.
Meskipun
pengobatan untuk AIDS dan HIV dapat memperlambat perjalanan penyakit, saat ini
belum ada vaksin atau obat. ART mengurangi mortalitas baik dan morbiditas
infeksi HIV, tetapi obat ini mahal dan rutin akses terhadap pengobatan
antiretroviral tidak tersedia di semua negara. Karena kesulitan dalam mengobati
infeksi HIV, mencegah infeksi adalah tujuan kunci dalam mengendalikan pandemi
AIDS, dengan organisasi kesehatan mempromosikan seks aman dan jarum program
pertukaran dalam upaya untuk memperlambat penyebaran virus.
B. Sejarah penyebaran virus Human
Immunodeficiency Virus
Penyebaran
Human Immunodeficiency Virus (HIV) mulai pada pertengahan hingga akhir 1970-an,
tetapi dianggap ada di Afrika selama bertahun-tahun. Kasus pertama diketahui di
Afrika tengah tetapi kematian disalahkan pada tuberkulosis dan penyakit lain.
Penelitian epidemiologi penyakit HIV dimulai pada 1981 setelah perjangkitan
pertama suatu bentuk kanker yang jarang, sarkoma Kaposi, dan pneumonia
Pneumocystis carinii di beberapa kota di AS.
Pada
1982, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), di Atlanta, AS,
mendefinisikan sindrom kanker dan penyakit menular sebagai Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS): sebagaimana pengertian tentang gejala lanjutan
infeksi HIV muncul dan terjadi perubahan pada diagnosis, definisi AIDS CDC
beberapa kali diubah. Pada 1983, virus penyebab AIDS dikenal di Perancis: pada
awalnya diberi nama HTLV-III atau LAV dan kemudian diubah menjadi HIV.
Epidemi
HIV/AIDS, selama dua dasawarsa belakangan ini, telah menyebar ke lebih 190
negara di semua benua. UNAIDS memperkirakan bahwa, pada akhir 2000, ada 36,1
juta orang yang hidup dengan HIV/AIDS, dengan 90 persen di negara berkembang.
Sejarah
Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia
Rupanya
era globalisasi saat ini menyebabkan dunia tampak semakin kecil, negara tidak
mempunyai batas-batas lagi. Perpindahan penduduk menjadi begitu mudah, demikian
juga dengan HIV, bisa berpindah dari satu negara ke negara lainnya dengan
leluasa hingga akhirnya sampai ke Indonesia. Kasus HIV/AIDS pertama di
Indonesia diidentifikasi di Bali pada seorang laki-laki asing yang kemudian
meninggal pada April 1987. Akan tetapi, penyebaran HIV di Indonesia meningkat
setelah tahun 1995. Hal ini dapat dilihat pada tes penapisan (screening) darah
donor yang positif HIV meningkat dari 3 per 100.000 kantong pada 1994 menjadi
16 per 100.000 kantong pada tahun 2000. Peningkatan 5 kali lebih tinggi dalam
waktu 6 tahun.
Sejak tahun 1999 terjadi fenomena baru penyebaran HIV/AIDS yaitu infeksi HIV mulai terlihat pada para pengguna Narkoba suntik. Penularan pada kelompok ini terjadi secara cepat karena penggunaan jarum suntik bersama. Sebagai contoh, pada tahun 1999 hanya 18% pengguna narkoba suntik yang dirawat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta yang terinfeksi HIV. Akan tetapi pada tahun 2000 angka tersebut meningkat dengan cepat menjadi 40% dan pada tahun 2001 menjadi 48%.Fakta baru pada 2002 menunjukkan bahwa penularan infeksi HIV juga telah meluas ke rumah tangga. Di beberapa wilayah di Jakarta dilaporkan bahwa sekitar 3% dari 500 ibu hamil yang dites secara sukarela dalam kegiatan VCT (Voluntary Counseling and Testing) sudah terinfeksi HIV.Jadi, semua jenis penularan HIV ada di negara kita dan sudah mengenai siapa saja bahkan hingga ke ibu rumah tangga dan bayi yang dikandungnya
Sejak tahun 1999 terjadi fenomena baru penyebaran HIV/AIDS yaitu infeksi HIV mulai terlihat pada para pengguna Narkoba suntik. Penularan pada kelompok ini terjadi secara cepat karena penggunaan jarum suntik bersama. Sebagai contoh, pada tahun 1999 hanya 18% pengguna narkoba suntik yang dirawat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta yang terinfeksi HIV. Akan tetapi pada tahun 2000 angka tersebut meningkat dengan cepat menjadi 40% dan pada tahun 2001 menjadi 48%.Fakta baru pada 2002 menunjukkan bahwa penularan infeksi HIV juga telah meluas ke rumah tangga. Di beberapa wilayah di Jakarta dilaporkan bahwa sekitar 3% dari 500 ibu hamil yang dites secara sukarela dalam kegiatan VCT (Voluntary Counseling and Testing) sudah terinfeksi HIV.Jadi, semua jenis penularan HIV ada di negara kita dan sudah mengenai siapa saja bahkan hingga ke ibu rumah tangga dan bayi yang dikandungnya
C. Epidemiologi
HIV/AIDS
UNAIDS
dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak
pertama kali diakui tahun 1981, membuat AIDS sebagai
salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja,
akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia,
epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta)
hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan
anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang
kini hidup dengan HIV. Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang
terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia,
peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO,
klamidia), dapat meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi
sel-sel darah
sistem imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam air
mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC selama 10-20 menit.
HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu
bertahan hidup dalam darah
yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak
tahan terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium hidroksida.
Menurut
WHO Global Summary of the AIDS epidemic 2009 mengatakan bahwa jumlah orang yang
terjangkit virus HIV mencapai 33,3 juta orang dan yang meninggal akibat
penyakit AIDS pada tahun 2009 mencapai 1,8 juta orang .
Para
ahli epidemiologi Indonesia memproyeksikan bila tidak ada peningkatan upaya
penanggulangan yang berarti, maka pada 2010 jumlah kasus AIDS menjadi 400.000
orang dengan kematian 100.000 orang, dan pada 2015 menjadi 1.000.000 orang
dengan kematian 350.000 orang. Kebanyakan penularan tetap terjadi pada
sub-populasi berperilaku berisiko kepada isteri atau pasangannya. Diperkirakan
pada akhir 2015 akan terjadi penularan HIV secara kumulatif pada lebih dari
38,500 anak yang dilahirkan dari ibu yang HIV positif.
D. Etiologi
AIDS
disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang
nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen
viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya
afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase
yaitu :
·
Periode jendela.
Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi
·
Fase infeksi HIV primer akut.
Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
·
Infeksi asimtomatik.
Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
·
Supresi imun simtomatik.
Diatas 3 tahun dengan gelaja demam, keringat malam hari,
berat badan menurun, diare, lemas.
·
AIDS.
Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi
oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
E.
Patofisiologi
Hasil
penelitian meunjukan bahwa penyebab
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) Adalah human Immunodeficiency
virus (HIV) , yang melekat dan memamsuki limfosit T helper CD4+. Virus tersebut
menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologi lain, dan orang itu mengalami
destruksi sel CD4+ secara bertahap . sel – sel ini , yang memperkuat dan
mengulang respon imunologi , diperlukan untuk mempertahankan kesehatan yang
baik , dan bila sel- sel tersebut berkurang dan rusak , maka fungsi imunologi
lain mulai terganggu.
Hiv
dapt pula menginfeksi makrofak, sel- sel yang dipakai virus untuk melewati
sawar darah otak masuk kedalam otak . fungsi limfosit B juga terpengaruh,
dengan peningkatan produksi immunoglobulin total sehubungan dengan penurunan
produksi antibody spesifik. Dengan memburuknya system imun secara progresif,
tubuh menjadi semakin rentan terhadap infeksi oportunis dan juga berkurang
kemampuanya dalam memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikna
sebagi penyakit multi system yang dapat bersifat dorma selam bertahun – tahun
sambil menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap. Kecepatan perkembangan dan
manifestasi klinis dari penyakit ini bervariasi dari orang ke orang.
F.
Katogeri Klasifikasi HIV/AIDS
Sejak
1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS
(kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap
menderita AIDS.
- Kategori
Klinis A ( Gejala Ringan )
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja
dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan
tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C
- Infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
- Limpanodenopati
generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized
Limpanodenophaty )
- Infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang
menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang
akut.
- Kategori
Klinis B ( Gejala Sedang )
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
- Angiomatosis
Baksilaris
- Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal
(peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi
- Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks
in situ )
- Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o
C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
- Leukoplakial
yang berambut
- Herpes
Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu
dermaton saraf.
- Idiopatik
Trombositopenik Purpura
- Penyakit
inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
- Kategori
Klinis C ( Gejala Hebat )
Contoh keadaan
dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
- Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
- Kanker
serviks inpasif
- Koksidiomikosis
ekstrapulmoner / diseminata
- Kriptokokosis
ekstrapulmoner
- Kriptosporidosis
internal kronis
- Cytomegalovirus
( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
- Refinitis
Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
- Enselopathy
berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Herpes
simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
- Histoplamosis
diseminata / ekstrapulmoner )
- Isoproasis
intestinal yang kronis
- Sarkoma
Kaposi
- Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer
otak
- Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang
diseminata / ekstrapulmoner
- M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner /
ekstrapulmoner )
- Mycobacterium,
spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
- Pneumonia
Pneumocystic Cranii
- Pneumonia
Rekuren
- Leukoenselophaty
multifokal progresiva
- Septikemia
salmonella yang rekuren
- Toksoplamosis
otak
- Sindrom
pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
Siklus hidup HIV
Siklus
hidup HIV terbagi menjadi 5 fase yaitu :
·
masuk dan mengikat
·
reverse transcriptase
·
replikasi
·
budding
·
maturasi
Tipe HIV
Tipe
HIV yang dapat menyebabkan AIDS :
·
HIV - 1
·
HIV - 2
HIV-1
bermutasi lebih cepat karena replikasi lebih cepat
Sifat-sifat
khusus HIV:
v morfologi
: membentuk tonjolan pada permukaan sel
v densitas
: 1.16-1.17 pada gradient sukrosa
v struktur
antigenic
v asam
nukleat
v tropisma
v sitopatologi
v virus
G. Pembagian stadium pada HIV :
1. Stadium
pertama : HIV
Infeksi
dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologis ketika
antibody terhadap virus tersebut berubah
dari negatif menjdi positif . rentang waku sejak HIV masuk kedalam tubuh sampai
tes antibody terhadap HIV menjadi positif disebut window period . lama window
period anara stu sampai 3 bulan , bahkan ada yang dapat berlangsung sampai enam
bulan
2. Stadium
kedua : asimpomatik ( tanpa gejala )
asimptomatik
bearti bahwa di dalam organ tubuh terhadap HIV eapi tubuh tidak menunjukan
gejala – gejala . keadaan ini dapa langsung rerata selama 5 – 10 ahun . cairan
tubuh pasien HIV / AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada
orang lain .
3. Stadium
ketiga : pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( persisent
generalized lymphadenopathy ) , tidak hanya muncul pada satu tempat saja , dan
berlangsung lebih tua satu bulan .
4. Stadium
keempat : AIDS
keadaan
ini disertai adanya bsrmacam – macam penyakit , antara lain penyakit konstitusional penyakit saraf , dan penyakit infeksi sekunder
H. Masa
Inkubasi HIV/AIDS
Penyakit AIDS mempunyai masa
inkubasi, yaitu masa tunas virus
AIDS (HIV) menjadi AIDS. Ketika mulai masa inkubasi atau mulai
terjangkitnya HIV, jumlah sel CD-4 (sebuah
marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia) dalam
tubuh perlahan-lahan akan berkurang sampai setengahnya. Ini berarti tubuh telah
kehilangan setengah dari kekebalannya. Dalam kondisi seperti ini penderita
masih memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi selama 9-10 tahun.
Tetapi
setelah melewati 9-10 tahun, jumlah sel CD-4 dalam tubuh akan semakin berkurang
dan akhirnya sudah tidak berfungsi lagi. Pada saat inilah penderita tersebut
menjadi penderita AIDS. Kesimpulannya apabila seseorang manusia telah
mengidap penyakit AIDS,
berarti ia telah terinfeksi HIV sekitar 9-10 tahun. Pada masa ini berbagai
penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah dan menyebabkan penderitanya
tersiksa sampai kematian datang menjemputnya.
Masa Inkubasi HIV/AIDS untuk anak
masa
inkubasi umumnya 6 bulan sampai 5 tahun , tetapi kadang-kadang lebih lama .
pada anak , inkubasi umumnya lebih pendek daripada orang dewasa . Blanche
(1986) menemukan masa inkubasi 2 sampai 24 bulan . Hal ini mungkinn karena
system imun anak masih belum matur . bayi yang mendapat infeksi secara
perinatal , mempunyai umur rata-rata 17 bulan dengan median 9 bulan pada waktu
diagnosis menderita penyakit AIDS berdasarkan criteria CDC. sedangkan yang
mendapat infeksi secara transfuse , jarak antara dan diagnosis rata-rata adalah
24 bulan dengan median 17 bulan.
Gejala Utama /Mayor :
1. selalu
merasa lelah
2. demam
yang berlangsung lebih dari 3 bulan, keringat malam,
4. bercak
keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang,
7. TBC
Gejala Mayor
3.
pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan
paha
4.
batuk kronis selama lebih dari 1 bulan
5.
munculnya herpes zoster berulang dan bercak –
bercak gatal diseluruh tubuh
Salah Satu Pasien dENGAN hiv/aids
Bayi Yang meninggal karena HIV/AIDS
Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah :
menurunnya kualitas dan
produktivitas SDM (usia produktif=84%); angka kematian tinggi dikarenakan
penularan virus HIV/ AIDS
pada bayi, anak dan orang tua; serta adanya ketimpangan
sosial karena stigmatisasi terhadap penderita HIV/ AIDS masih kuat.
K. Cara
Penularan HIV/AIDS
HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen), cairan vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air kencing, air mata dan keringat
yang mengandung virus dalam jumlah kecil tidak berpotensi menularkan HIV.
Penularan
AIDS dapat dibagi dalam 2 jenis :
a. Secara Kontak Seksual
1.
Ano-Genital : Cara hubungan seksual ini
merupakan perilaku seksual dengan resiko tertinggi bagi penularan HIV,
khususnya bagi kaum mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari
pengidap HIV.
2.
Ora-Genital : Cara hubungan ini
merupakan tingkat resiko kedua, termasuk menelan semen dari mitra seksual
pengidap HIV.
3.
Genito-Genital / Heteroseksual
Penularan
secara heteroseksual ini merupakan tingkat penularan ketiga, hubungan suami
istri yang mengidap HIV, resiko penularannya, berbeda-beda antara satu peneliti
dengan peneliti lainnya.
- Secara
Non Seksual
Penularan
secara non seksual ini dapat terjadi melalui :
1.
Transmisi Parental
Penggunaan
jarum dan alat tusuk lain (alat tindik, tatto) yang telah terkontaminasi,
terutama pada penyalahgunaan narkotik dengan mempergunakan jarum suntik yang
telah tercemar secara bersama-sama. Penularan parental lainnya, melalui
transfusi darah atau pemakai produk dari donor dengan HIV positif, mengandung
resiko yang sangat tinggi.
2.
Transmisi Transplasental
Transmisi
ini adalah penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak, mempunyai
resiko sebesar 50%. Disamping cara penularan yang telah disebutkan di atas ada
transmisi yang belum terbukti, antara lain:
Ø ASI
Ø Saliva/Air liur
Ø Air mata
Ø Hubungan sosial dengan orang serumah
Ø Gigitan serangga
Walaupun
cara-cara transmisi di atas belum terbukti, akan tetapi karena prevalensi HIV
telah demikian tinginya di Amerika Serikat, maka tetap dianjurkan :
·
Ibu
yang mengidap supaya tidak menyusui bayinya.
·
Mengurangi
kontaminasi saliva pada alat seduditasi pada saat berciuman dan pada anak-anak
yang mengidap HIV yang menderita gangguan jiwa dan sering digigit serangga.
·
bagi
dokter ahli mata dianjurkan untuk lebih berhati-hati berhubungan dengan air
mata pengidap HIV.
Perlu diketahui AIDS tidak menular
karena :
1.
Hidup
serumah dengan penderita AIDS (Asal tidak berhubungan seksual)
2.
Bersentuhan
dengan penderita.
3.
Berjabat
tangan.
4.
Penderita
AIDS bersin atau balik di dekat kita.
5.
Bersentuhan
dengan pakaian atau barang lain dari bekas penderita.
6.
Berciuman
pipi dengan penderita.
7.
Melalui
alat makan dan minum.
8.
Gigitan
nyamuk dan serangga lainnya.
9.
Bersama-sama
berenang di kolam.
Kelompok Pelaku Risiko Tinggi
1.
1.Usia
·
20-34 tahun pada laki-laki
·
16-24 tahun pada wanita
2.
2.Pelancong
3.
3.Pekerja sex komersial
4.
4.Pecandu narkotik
5.
5.Homosex
1. Pencegahan melalui hubungan seksual
HIV
terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti berperan dalam
penularan AIDS adalah mani, cairan vagina dan darah.
HIV
dapat menyebar melalui hubungan seksual pria ke wanita, dari wanita ke pria dan
dari pria ke pria.
Setelah
mengetahui cara penyebaran HIV melaui hubungan seksual maka upaya pencegahan
adalah dengan cara :
·
Tidak
melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif, namun tidak
mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan biologis.
·
Melakukan
hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual yang setia dan tidak
terinfeksi HIV (homogami)
·
Mengurangi
jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
·
Hindari
hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS.
·
Tidak
melakukan hubungan anogenital.
·
Gunakan
kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan kelompok resiko
tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.
·
Tidak melakukan hubungan seks pra nikah
·
Tidak berganti-ganti pasangan
·
Apabila salah satu pihak sudah terinfeksi HIV, gunakanlah kondom.
2. Pencegahan melalui darah
Darah
merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS. Penularan AIDS melalui darah
terjadi dengan :
·
Transfusi
darah yang mengandung HIV.
·
Jarum
suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas pakai orang yang
mengidap HIV tanpa disterilkan dengan baik.
·
Pisau
cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV.
·
Langkah-langkah
untuk mencegah terjadinya penularan melalui darah adalah:
·
Darah
yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan jalan memeriksa
darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan sebab memerlukan biaya yang
tingi serta peralatan canggih karena prevalensi HIV di Indonesia masih rendah,
maka pemeriksaan donor darah hanya dengan uji petik.
·
Menghimbau
kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi donor darah. Apabila
terpaksa karena menolak, menjadi donor menyalahi kode etik, maka darah yang
dicurigai harus di buang.
·
Jarum
suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku setiap kali
habis dipakai.
·
Semua
alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus disterillisasikan
secara baku.
·
Kelompok
penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan penyuntikan obat ke dalam
badannya serta menghentikan kebiasaan mengunakan jarum suntik bersama.
·
Gunakan
jarum suntik sekali pakai (disposable)
·
Membakar
semua alat bekas pakai pengidap HIV.
·
Transfusi darah dengan yang tidak terinfeksi.
·
Sterilisasi jarum suntik dan alat-alat yang melukai kulit.
·
Hindari pengguna narkoba.
·
Tidak menggunakan alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur
dan sikat gigi berdarah dengan orang lain.
·
Steril peralatan medis yang berhubungan dengan cairan manusia
3. Pencegahan penularan ibu kepada anak
Ibu
hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut kepada janinnya.
Penularan dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan, pada waktu
persalinan dan sesudah bayi di lahirkan.
·
Ibu yang telah terinfeksi HIV agar mempertimbangkan kehamilannya.
·
Tidak menyusui bayinya.
M.Pemeriksaan Diagnostik
Tes-tes
saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan bayi dapat menunjukkan
tes negative pada usia 9 sampai 15 bulan. Penelitian mencoba mengembangkan
prosedur siap pakai yang tidak mahal untuk membedakan respons antibody bayi dan
ibu :
v Hitung darah lengkap (HDL) dan
jumlah limfosit total: Bukan diagnostic pada bayi baru lahir tetapi memberikan
data dasar imunologis.
v ELISA : Mengidentifikasi antibody
yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency Virus (HIV).
ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang
terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang
yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
disebut seropositif.
v Western bold ( uji konfirmasi yang
umum ) : mendeteksi adanya antibody terhadap beberapa protein spesifik HIV
v Kultur HIV (dengan sel mononuclear
darah perifer dan, bila tersedia, plasma).: Standar emas untuk meamstikan
diagnosis pada bayi.
v Tes reaksi rantai polymerase ( polymerase
chain reaction ( PCR ) :dengan leukosit
darah perifer: Mendeteksi DNA viral pada adanya kuantitas kecil dari sel
mononuclear perifer terinfeksi.
v Antigen p24 serum atau plasma:
peningkatan nilai kuantitatif dapat menjadi indikatif dari kemajuan infeksi
(mungkin tidak dapat dideteksi pada tahap sanagt awal infeksi HIV)
v Penentuan immunoglobulin G, M, dan A
serum kualitatif (IgG, IgN, dan IgA): Bukan diagnostic pada bayi baru lahir
tetapi memberikan data dasar imunoogis.
v Uji Antigen HIV: Mendeteksi Antigen HIV
v HIV, IgA, IgM: mendeteksi antibody
HIV yang diproduksi bayi
HIV menyebabkan terjadinya
penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan terhadap serangan infeksi
oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan pada pasien untuk
menghentikan aktivitas virus , memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya
infeksi oportunistik, memperbaiki
kualitas hidup, dan menurunkan kecacatan.Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah
dengan pengobatan ARV
(antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.
Jenis
obat-obat antiretroviral :
- Attachment
inhibitors (mencegah
perlekatan virus pada sel host) dan fusion
inhibitors (mencegah fusi
membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini adalah obat baru yang
sedang diteliti pada manusia.
- Nucleoside
Reverse transcriptase inhibitors atau NRTI, mencegah
salinan RNA virus ke dalam DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini
adalah golongan Nukes dan Non-Nukes.
- Nucleotide
reverse Integrase inhibitors atau NtRTI,).Yang termasuk golongan ini
adalah tenofovir(TDF)
- Non-
Nucleotide reverse Integrase inhibitors atau NNRTI,). Golongan ini juga bekerja
dengan menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA dengan cara mengikat
reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi.
- Protease
inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong DNA menjadi
potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah beredar di
pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).
- Immune
stimulators (perangsang
imunitas) tubuh melalui kurir (messenger)
kimia, termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih
dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.
- Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat pada virus
untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.
- Fusion inhibitor. Yang termasuk golongan ini adalah
Enfuvirtide (T-20)
Obat-obatan yang diberikan pada ibu hamil
untuk mencegah bayi agar tidak terkontaminasi HIV/AIDS yaitu :
·
zidovudine (AZT) : Kegunaan untuk mencegah
replikasi HIV pada bayi yang lebih besar dari 3 bulan.namun,efek samping dapat
membatasi manfaatnya
·
Didanosin (Videx) : Dapat digunakan untuk
mengatasi strain HIV yang resisten pada zidovudin.
·
Ketokonazol (Nizoral) : Tindakan efektif untuk
infeksi jamur sistemik.
·
Trimetoprim-sulfametoksazol (Bacrim):
Diberikan untuk bayi simtomatik atau bayi asimtomatik dengan jumlah CD4 dibawah
500/mm untuk mencegah PCP.
·
Zat kontras tripel,basitrasin: Agens antimicrobial
digunakan pada perawatan tali pusat untuk menurunkan risiko tinggi infeksi.
·
Gansiklovir: Pengobatan pilihan untuk infeksi
CMV untuk mencegah kebutaan/diseminata yang mengancam hidup.
Terapi Antiretroviral yang Sangat Aktif (Highly
Active Antiretroviral Therapy; HAART)
Golongan Obat
|
Contoh
|
Nucleoside
Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Zidovudin
Didanosin
Zalsitabin
Stavudin
Lamivudin
Abacavir
|
ZDV, Retrovir
Ddl, Videx
ddC, HIVID
d4T, Zerit
Epivir
Ziagen
|
Non
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor(NNRTI)
Nevirapin
Delavirdin
Efavirenz
|
Viramune
Rescriptor
Sustiva
|
Inhibitor
Protease (PI)
Indinavir
Ritonavir
Nelvinavir
Sakuinavir
Amprenavir
Lopinavir
|
Crixivan
Norvir
Viracept
Ivirase, Fortovase
Agenerase
Kaletra
|
Sumber
: Silvia Anderson (2006)
Pemberian Obat ARV yang Beredar di
Indonesia
Nama
Generik
|
Nama
Dagang
|
Dosis
|
Jumlah Pil
Harian
|
Aturan
Makan
|
|
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
|
|||||
Duviral
|
Tablet, kandungan Zidovudin 300 mg,
lamifudin 150 mg, 2x/hari
|
2
|
Sesudah makan
|
||
Lamividun (3TC)
|
1 pil 150mg, 2x/hari
|
2
|
--
|
||
Zidovudin (ZDV,AZT)
|
Retrovir
Adovir
Avirzid
|
1 pil 300mg 2x/hari
|
2
|
--
|
|
Stavudin (d4T)
|
Stavir
Zerit
|
Berat badan ≥ 60 kg : 1 pil 40 mg, 2x/hari
Berat badan < 60 kg : 1 pil 30 mg,
2x/hari
|
2
|
--
|
|
Didanosin (ddl)
|
Videx
|
Berat badan ≥ 60 kg : 2 tablet 200 mg,
1x/hari
Berat badan < 60 kg : 2 tablet 125 mg,
1x/hari
|
2
|
Pakai 2 jam sebelum atau 1 jam sesudah makan
|
|
Non Nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitor (NNRTI)
|
|||||
Efavirenz (EFV, EFZ)
|
Stocrin
|
1 kapsul 600 mg, 1x/hari
|
1
|
Malam hari, hindari makanan yang berlemak
|
|
Nevirapine (NVP)
|
Viramune Neviral
|
1 tablet 200 mg, 2x/hari
|
2
|
--
|
|
Inhibitor Protease (PI)
|
|||||
Nelfinavir (NFV)
|
Nelvex Viracept
|
5 tablet 250 mg, 2x/hari
|
10
|
Pakai dengan makan
|
|
Kelas-kelas
Obat HIV
Nucleoside Reverse
Transcriptase Inhibitor (NRTI)
|
||
Nama
Obat Generik
|
Kategori FDA
|
Dosis
|
Zidovudin,AZT(retrovir)
|
C
|
300mg po 2 x sehari
|
Lamivudin
, 3TC (epivir)
|
C
|
150mg po 2 x sehari
|
Zalsitabin
, ddc (hivid)
|
C
|
0,75mg po 3 x sehari
|
Stavudin,d4T(zerit)
|
C
|
<60kg 30mg po 2 x
sehari
|
|
>60kg 40 mg po 2 x
sehari
|
|
Abakavir,
APV(Ziagen)
|
C
|
300mg po 2 x sehari
|
AZT
+ 3TC ( Combivir )
|
C
|
300mg AZT + 150 mg 3TC po
2 x sehari
|
Tenofovir
DF (viread)
|
B
|
300 mg po setiap hari
|
|
||
Non-nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitor (NNRTI)
|
||
Nama
obat generik
|
Kategori FDA
|
Dosis
|
Nevirapin,NPV(viramune)
|
C
|
200mg po 2 xsehari
|
Delavirdin,DLV(rescriptor)
|
C
|
400mg po 3x sehari
|
Efaviren,EFV(Sustiva)
|
C*
|
600mg po setiap malam
|
|
||
Protease Inhibitor (PI)
|
||
Nama
obat generik
|
Kategori FDA
|
Dosis
|
Saquinavir
,SVQ,hgc(invirase)
|
B
|
400mg po 2 xsehari dengan
RTV
|
Saquinavir
,SVQ,sgc(Fortovase)
|
B
|
1200mg po 3 x sehari
|
Ritonavir,RTV(Norvir)
|
B
|
600mg po 2 x sehari
|
Indinavir,IDV(crivican)
|
C
|
800mg setiap 8 jam
|
Amprenavir,APV(agenerase)
|
C
|
1200mg po 2x sehari
(kapsul ) atau 1400mg po (larutan oral
)
|
|
|
|
Efek Samping
berdasarkan Jenis Obat ARV
Nama Generik
|
Nama Dagang
|
Efek Samping
|
Nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitor(NRTI)
|
||
Lamivudin (3TC)
|
Umum : mual/diare; sakit kepala; neutropenia; kelelahan;
ruam; sakit perut
Parah : pancreatitis (jarang)
|
|
Zidovudin (ZDV, AZT)
|
Retrovir
Adovi
Avirzid
|
Umum : mual/muntah; sakit kepala; neutropenia; kelelahan;
anoreksia; SGPT/SGOT tinggi; miopati dan miotosis (jarang)
Parah : Anemia
|
Stavudin (d4T)
|
Stavir
Zerit
|
Umum : mual/muntah/diare; sakit kepala; kelelahan; ruam; SGPT/SGOT
tinggi
Parah : neuropati perifer; pancreatitis; amilase tinggi
|
Didanosin (ddl)
|
Videx
|
Umum : mual/muntah/diare, sakit kepala, ruam; halusinasi
Parah : pankreatitis; neuropati perifer, amylase tinggi
|
Non Nucleoside Reverse Transcriptase
Inhibitor (NNRTI)
|
||
Efavirenz (EFV, EFZ)
|
Stocrin
|
Umum : mual/diare; sakit kepala; ruam; SGPT/SGOT tinggi
Parah : gejala system saraf pusat; sindrom Stevens-Johnson
(jarang)
|
Nevirapine (NVP)
|
Viramune
Neviral
|
Umum : mual/diare; sakit kepala; kelelahan; ruam
Parah : ruam parah/sindrom Stevens-Johnsons;
SGPT/SGOT tinggi; hepatitis
|
Inhibitor Protease (PI)
|
||
Nelfinavir (NVF
|
Nelvex
Viracept
|
Umum : mual/diare; sakit perut; ruam;gas
|
(sumber
: Spiritia, 2006)
Pemberian Dosis Untuk Bayi , Ibu Hamil Dan Dewasa
|
|
||||||||||||||||
|
|
Lamivudine (3TC)
|
- Sirup: 10 mg/ml-
Tablet: 150 mg
|
Semua umur
|
§ < 30
hari: 2 mg/kg/dosis, 2x/hari
§ ≥ 30
hari atau < 60 kg:
4 mg/kg/dosis, 2x/hari
§ Dosis
maksimal:
> 60 kg: 150 mg/dosis, 2x/hari |
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Gambar
Obat HIV/AIDS
O. Cara
Penularan HIV / AIDS dari Ibu ke Anak
Penularan
HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV / AIDS sebagian
besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang
terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997).. Penularan ini dapat
terjadi dalam 3 periode:
1. Periode kehamilan
Selama
kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan
karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri.
Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta,
tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV.
Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
a. Mengalami
infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta selama kehamilan.
b.
Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat
itu.
c. Mempunyai
daya tahan tubuh yang menurun.
d.
Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi
untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
2. Periode persalinan
Pada
periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan
periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal atau kontak
antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat
melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko
penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat
dengan section caesaria.
Faktor
yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama proses
persalinan adalah:.
a. Chorioamnionitis akut
(disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya).
b.
Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu
misalnya, episiotomy.
c. Anak pertama dalam
kelahiran kembar.
3. Periode
Post Partum
Cara
penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Diketahui bahwa ibu
yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15%
dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI
tergantung dari:
a. Pola pemberian ASI,
bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang berisiko dibanding
dengan pemberian campuran.
b.
Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi
payudara lainnya.
c. Lamanya pemberian
ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
d.
Status gizi ibu yang buruk
P.
Pemberian
ASI dari ibu yg tertkena HIV/AIDS
Kandungan dalam Air Susu Ibu (ASI)
diduga kuat mengurangi risiko penularan HIV dari ibu kepada anak. Karena itu
para wanita yang terinfeksi HIV disarankan untuk tetap menyusui bayinya sambil
terus mengonsumsi obat ARV.
Penelitian yang dilakukan di Zambia menyimpulkan hal tersebut. Para peneliti mengumpulkan contoh ASI dari 81 wanita dengan HIV positif yang menularkan virus mereka pada bayinya selama masa menyusui, serta 86 contoh ASI dari wanita yang positif HIV tetapi tidak menularkan virus, serta 36 wanita yang tidak terkena HIV.
Para ilmuwan kemudian menganalisa sampel ASI tersebut untuk mengetahui konsentrasi karbohidrat yang disebut oligosakarida dalam susu manusia. Ada bukti kuat yang menunjukkan oligosakarida mengandung komponen aktif imunologi yang mengurangi risiko penularan virus.
Hasil penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutirion menemukan bahwa wanita yang ASI-nya memiliki kandungan oligosakarida dalam jumlah tinggi, beresiko lebih rendah menularkan HIV kepada bayinya dibandingkan dengan mereka yang konsentrasinya lebih rendah.
Tidak
semua bayi yang dilahirkan perempuan yang HIV-positif tertular HIV. Waktu si
bayi tumbuh dalam kandungan, darah ibu dan bayinya menjadi sangat dekat- tetapi
biasanya tidak bercampur. Bila 100 ibu yang terinfeksi HIV masing-masing
melahirkan satu bayi, rata-rata 30 bayi akan tertular HIV. Rata-rata virus akan
ditularkan pada lima bayi selama kehamilan, 15 lagi pada saat persalinan, dan
sepuluh bayi lagi setelah lahir melalui ASI. Risiko penularan dari ibu-ke-bayi
sangat berbeda-beda tergantung pada faktor yang dibahas di bawah.
Ada
beberapa bukti bahwa menyusui eksklusif, yaitu si bayi menerima hanya ASI,
lebih aman daripada dicampur dengan pengganti ASI (PASI), dan bahkan dapat
melindungi bayi terhadap penularan HIV pada saat persalinan. Adalah lazim
memberi air atau cairan lain sebelum ASI keluar, dan PASI diberikan pada
minggu-minggu pertama kehidupannya. Bayi tidak perlu menerima makanan atau
minuman apa pun selain ASI pada enam bulan pertama kehidupannya. Cairan atau
makanan lain menyebabkan peradangan pada lapisan usus yang dapat memungkinkan
HIV yang terdapat pada ASI dapat masuk melewati dinding usus.
Sebuah
studi terbaru melaporkan, menyusui yang
membantu membentuk sistem kekebalan tubuh bayi, mungkin menjadi pilihan terbaik
bagi ibu-ibu yang terinfeksi HIV di negara-negara berkembang. Meskipun hal itu
berisiko menularkan virus AIDS pada bayi mereka.
Secara
umum, ibu yang dinyatakan HIV positif dianjurkan untuk memberikan susu formula
pada bayinya untuk membatasi risiko penyebaran virus HIV. Namun, hal tersebut
ternyata menimbulkan masalah di negara-negara yang kesulitan air bersih dan
bahan kebutuhan lainnya.
Berbicara
di depan konferensi Retroviruses and Opportunistic Infections ke-14, dokter
anak dari Universitas KwaZulu-Natal Afrika Selatan, Dr Hoosen Coovadia
mengatakan bahwa jika ibu-ibu dengan HIV positif di negara-negara berkembang
diperintahkan menyusui bayinya, maka akan menyebabkan sekitar 300.000 bayi
terinfeksi HIV. Namun tindakan ini akan menyelamatkan 1,5 juta orang dari
kematian akibat penyakit lainnya.
Q. Peran
Bidan Dalam Menghadapi Pasien HIV/AIDS
Pasien HIV/AIDS memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus yang
perlu dipertimbangkan dengan menetapkan tujuan terapi sebagai berikut:
1. Membantu pasien
mempertahankan kontrol akan hidupnya dan membantu mereka menemukan mekanisme
pertahanan yang sehat, termasuk sikap yang selalu positif dalam menghadapi
begitu banyak tantangan dan stres dalam perjalanan penyakitnya.
2. Membantu pasien
menghadapi perasaan bersalah, penyangkalan, panik, dan putus asa.
3. Bekerja bersama pasien
menciptakan perasaan self-respect (menghormati diri sendiri) dan menyelesaikan
konflik mereka jika ada (misalnya homoseksualitas, penggunaan obat-obat
terlarang, dan sebagainya).
4. Membantu mereka
berkomunikasi dengan keluarga, pasangan hidup dan teman-teman mengenai penyakit
mereka dan rasa takut akan penolakan serta ditinggalkan. Juga membantu mereka
membina hubungan interpersonal yang memuaskan.
5. Membantu mereka
membangun strategi untuk berhadapan dengan krisis nyata yang mungkin terjadi,
baik dalam kesehatan maupun sosioekonomi, dan hal-hal dalam kehidupan lainnya.
R. Tujuan Penanggulangan HIV/AIDS
v Tujuan Umum
Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan
kualitas hidup ODHA serta mengurangi dampak sosial ekonomi akibat HIV/ AIDS.
v Tujuan Khusus
1. Menyediakan dan
menyebarluaskan informasi dan menciptakan suasana kondusif untuk
mendukung upaya penanggulangan HIV/AIDS, dengan menitikberatkan pencegahan pada
populasi beresiko dan lingkungannya.
2. Menyediakan
pelayanan perawatan, pengobatan, dukungan dan konseling kepada ODHA yang
terintegrasi dengan upaya pencegahan.
3. Meningkatkan
peran serta remaja, perempuan, keluarga dan masyarakat umum termasuk ODHA dalam
berbagai upaya penanggulangan HIV/AIDS.
4. Menciptakan dan
mengembangkan kemitraan antara lembaga pemerintah, LSM, sektor swasta dan dunia
usaha, organisasi profesi, dan lembaga donor baik nasional maupun internasional
di pusat dan di daerah untuk meningkatkan respons nasional terhadap HIV/AIDS.
5. Meningkatkan
koordinasi kebijakan nasional dan daerah serta inisiatif dalam
penanggulangan HIV/AIDS.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
dari makalah ini, bahwasanya kita harus Waspada terhadap Virus HIV AIDS.
Makalah inijuga menjelaskan tentang pengertian HIV AIDS, asal usul-nya, cara
penularannya, masa inkubasinya, gejalanya hingga yang beresiko tinggi terkena
HIV AIDS.
Tuhan YME. Mempunyai kekuasaan dalam
mengatur segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini, Dialah yang menciptakan alam
semesta dengan segala isinya. Begitupun dengan segala peristiwa yang terjadi
dimuka bumi ini misalnya : kebahagiaan, kesedihan bencana alam, kelahiran,
kematian, dan sebaginya. Muncullah virus HIV/AIDS merupakan salah satu
peristiwa besar dalam sejarah kehidupan manusia.
HIV adalah suatu virus yang hidup dalam
tubuh manusia, dan dan dapat menyebabkan timbulnya AIDS, yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia, sehingga tubuh mudah terserang penyakit dan lam
kelamaan akan meninggal, sudah menjadi sifat manusia yang selalu ingin
merasakan kenikmanatan tanpa mempedulikan akibatnya, misalnya : melakukan
perzinahan, penggunaan narkotika suntikan, dan sebagainya. Kita umat manusia
sudah mengetahui bahwa perbuatan-perbuatan tersebut sangat dilarang,baik
menurut ajaran agama masing-masing maupun aturan hukum yang berlaku. Tetapi
dari sebagian kita tetap saja melakukan hal-hal tersebut, misalnya : WTS,
Homoseks,Biseks, Mucikari, dan orang-orang yang sering berganti-ganti pasangan
dan melakukan hubungan seksual diluar nikah. Dan berbahaya, dan sampai saat ini
belum ditemukan obatnya.
Adapun gejala-gejala yang dapat kita
lihatpada penderita AIDS yaitu demam yang berkepanjangan di sertai keringat
malam, batuk dan sariwan yang terus menerus,berat badan turun dengan drastis,
dsb, yang akan di akhiri dengan kematian.
Oleh karena itu, kita harus
menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat menyebabkan AIDS, yaitu melalui
pencegahan misalnya :tidak melakukan hubungan seksual secara bebas,
menghidarkan penggunaan narkotika suntikan, dan sebagainya.
Tapi bagaimanapun beratnya cobaan yang
diberikan, Tuhan YME. Akan selalu membukakan jalan bagi umatnya. Misalnya :
sekarang telah ada obat anti HIV yang efektif untuk pengobatan kombinasi.
Masalah AIDS ini tidak tentu akan menyebar luas, apabila dilakukan pencegahan
secara dini, apalagi jika ada partisipasi dari semua pihak.
B.
Saran
Saran kamai jangan mendekatlah dengan virus HIV AIDS agar kita tidak terjerumus
ke dalam virus tersebut, biasanya orang yang terkena virus HIV itu gara-gara
orang itu psiko tinggi (heteroseksual) biasanya banyak terjadi pada kaum
perempuan yang selalu gonta ganti pasangan. Hendaknya kita selalu mendekatkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berusaha menghindarkan diri dari hal-hal
yang bisa menyebabkan AIDS. Adapun hal-hal yang harus kita tidak lakukan
diantaranya :
- Jangan melakukan
hubungan seksual diluar nikah (berzinah), dan jangan berganti-ganti
pasangan seksual.
- Apabila
berobat dengan menggunakan alat suntik, maka pastikan dulu apakah alat
suntik itu steril atau tidak.
- Apabila melakukan
tranfusi darah, terlebih dahulu perikasakan apakah tranfusi darah
itu bebas dari virus HIV.
- Bagi para generasi
muda, jauhilah obat-obatan terlarang terutama narkotika melalui alat
suntik, alat-alat tato, anting tindik, dan semacamnya yang bisa saja
menularkan AIDS, karena alat-alat aeperti itu tidak ada gunanya.dan
hindarkan diri dari pergaulan bebas yang bersifat negatif.
- Apabila ada
seminar-seminar, penyuluhan-penyuluhan, iklan ataupun brosur-brosur, yang
mengimpormasikan tentang AIDS, sebaiknya kita memperhatikan denganbaik,
agar segala sesuatu tentang AIDS dapat diketahui, sehingga kita bisa
menghindarkan diri sejak dini dari AIDS.
- Orang yang
mengetahui dirinya telah terinfeksi virus AIDS hendaknya menggunakan
kondom apabila melakukan hubungan seksual, agar virus AIDS tidak menular
pada pasangan seksualnya.
Daftar Pustaka
1.
Rukiyah.Ai Yeyeh. 2011. Asuhan Kebidanan IV .
TIM . Jakarta
2.
M.Nurs,Nursalam.2007.Asuhan Keperawatan Pada
Pasien HIV/AIDS.Edisi
Pertama.Salemba Medika.Jakarta
3.
Varney,Helen.2006.Buku Ajar Asuhan Kebidanan
.Edisi ke Empat. EGC .Jakarta.
4.
Betz. Cecily L.
2002 . Buku Saku Keperawatan Pediatri . EGC . Jakarta
5.
Doenges . Marilynn
E . 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. EGC.Jakarta
6.
Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia . 1992 . Seluk Beluk AIDS yang Perlu Anda Ketahui. FKUI.
Jakarta
SOAL-SOAL
KELOMPOK 15
1. kepanjangan
dari HIV adalah . . . . . . .
a. Human
Immunodeficyency Virus
b. Human
immonodeficyency virus
c. Human
imnudefisiensy virus
d. Human
immunoicyency virus
2. kepanjangan
dari AIDS adalah . . . . .
a. Aquired
Imunnodeficyency Sindrome
b. Acquired
Imunodeficyency Sindrome
c. Akuired
imnudefisensy Sindrome
d. Akuiret
imnudefisiensi sindrome
3. Yang
paling dominan cepat terkena virus HIV adalah
a. Ibu
hamil
b. Jarum
suntik
c. Ciuman
d. Pelukan
4. HIV/AIDS
adalah . . . .
a. Penyakit
yang menular yang menyerang seluruh kekebalan tubuh
b. Yang
menyerang tubuh
c. Yang
menyerang sebagian tubuh saja
d. Penyakit
menular
5. Ada berapa pembagian stadium pada HIV ..
a. 2
b. 3
c. 4
d. 5
6. Sebutkan jenis obat-obatan ARV ..
a. NRTI, Fusion Inhibitor dan PI
b. NNRTI , NtRTI dan CBA
c. PI, NNRTI dan TZA
d. NRTI, VCZ dan NtRTI
7. konseling apa yang dibutuhkan pada ibu hamil
dengan HIV/AIDS ?
a. konseling
personal hygen
b. konseling pra dan pasca test
c. konseling nifas
d. konseling kebutuhan diri
8. cara persalinan yang diperkenankan pada ibu
dengan HIV positif adalah ?
a. operasi cesar
b. persalinan normal
c. episiotomy
d. laparatomy
9. jelaskan mengenai stadium 4 pada masa HIV ?
a. ibu dengan HIV tidak akan menunjukan gejala
klinis sehingga ibu tampak normal dan sehat dan mampu melakukan aktivitas
seperti biasa
b. sudah mulai menunjukan gejala ringan seperti
penurunan berat badan 10 %
c. ibu dengan HIV sudah tampak lemah , gejala dan
infeksi sudah mulai bermunculan dan ibu
akan mengalami penurunan berat badan yang lebih berat, dan infeksi sudah
menjalar keparu-paru
d. pasien akan menjadi AIDS aktivitas akan banyak
dilakukanditempat tidur karena kondisi sudah semakin lemah dan terjadi infeksi
berat
10. Ibu
dengan HIV positif tidak akan menunjukan gejala klinis yang berarti sehingga
ibu akan tampak sehat seprti orang normal dan mampu melakukan aktifitasnya
seperti biasa, diatas adalah menyangkut . .
a. stadium 2
b. stadium 1
c. stadium 4
d. stadium 3
11. ARV
diberikan pada pasien HIV/AIDS dengan tujuan untuk..
a. untuk
menghambat proses perubahan RNA virus menjadi DNA
b. membuat
berbagai potongan sebagai bahan untuk membuat virus baru
c. memulihkan
system imun dan mengurangi terjadinya infeksi oportunistik
d. memproduksi
virus baru
12. sel
– sel yang dipakai virus untuuk melewati sel darah otak masuk kedalam otak
termasuk HIV dapat pula….
a. menginfeksi
makrofag
b. peningkatan
produksi imunoglobin
c. memperlambat
replikasi HIV
d. dimanifestasikan
sebagi penyakit multisystem
13. salah
satu kategori klinis yang dikombinasikan dengan kategori imun diklasifikasikan
sebagai..
a. HIV
b. Hubungan
seksual
c. infeksi
lain yang biasanya terjadi sekunder terhadap penurunan system imun
d. AIDS
14. screanning
yang baik dan pemberian obat antiretroviral adalah cara untuk melakukan
pencegahan terhadap ..
a. mencegah
penularan HIV dari ibu kepada bayi
b. menejemen
ibu hamil penderita AIDS
c. penderita
dengan limfosit CD4+
d. menjaga
proses kelahiran tetap singkat waktunya
15. kapan
orang mulai mengalami destruksi sel CD4+ secara bertahap.
a. melalui
pemakaian obat-obatan secara intravena
b. penurunan
yang mengalami penurunan produksi antibody spesifik
c. pada
saat virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel imunologik lainya
d. virus
untuk melewati sel darah otak masuk
kedalam otak
16. manakah
yang termasuk pola penyebab AIDS didunia …
a. Homoseks,Biseks,
dan pecandu obat bius
b. lingkunan
yang tidak sehat
c. factor
keluarga
d. factor
gen
17. pengertian
dari CD4 adalah .. . . ..
a. meningkatkan
status kesehatan wanita
b. suatu
cara mengukur perkembangan penyakit limfosit
c. pengukuran
elemen sel darah merah
d. untuk
mengevaluasi kesehatan dan perkembangan
18. Tanda
– tanda remaja terkena HIV adalah
a. berat
badan lahir rendah , gagal tumbuh , sariawan orofaring
b. diare
kronik atau kambuhnya sinusitis
c. demam,
keletihan , keringat malam
d. muntah
, sakit kepala, malaria
19. apa
saja yang dimaksud peningkatan imunoglobin serum adalah
a. penurunan
imunologis dan kebutuhan terhadap rawatan terapi zidovudin
b. deteksi
dini renitis terhadap penyakit CMV
c. penurunan
berat badan
d. tanda
infeksi HIV pediatric dan dapat terjadi penurunan CD4 ( sel-T-Helfer)
20. berapakah
dosis obat zidovudin?
a. 300mg
po 2 x sehari
b. 100mg
po 2 x sehari
c. 150
mg po 2x sehari
d. 200
mg po 2 x sehari
JAWABAN
1.
A
2.
B
3.
B
4.
A
5.
C
6.
A
7.
B
8.
A
9.
D
10.
B
11.
C
12.
A
13.
D
14.
A
15.
C
16.
A
17.
B
18.
C
19.
D
20.
A
Pertanyaan
Dari Audience
1.
Disty Nawangsi
Petanyaan :
Jelaskan perawatan kehamilan , persalinan dan pascasalin pada pasien dengan HIV/AIDS ?
jawaban : Untuk kehamilan wanita dengan
HIV/AIDS harus diberikan penyuluhan tentang kehamilanya,baik berupa penghentian
maupun kelanjutan karena adanya resiko transmisi vertical HIV/AIDS dari ibu
kebayi sebesar 25-45%. untuk persalinan dilakukan dengan berhati hati dan
menerapkan kewaspadaan universal dan alat pelindung diri lengkap. penghisapan
lender bayi tidak boleh dilakukan dengan penghisap mulut melainkan dengan
kateter penghisap yang dihubungkan dengan mesin penghisap, dan diusahakan
persalinan dilakukan dengan melakukan opersi ceasear. utuk pascasalin wanita
bisa dianjurkan untuk memilih metode kontrasepsi yang mereka sukai untuk
mencegah kehamilan selanjutnya . kontrasepsi harus segera dipakai paling lambat
4 mg setelah persalinan.
2.
Frety Novalia Hrp
Pertanyaan : jika ada seorang ibu hamil terkena
HIV/AIDS informasi apa saja yang harus disampaikan pada ibu hamil tersebut?
jawaban :
konseling yang diberikan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS adalah
·
diberikan konseling pratest dan pascatest
konseling
pratest diantaranya :
ü informasi
mengenai penularanya HIV melalui hubungan seksual dan bagaimana cara
mencegahnya
ü informasi
mengenai penularan HIV dari ibu keanak dan bagaimana penanggulanganya
ü informasi
mengenai proses dan prosedur tes HIV
ü jaminan
kerahasiaan dan bagaimana dan menndiskusikan kerahasiaan dan kemungkinan adanya
konseling bagi pasanagan
ü memberi
informasi atas pemberian ASI pada bayi
konseling pascatest :
ü jika
hasil test negative informasi yang diberikan mengenai pencegahan penularan dimasa depan maka
dianjurkan untuk melakukan test kembali
ü jika
hasil tes positif harus dilakukan informasi mengenai pilihan-pilihan untuk
terapi, termasuk untuk pengobatan ARV bagi dirinya atau untuk pencegahan
penularan ke bayi.
3.
Carry Natalia Damanik
pertanyaan : jelaskan berapa lama masa inkubasi
penularab HIV ke AIDS secara kontak
seksual dan non seksual ?
jawaban
: Penyakit AIDS mempunyai masa inkubasi, yaitu
masa tunas virus AIDS (HIV)
menjadi AIDS. Ketika mulai masa inkubasi
atau mulai terjangkitnya HIV, jumlah sel CD-4 (sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan
sel-sel darah putih manusia) dalam tubuh perlahan-lahan akan berkurang sampai
setengahnya. Ini berarti tubuh telah kehilangan setengah dari kekebalannya.ini
menunjukan terkena gejala HIV ( 2 – 5 tahun ). Dalam kondisi seperti ini
penderita masih memiliki kekebalan tubuh yang berfungsi selama 9-10 tahun .
Tetapi
setelah melewati 9-10 tahun, jumlah sel CD-4 dalam tubuh akan semakin berkurang
dan akhirnya sudah tidak berfungsi lagi. Pada saat inilah penderita tersebut
menjadi penderita AIDS. Kesimpulannya apabila seseorang manusia telah
mengidap penyakit AIDS,
berarti ia telah terinfeksi HIV sekitar 9-10 tahun. Pada masa ini berbagai
penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah dan menyebabkan penderitanya
tersiksa sampai kematian datang menjemputnya.
4.
Tiwi Dana Samosir
Pertanyaan
:Jelaskan mengenai cara penyebaran HIV/AIDS
secara Ano-Genital, Ora-Genital, Genito-Genital ?
Jawaban : Ano-Genital
: Cara hubungan seksual ini merupakan perilaku seksual dengan resiko
tertinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi kaum mitra seksual yang pasif
menerima ejakulasi semen dari pengidap HIV.
Ora-Genital
: Cara hubungan ini merupakan tingkat resiko kedua, melalui mulut
termasuk menelan semen dari mitra seksual pengidap HIV.
Genito-Genital
/ Heteroseksual :
Penularan secara heteroseksual ini merupakan tingkat penularan ketiga, hubungan
suami istri yang mengidap HIV, resiko penularannya, berbeda-beda antara satu
peneliti dengan peneliti lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar