ccii mut

Jumat, 12 Juli 2013

PELAYANAN KONTRASEPSI OPERASI

PELAYANAN KONTRASEPSI OPERASI

METODE OPERASI WANITA (MOW)
TUBEKTOMI
A.    Pengertian
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya dipakai untuk jangka panjang, walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan kembali seperti semula.
Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dan sperma (pembuahan) dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam rahim. Sebelum melakukan tubektomi terlebih dahulu kita lakukan konseling yaitu tim medis atau konselor harus menyampaikan informasi lengkap dan objektif tentang keuntungan dan keterbatasan berbagai metode kontrasepsi itu. Jangka waktu efektif kontrasepsi, angka kegagalan, komplikasi dan efek samping dan kesesuaian kerja kontrasepsi dengan karakteristik dan keinginan klien
Kontrasepsi tubektomi pada wanita atau tubektomi yaitu tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterina.
 Tubektomi pada wanita adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita atau tuba fallopii yang mengakibatkan wanita tersebut tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi. Dahulu tubektomi dilakukan dengan jalan laporotomi atau pembedahan vaginal. Sekarang, dengan alat-alat dan teknik baru, tindakan tubektomi dilakukan secara lebih ringan dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.
 Dalam tahun-tahun terakhir tubektomi merupakan salah satu bagian yang penting dalam program keluarga berencana di banyak Negara. Di Indonesia sejak tahun 1974 telah berdiri Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), yang membina perkembangan metoda dengan opersai (M.O) atau kontrasepsi mantap secara sukarela, tetapi secara resmi tubektomi tidak termasuk kedalam program nasional keluarga berencan di Indonesia.
B.     Keuntungan Tubektomi
1.      Motivasi hanya dilakukan sekali, sehingga tidak diperlukan motivasi berulang-ulang.
2.      Efektivitas hampir 100%
3.      Tidak mempengaruhi libido seksualitas
4.      Kaegagalan dari pihak pasien tidak ada
5.      Sangat efektif dan permanen
6.      Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
7.      Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
8.      Tidak mempengaruhi proses menyusui
9.      Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi local
10.   Tidak bergantung pada faktor senggama
11.  Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang serius
12.  Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

C.    Kerugian Tubektomi
Tindakan ini dapat dianggap tidak ireversibel, walaupun memang ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang akhirnya masih menginginkan anak lagi dengan operasi rekanalisasi. Oleh karena itu, penutupan tuba hanya dapat dikerjakan pada mereka yang menpunyai syarat-syarat tertentu.
 Keterbatasan tubektomi
1.      Harus dipertimbangkan sifat permanan metode kontrasepsi
2.      Klien dapat menyesal dikemudian hari
3.      Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
4.      Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5.      Dilakukan oleh dokter yang terlatih
6.      Tidak melindungi diri dari IMS HBV dan HIV/AIDS

D.    Indikasi Metode Dengan Operasi ( M.O)
1.      Indikasi medis umum
Adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat bila wanita hamil lagi.
a.       Gangguan fisik
Tuberkulosis pulmonum, penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker payudara dan sebagainya.
b.      Gangguan psikis
Skijofremia (psikosis), sering menderita psikosa nifas, dan lain-lain.
2.      Indikasi medis obstetrik
Toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesar berulang, histerektomi dan sebagainya.
3.      Indikasi medis ginekologik
Pada waktu melakukan operasi ginekologis dapat pula dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
4.      Indikasi sosial ekonomi
Indikasi berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa betambah lama betambah berat.
5.      Cukup anak untuk dilakukan kontap sebaiknya dilakukan setelah umur ibu x banyaknya anak.
          
E.     Syarat
Setiap peserta kontap harus memenuhi 3 syarat, yaitu :
1.      Sukarela
Setiap calon peserta kontap harus secara sukarela meneriam pelayanan kontap, artinya secara sadar dan dengan kemauan sendiri memeilih kontap sebagai cara kontrasepsi.
2.      Bahagia
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat bahagia, artinya :
·         Calon peserta tesebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan jasmani
·         Biala hanya mempunyai 2 orang anak, maka anak yang paling kecil berumur sekitar 2 tahun
·         Umur isteri paling muda sekitar 25 tahun
3.      Kesehatan
Setiap calon peserta kontap harus memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak di temukan adanya hambatan atau konta indikasi untuk menjalani kontap. Oleh karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah cukup sehat untuk dikontap atau tidak. Selain itu juga setiap calon peserta kontap harus mengikuti konseling (bimbingan tatap muka) dan menandatangani formulir persetujuan tindakan medik (Informed Consent)

F.     Yang Dapat Menjalani Tubektomi (MOW)
1.      Usia lebih dari 26 tahun
2.      Sudah punya anak cukup (2 anak), anak terkecil harus berusia minimal 5 tahun
3.      Yakin telah mempnyai keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
4.      Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius
5.      Ibu pasca persalinan
6.      Ibu pasca keguguran

G.    Yang sebaiknya tidak menjalani Tubektomi (MOW)
1.      Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
2.      Kencing manis (diabetes)
3.      Penyakit jantung
4.      Penyakit paru-paru
5.      Perdarahan pervaginal yang belum diketahui sebabnya (sehingga harus di evaluasi)
6.      Infeksi sistemik atau pelvic yang akut ( hingga masalah tersebut disembuhkan atau dikontrol)
7.      Belum memberikan persetujuan tertulis
8.      Baru 1 sampai 6 minggu pasca persalinan
9.      Terdapat infeksi atau masalah pada organ kewanitaan
10.  Kondisi kesehatan lain yang berat seperti stroke, darah tinggi atau diabetes

H.    Waktu Pelaksanaan Tubektomi (MOW)
1.      Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila di yakini secara rasional klien tersebut tidak hamil
2.      Hari ke-3 hingga ke-13 dari siklus menstruasi
3.      Pasca persalinan
·         Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu
·         Laraproskopi : tidak tepat untuk klien pasca persalinan
4.      Pasca keguguran
·         Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap atau laparoskopi)
·         Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap saja)
I.       Persiapan Sebelum Tindakan Tubektomi (MOW)
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap wanita adalah :
1.      Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi. Bagi calon akseptor yang menderita maag (kelainan lambung agar makan obat maag sebelum dan sesudah puasa)
2.      Mandi dan membersihkan daerah kemaluan dengan sabun mandi sampai bersih dan juga daerah perut bagian bawah
3.      Tidak memakai perhiasan, kosmetik, cat kuku, dll
4.      Membawa surat persetujuan dari suami yang sudah di tandatangani atau di cap jempol
5.      Menjelang operasi harus kencing telebih dahulu
6.      Datang ke rumah sakit tepat pada waktunya, dengan di temani anggota keluarga (sebaiknya suami)
J.      Cara Tubektomi
1.      Saat Operasi : Tubektomi dapat dilakukan pasca keguguran, pasca persalinan atau masa interval. Di anjurkan tubektomi pasca persalinan sebaiknya di lakukan dalam 24 jam, atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah persalinan. Tubektomi pasca persalinan lewat 48 jam akan dipersulit oleh udema tuba, infeksi, dan kegagalan. Udema tuba akan berkurang setelah hari ke 7 – 10 hari pasca persalinan. Tubektomi setalah hari itu akan lebih sulit dilakukan karena alat-alat genetal telah mengecil dan berdarah
2.      Cara Mencapai Tuba
·         Laparotomi : cara mencapai tuba melalui laratomi biasa, terutama pada masa pasca persalinan
·         Minilaparotomi : laparotomi khusus untuk tubektomi ini paling mudah dlakukan 1-2 hari pasca persalinan. Uterus yang masih besar, tuba yang masih panjang, dan dinding perut masih longgar memudahkan mencapai tuba dengan sayatan kecil sepanjang 1-2 cm di bawah pusat
·         Laparoskopi : pasien dengan posisi litotomi-Kanula Robin dipasang pada kanalis servikalis dan bibir depan servik dijepit dengan tenakulum bersama-sama. Pemasangan alat-alat ini di maksudkan untuk mengendalikan uterus selagi operasi dilakukan
·         Kuldoskopi : pasien dengan pisisis menungging (posisi genupektoral) dan setelah speculum
·         Dimasukkan dan bibir belakang di jepit dan uterus di tarik keluar dan agak ke atas. Dilakukan fungsi dengan jarum tauhy di belakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum diangkat, lubang diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldekop. Melalui kuldeskop dilakukan pengamatan adneksa dan dengan lunam khusus tuba dijepit dan di tarik keluar untuk dilakukan penutupan.
·         Kolpotomi Posterior : pasien dalam posisi litotomi. Dinding belakang vagina di jepit pada jarak 1 – 3 cm dari serviks dengan 2 buah cunam. Lipatan dinding vagina dianatara kedua dijepit digunting sekaligus sampai menembus peritoneum. Lubang sayatan diperlebar dengan dorongan speculum soonawalla. Tuba dapat langung terlihat atau di pancing dan di taik keluar. Mukosa vagina dan peritoneum dijahit secara jelujur, bersama atau di jahit sendiri-sendiri, lama perawatan 2-3 hari, seang anetesi yang dipakai ialah umum dan spinal.
3.      Cara Penutupan Tuba
1.      Teknik Madlener (1919), caranya :
a. Buat loop tuba sekitar 3 cm
b. Tuba dikrus beberapa kali sehingga kanalisnya mengalami kerusakan
c. Ikat dengan benang sutra yang tidak diserap
d. Selanjutnya tuba tidak dipotong, tuba yang sudah dikrus (dilunakkan) ditanamkan dimesosalping
2.      Teknik Irving (1925), caranya :
a. Tuba dipotong 2 cm disekitar isthmus
b. Bagian proksimal ditanamkan pada dinding uterus, bagian distal ditanamkan pada mesosalping
c. Perdarahan dirawat, dinding abdomen ditutup
3.      Teknik Pomeroy (1930), teknik ini dianggap sebagai golden standard karena mudah dan angka kegagalannya kecil :
a. Buat loop tuba sekitar 3 cm
b. Ikat dengan catgut plain
c. Potong di atas jahitan dan biarkan, dinding abdomen ditutup 
4.       Teknik Parkland (1960) :
a. Tuba dipegang dengan babkok, ditarik sedikit ke atas
b. Mesosalping di bawahnya dibuka, untuk memasukkan benang ikatan sebelah pada dua tempat yang dibuka
c. Tuba antara dua ikatan dipotong, perdarahan dirawat dengan baik
5.      Teknik Uchida (1960) :
a. Buat edema artificial dengan saline + epinefrin sehingga tuba tampak putih
b. Tuba dikeluarkan, dipotong dan diikat di dua tempat
c. Bagian proksimal ditanam di bawah mesosalping, bagian distal dibiakan kearah peritoneum, mesosalping dijahit kembali dan perdarahan dirawat
6.      Teknik Kroener (1960) – dilakukan dengan cara memotong fimbriae, sehingga kemampuan untuk ovum pick up tidak ada, ujung ligamentum infundibulo pelvikum dijahit sehingga tidak terjadi perdarahan.
7.      Teknik Yoon ring (1970), menggunakan pita silastik dengan diameter 1mm untuk menjepit loop tuba. Dapat dilakukan melalui laparoskopi maupun laparotomi dengan alat aplikatornya yang dapat menarik tuba sekitar 3 cm, sehingga tuba mengalami iskemia, lama-kelamaan loop akan putus dan pita silastik tertanam di mesosalping.
8.      Teknik Koagulasi, dilakukan secara laparoskopi, dengan unipolar atau bipolar. Aliran listrik yang dialirkan dapat menyebabkan koagulasi jaringan tuba dan mesosalping sehingga kanalisnya tertutup. Besarnya koagulasi tergantung pada lama dan besanya aliran listrik yang dialirkan
9.      Teknik Ulka klip, isthmus dipegang dengan dua klem babkok, diantara keduanya dipasang ulka klip, dapat dilakukan dengan laparoskopi maupun laparotomi.

K.    Perawatan Setelah Tindakan Tubektomi (MOW)
1.      Istirahat selama 1-2 hari dan menghindari pekerjaan berat selama 7 hari
2.      Kebersihan harus dijaga terutama daerah luka operasi jangan sampai terkena air selama 1 minggu ( sampai benar-benar kering )
3.      Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur sesuai petunjuk
4.      Senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu setelah luka operasi kering. Tetapi bila tubektomi dilaksanakan setelah melahirkan atau keguguran, maka senggama baru boleh dilakukan setelah 40 hari.
L.     Kembalinya Kesuburan
            Karena metode tubektomi merupakan kontrasepsi permanen, sebelum mengalami keputusan untuk tubektomi, istri dan suami terlebih dahulu harus mempertimbangkanya secara matang . meskipun saluran telur yang tadinya dipotong atau diikat dapat disambung kembali , namun tingkat untuk hamil lagi sangat kecil
Komplikasi Tubektomi
Komplikasi
Penanganan
Infeksi luka
Apabila terlihat infeksi luka, obat dengan antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan drainase dan obati seperti yang terindikasi
Demam pasca operasi (38o C)
Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
Luka pada kandung kemih (intestinal jarang terjadi)
Mengacu ketingkat asuhan yang tepat, apakah kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk ke Rumah Sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (subkutan)
Gunakan packs yang hangat dan lembab ditempat tersebut. Amati : hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensi.
Emboli gas yang diakbiatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi)
Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif termasuk : cairan intravena, resusitasi kardio pulmonar dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.
Perdarahan superfinial (tepi-tepi kulit atau subkutan)
Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.

 Pesan kepada klien sebelum pulang
Pada minggu pertama segera kembali jika :
1.      Demam tinggi
2.      Ada nanah atau luka berdarah,
3.      Nyeri, panas, bengkak, luka kemerahan
4.      Nyeri berlanjut/semakin parah, kram nyeri perut
5.      Diare
6.      Pingsan atau sangat pusing
7.      Segera kembali jika merasa hamil, nyeri para perut atau sering pingsan
 Informasi Umum
1.      Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relatif lazim dialami karena gas (CO2atau udara) dibawah diafragma sekunder terhadap pneumo-peritoneum.
2.      Tubektomi efektif setelah operasi
3.      Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa (apabila mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur khususnya PK atau KSK, jumlah dan durasi haid dapat meningkatkan setelah pembedahan).
4.      Tubektomi tidak memberikan perlindungan pada IMS (Infeksi Menular Seksual) termasuk virus AIDS apabila pasangannya beresiko, pasangannya mempergunakan kondom bahkan setelah tubektomi. 
Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Wanita dengan Kontrasepsi Tubektomi
1.      Konseling
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam konseling :
a.       Konseling pre operatif tubektomi, terdiri dari :
1)      Menyambut klien dengan ramah
2)      Menjelaskan kontrapsepsi yang akan digunakan
3)      Menerangkan bahwa tindakan sterilisasi dilakukan ditempat khusus yang klien tidak akan malu
4)      Memberitahu bahwa yang dibicarakan menjadi rahasia
5)      Menanyakan permasalahan, pengalaman klien mengenai alat kontrapsepsi dan kesehatan reproduksinya
6)      Menanyakan apakah klien mempunyai kontrapsepsi yang akan dipilih
7)      Konselor memberikan informasi yang lengkap tentang kontrapsepsi mantap tetapi ajukan pula metode lain
8)      Bantu klien untuk memilih kontrapsepsi yang tepat
b.      Konseling post operatif tubektomi, terdiri dari :
1)      Istirahat selama 2-3 hari
2)      Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu.
3)      Dianjurkan untuk tidak melakukan aktivitas seksual selama 1 minggu, dan apabila setelah itu masih merasa kurang nyaman, tunda kegiatan tersebut.
2.      Persiapan untuk calon akseptor tubektomi
Persiapan pasien pra bedah dapat dibagi atas langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Menerangkan bahwa untuk operasi ini diperlukan izin/persetujuan penderita dan keluarga.
b.      Pasien diminta untuk puasa 6-8 jam sebelum tindakan dilakukan
c.       Diberi pencahar ringan Dulcolax (R) 2 tablet, apabila operasi akan dilakukan, maksudnya agar usus-usus dalam keadaan kosong dan tidak mengganggu jalannya operasi.
d.      Rambut kemaluan dinding perut dicukur dan dibersihkan dengan sabun.
e.       Pasien terlebih dahulu diminta untuk BAB atau bila perlu diklisma untuk merangsang defekasi.
f.       Melakukan pengosongan kandung kencing.
g.      Memasing infus cairan
3.      Perawatan awal tubektomi
a.       Letakan pasien dalam posisi untuk pemulihan
2)      Tidur miring kepala agak ekstensi untuk membebaskan jalan napas
3)      Letakan lengan atas dimuka tubuh agar mudah melakukan tekanan darah
4)      Tungkai bawah agak tertekuk, bagian atas lebih tekuk daripada bagian bawah untuk menjaga keseimbangan
b.      Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien.
c.       Cek tanda vital setiap 10 menit pada 1 jam pertama, 30 menit pada 1 jam kedua, dan selanjutnya setiap 60 menit pada jam-jam berikutnya.
d.      Pantau pula keluhan pasien, perdarahan baik pada luka operasi maupun dari kemaluan dan suhu badan.
e.       Minum dan makan lunak dapat diberikan apabila pasien sudah sadar betul
4.      Mobilisasi
Mobilisasi pasien tubektomi yang bersamaan dengan sectio caesar Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita sadar. Latihan pernapasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua penderita dapat didudukan selama 5 menit dan diminta untuk bernapas dalam-dalam untuk melonggarkan pernapasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri penderita bahwa ia mulai pulih kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk (posisi semi powler). Secara berturut-turut hari demi hari penderita dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca bedah.
Mobilisasi berguna untuk mencegah terjadinya trombosis dan emboli sebaliknya, bila terlalu dini melakukan mobilisasi dapat mempengaruhi penyembuhan luka operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat adalah yang paling dianjurkan (Mochtar, 1998 : 157).
Mobilisasi pasien tubektomi yang dilakukan setelah keguguran duduk dan mencoba berdiri apabila tidak pusing lagi
C.    Konseling
Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dan membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Konseling merupakan salah satu bagian penting dalam peleyanan kontap. Tujuannya ialah untuk membantu calon akseptor kontap memperoleh informasi lebih lanjut mengenai kontap, dan pengertian yang lebih baik mengenai dirinya, keinginannya, sikapnya, kekhawatirannya dan sebagainya, dalam usahanya untuk memahami, dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya. Kegiatan konseling dengan demikian merupakan kegiatan penyelenggaraan suatu bentuk percakapan yang dilaksanakan berdasarkan persyaratan tertentu. Hal ini berarti setiap tenaga konselor perlu mengikuti pendidikan konseling yang khusus diadakan untuk keperluan kontap ini. Oleh karena pelayanan konseling merupakan bagian dari pelayanan kontap secara menyeluruh, maka pelayanan konseling harus diprogramkan dengan baik. Hal ini berarti bahwa pelayanan konseliang kontap tidak berhenti pada pratindakan kontap itu saja, tetapi dapat berlanjut pada saat tindakan tu sendiri dan sesudah tindakan kontap tersebut dilaksanakan.
Secara khusus dapat dikatakan bahwa tujuan konseling pra tindakan tubektomi bertujuan untuk :
1.      Membantu suami istri untuk memilih salah satu cara kontrasepsi yang paling baik digunakan mereka dalam kurun reproduksinya.
2.      Mengenal dan menghilangkan keragu-raguan atau kesalahpahaman mengenai kontrasepsi tubektomi itu sendiri.
3.      Menjamin bahwa pilihan untuk memilih kontrasepsi tubektomi itu sendiri sebagai kontrasepsi bagi dirinya adalah benar-benar sukarela tanpa paksaan.
4.      Memberikan informasi mengenai tata cara pelaksanaan kontrasepsi tubektomi itu sendiri termasuk pengisian permohonan dan persetujuan untuk dilaksanakan tubektomi pada dirinya, prosedur operasinya, follow up nya.
5.      Sesudah tindakan, maka tujuan konseling ialah :
o   Mengenal dan menghilangkan kesalahpahaman yang dikaitkan dengan kontap yang diperolehnya.
o   Membantu meningkatkan keyakinan dan penerimaan akseptor akan pelayanan kontap yang diperolehnya.

D.    Perawatan Pasca Operasi Tubektomi
Setelah selesai operasi, dokter bedah dan anestesi telah membuat rencana pemeriksaan (check-up) bagi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter dan paramedis jaga baik di kamar rawat khusus maupun setelah tiba  di ruangan atau kamar tempat penderita di rawat.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan dan pengukuran     diukur  adalah sebagai berikut :
o   Tekanan darah
o   Jumlah nadi permenit
o   Frekuensi pernapasan permenit
o   Jumlah cairan masuk dan keluar (urin)
o   Suhu badan
Pemeriksaan dan pengukuran tersebut sekurang-kurangnya dilakukan setiap 4 jam sekali dan dicatat dalam status penderita.
E.     Mobilisasi
Mobilisasi segera tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan penderita, kemajuan mobilisasi bergantung pula pada jenis-jenis operasi yang dilakukan dalam komplikasi yang mungkin dijumpai secara psikologis. Hal ini memberikan pula kepercayaan pasien bahwa dia mulai sembuh, perubahan dan gerakan pada posisi ini harus diterangkan kepada penerita atau dan keluarga yang menungguinya.
MEDIS OPERASI PRIA (MOP)
VASEKTOMI
A.    Pengertian
Kontrasepsi mantap (kontap) merupakan suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami isteri atas permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela. Kontap dapat di ikuti baik oleh wanita maupun pria. Tindakan kontap pada wanita disebut kontap wanita atau MOW (Metoda Operasi Wanita) atau tubektomi,sedangkan pria atau MOP (Metoda Operasi Pria) atau vasektomi, yaitu tindakan pengikatan dan pemotongan saluran benih agar sperma tidak keluar dari buah zakar.
 Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dibeberapa Negara seperti India, Pakistan,Amerika Serikat, Korea dan lain-lain, untuk menekan laju pertambahan penduduk. Di Indonesia vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga berencana nasional. Vasektomi merupakan suatu operasi kecil dan dapat dilakukan oleh seseorang yang telah mendapat latihan khusus. Selain itu, vasektomi tidak memerlukan alat-alat banyak, dapat dilakukan secara poliklinis, dan dilakukan dengan menggunakan anastesi lokal.

B.     Jenis Vasektomi
Jenis-jenis Vasektomi ada 3 macam, yakni :
1.  Vasektomi Metode Standar (Insisi Skrotum)
Vasektomi ini dimulai dengan melakukan anestesi/bius lokal ke daerah pertengahan skrotum. Kemudian dilakukan sayatan 1-2cm diatasnya. Bila saluran sudah tampak maka saluran akan dipotong, lalu kedua ujungnya akan diikat. Hal sama akan dilakukan pada saluran sperma satunya. Kemudian luka ditutup dengan penjahitan (Agnesa, 2012). Metode vasektomi pada umumnya mempunyai kelemahan yaitu memerlukan irisan pada kulit skrotum dengan scalpel dan memegang vas deferens secarablind 
2.  Vasektomi Tanpa Pisau (VTP atau No-scalpel Vasectomy)
Vasektomi Tanpa Pisau merupakan penyederhanaan dan penyempurnaan teknik vasektomi yang diharapkan dapat memperkecil komplikasi dan mempermudah permasyarakatannya terutama untuk orang yang takut pisau operasi. Waktu yang diperlukan untuk tindakan VTP paling cepat adalah 4 menit dan paling lambat 16 menit. Pada kelompok akseptor VTP tidak ditemukan komplikasi pasca tindakan, sedangkan pada kelompok akseptor Vasektomi Metode standar ditemukan 1 kejadian infeksi luka operasi. Metode VTP dalam hal kemudahan lebih baik, sedangkan dalam hal keamanan dan efektivitasnya tidak berbeda dengan metode vasektomi standar. (Dachlan I, dan Sungsang R,1999).
3.  Vasektomi Semi Permanen
Vasektomi Semi Permanen yakni vas deferen yang diikat dan bisa dibuka kembali untuk berfungsi secara normal kembali dan tergantung dengan lama tidaknya pengikatan vas deferen, karena semakin lama vasektomi diikat, maka keberhasilan semakin kecil, sebab vas deferen yang sudah lama tidak dilewati sperma akan menganggap sperma adalah benda asing dan akan menghancurkan benda asing (Agnesa, 2012).
C.     Indikasi Vasektomi
Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi adalah pasangan suami istri yang tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.



D.    Kontra Indikasi Vasektomi
 Sebenarnya tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vasektomi, hanya apabila ada kelainan lokal atau umum yang dapat menggangu sembuhnya luka operasi, kelainan tersebut harus disembuhkan telebih dahulu.
E.    Yang dapat menjalanankan Vasektomi (MOP)
Untuk laki-laki subur yang sudah mempunyai anak cukup (2 anak) dan istri beresiko tinggi Syarat-syarat menjadi akseptor:
·         Harus secara sukarela.
·         Mendapat persetujuan istri.
·         Jumlah anak cukup.
·         Mengetahui akibat-akibat vasektomi.
·         Umur calon tidak kurang dari 30 tahun
·         Umur istri tidak kurang dari 20 tahun dan tidak lebih dari 45 tahun
·         Pasangan suami-istri telah mempunyai anak minimal dua orang, dan anak paling kecil harus sudah berumur diatas dua tahun.
G.     Yang Sebaiknya Tidak Mrenjalani Vasektomi (MOP)
1. Infeksi kulit di sekitar kemaluan
2. Menderita kencing manis
3. Hidrokel atau varikokel besar
4. Hernia inguinalis
5. Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansi
H.     Waktu Pelaksanaan Vasektomi (MOP)
1.      Tidak ada batasan usia, dapat dilaksanakan bila diinginkan. Yang penting sudah memenuhi syarat sukarela, bahagia, dan faktor kesehatan
2.      Istri beresiko tinggi
I.    Persiapan Sebelum Tindakan Vasektomi (MOP)
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap pria adalah :
1.      Tidur dan istirahat cukup
2.      Mandi dan membersihkan daerah sekitar kemaluan
3.      Makan terlebih dahulu sebelum berangkat ke klinik
4.      Dating ke klinik tempat operasi dengan pengantar
5.      Jangan lupa membawa surat persetujuan isteri yang di tanda tangani atau cap jempol

J.    Teknik Vasektomi
Vasektomi merupakan operasi kecil dan merupakan operasi yang lebih ringan dari pada sunat/khitanan pada pria. Bekas operasi hanya berupa satu luka di tengah atau luka kecil di kanan kiri kantong zakar (kantung buah pelir) atau scrotum. Vasektomi berguna untuk menghalangi transport spermatozoa (sel mani) di pipa-pipa sel mani pria (saluran mani pria
 Mula- mula kulit skrotum di daerah operasi di suci hamakan. Kemudian dialkukan anastesi likal dengan larutan xilokain. Anastesi dilakukan di kulit skrotum dan jaringan sekitarnya bagian atas, dan pada jarinagan sekitar vas deferens. Vas dicari dan setalah ditentukan lokasinya, di pegang sedekat mungkin dibawah kulit skrotum. Setelah itu di lakukan sayatan pada kulit skrotum seitar 0,5 sampai 1 cm di dekat tempat vas deferens. Setelah vas deferens kelihatan, di jepit dan dikeuarkan dari sayatan (harus dioyakinkan betul, bahwa memang vas yang dikeluluarkan), vas di potong sepanjang 1 sampai 2 cm dan kedua ujungnya diikat, setelah kulit dijahit, tindakan diulang pada sebelah yang lain.
 Seseorang yang telah mengalami vasektomi baru dapat dikatakan betul-betul steril jika telah mengalami 8 samapi 12 ejakulasi setelah vasektomi.
Oleh karena itu sebelum hal tersebut di atas tercapaimengalami vasektomi baru dapat dikatakan betul-betul steril jika telah mengalami 8 samapi 12 ejakulasi setelah vasektomi.
Oleh karena itu sebelum hal tersebut di atas tercapai,yang bersangkutan dianjurkan pada koitus memakai cara kontrasepsi lain.
    K.    Evektifitas vasektomi
Vasektomi adalah salah satu metode kontrasepsi paling efektif. Angka kegagalan biasanya kurang dari 0,1%-0,15% pada tahun pertama pemakaian prosedur Vasektomi Tanpa Pisau (VTP) dilakukan dengan anestesi local dan akses terhadap vas mudah diperoleh, maka prosedur ini lebih aman dibandingkan teknik kontrasepsi mantap wanita (BKKBN dalam Afrinossa, 2009).
Adapun evektifitas vasektomi antara lain:
1.      Angka kegagalan: 0-2,2%, umumnya < 1%.
2.      Kegagalan vasektomi umumnya disebabkan oleh:
o   Sangga yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa.
o   Rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnyaterjadi setelah pembentukan granuloma spermatozoa.
o   Pemotongan dan oklusi struktur jarinagan lain selama operasi.
o   Jarang: duplikasi congenital dari vas deferens (terdapat lebih dari 1 vas deferens pada satu sisi) (Hartanto, 1994).

Cara Pemasangan MOP
Mula-mula kulit skrotum di daerah operasi dibersihkan. Kemudian dilakukan anastesia local dengan larutan xilokain. Anastesia dilakukan di kulit skrotum dan jaringan sekitarnya di bagian atas, dan pada jaringan di sekitar vas deferens. Vas dicari dan stelah ditentukan lokasinya, dipegang sedekat mungkin di bawah kulit skrotum. Setelah itu, dilakukan sayatan pada kulit skrotum sepanjang 0,5 – 1 cm di dekat tempat vas deferens. Setelah vas kelihatan, dijepit dan dikeluarkan dari sayatan ( harus diyakinkan bahwa vas yang dikeluarkan itu ), vas dipotong sepanjang 1 – 2 cm dan kedua ujungnya diikat. Setelah kulit dijahit, tindakan diulangi pada sebelah yang lain.
Persiapan Pre-Operatif Vasektomi
o   Klien sebaiknya mandi serta menggunakan pakaian yang bersih dan longgar sebelum mengunjungi klinik.bila klien tidak cukup waktu untuk mandi,klien dianjurkan untuk membersihkan daerah skrotum dan inguinal/lipat paha sebelum masuk ke ruang tindakan.
o   Klien dianjurkan untuk membawa celana khusus untuk menyangga skrotum.
o   Rambut pubis cukup digunting pendek bila menutupi daerah operasi.
o   Cuci/bersihkan daerah operasi dengan sabun dan air kemudian ulangi sekali lagi dengan larutan antiseptic atau langsung diberi antiseptic (povidon iodin).
o   Bila dipergunakan larutan povidon Iodin seperti Betadin,tunggu 1 atau 2 menit hingga yodium bebas yang terlepas dapat membunuh mikroorganisme (Hartanto, 1994)
 Anestesi local:
o   Dipakai anestesi local karena murah dan lebih aman, misalnya Lidocine 1-2% sebanyak 1-5 cc atau sejenis
o   Kadang-kadang anestesi local dicampur dengan adrenalin, dengan maksud mengurangi perdarahan. IPPF tidak menganjurkan kombinasi tersebut karena adrenalin dapat menyebabkan iskemia dan rasa sakit post-operatif yang berkepanjangan. Penyuntikan steroid untuk mencegah pembengkakan post-operatif juga tidak dianjurkan.
o   Jangka menyuntikan anestesi local langsung ke dalam vas deferens, karena mungkin dapat merusak vena plexus pampini form.
o   Bila calon akseptor mengalami rasa takut atas kegelisahan, dapat diberikan tranquilizer atau sedative, per oral atau suntikan (Hartanto, 1994).
 Anestesi Umum mungkin perlu dipertimbangkan pada kasus-kasus:
o   Adanya luka parut daerah inguinal atau scrotum yang sangat tebal.
o   Kelainan intra-scrotal seperti hydrocele, varicocele.
o   Alergi terhadap anestesi local (Hartanto, 1994).
5.      Prosedur Tindakan
a. Vasektomi Metode Standar
            Prosedur vasektomi meliputi beberapa langkah tindakan:s
1.         identifikasi dan isolasi vas deferens.
a.       Kedua vas deferens merupakan struktur paling padat di daerah mid-scrotum, tidak berpulsasi (berbeda dengan pembuluh darah)
b.      Kesukaran kadang-kadang terjadi dalam identifikasi dan isolasi vas deferens seperti pada keadaan-keadaan:
§  Kulit scrotum tebal
§  Vas deferens yang sangat tipis
§  Spermatic cord yang tebal
§  Testis yang tidak turun
c.       Kedua vas deferens harus diidentifikasi sebelum meneruskan prosedur vasektomi
d.      Dilakukan immobilisasi vas deferens diantara ibu jari dan jari telunjuk atau dengan memakai klem
e.       Dilakukan penyuntikan anestesi lokal
2.         insisi scrotum
a.    vas deferens yang telah di immobilisasi didepan scrotum hanya ditutupi oleh otot dartos dan kulit scrotum.
b.    Insisi, horizontal atau vertical
3.         memisahkan lapisan-lapisan superficial dari jaringan-jaringan sehingga vas deferens dapat di isolasi.
4.         oklusi vas deferens
a.    umumnya dilakukan pemotongan/reseksi suatu segmen dari kedua vas deferens (1-3 cm), yang harus dilakukan jauh dari epididimis.
b.    Ujung-ujung vas deferens setelah dipotong dapat ditutup dengan:
·         Ligasi
·         Dapat dilakukan dengan chromic catgut (ini yang paling sering dilakukan)
·         Dapat pula dengan benang yang tidak diserap (silk), tetapi kadang-kadang dapat menyebabkan iritasi jaringan atau granuloma.
·         Ligasi tidak boleh dilakukan terlalu kuat sampai memotong vas deferens, karena dapat menyebabkan spermatozoa merembes ke jarinag sekitarnya dan terjadi granuloma.
·         Untuk mencegah kedua ujung vas deferens agar tidak menyambung kembali (rekanalisasi), ujung vas deferens dapat dilipat kebelakang lalu diikatkan/dijahitkan pada dirinya sendiri, atau fascia dari vas deferens dapat ditutupkan diatas satu ujung sehin gga terdapat satu barrier dari jaringan fascia, atau ujung vas deferens ditanamkan ke dalam jaringan fascia.
o       Keuntungan clips:
Ø  Lebih cepat dibandingkan ligasi
Ø  Lebih mudah memperhitungkan tekanan yang diperlukan untuk aplikasi dibandingkan dengan ligasi.
Ø  Tantalum, bahan clips, tidak diserap dan biologisnert.
Ø   Potensi reversibilitas besar.   
o       Umumnya dipasang 2-3 clips pada masing-masing vas deferens.
5.         penutupan luka insisi
a.     dilakukan dengan catgut, yang kelak akan diserap.
b.    Pada insisi 1cm atau kurang, tidak diperlukan jahitan catgut, cukup ditutup dengan plester saja
b.         Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
       Prosedur VTP: (Hartanto, 1994).
1)     Persiapan pre-operatif:
a.    Cukur rambut pubis, untuk lebih menjamin sterilitas.
b.   Tidak perlu puasa sebelumnya.
2)    Mencari, mengenal dan fiksasi vas deferens, kemudian dijepitdengan klem khusus yang ujungnya berbentuk tang catut. Lalu disuntikan anestesi local.
3)   Dilakukan penusukan pada garis tengahscroyum dengan alat berujung bengkok dan tajam untuk membuat luka kecil, yang kemudian dilebarkan sekitar 0,5 cm. akan terlihat vas deferens yang liat dan keras seperti kawat baja. Selaput pembungkus vas deferens dibuka secara hati-hati. Setelah pembungkus vas deferens disisihkan ke tepi, akan tampak jelas saluran sperma (vas deferens) yang berwarna putih mengkilap bagai mutiara.
4)  Selanjutnya dilakukan oklusi vas deferens dengan ligasi + reseksi suatu segmen vas deferens.
5)    Penutupan luka operasi.
6.      Perawatan Post Operatif vasektomi
            Perawatan post operatif Vasektomi juga minim saja:
1.      istirahat 1-2 jam di klinik.
2.      menghindari pekerjaan berat selama 2-3 hari
3.      kompres dingin/es pada scrotum
4.      analgetika
5.      memakai penunjang scrotum (scrotal support) selama 7-8 hari.
6.      luka operasi jangan kena air selama 24 jam.
7.      sanggama dapat dilakukan secepatnya saat pria sudah menghendaki dan tidak terasa mengganggu.


  1. Perawatan dan Pemeriksaan Pasca Bedah vasektomi.
Setiap pasca tindakan pembedahan betapapun kecilnya memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan. Pada pascatindak bedah vasektomi dianjurkan dilakukan hal – hal sebagai berikut:
a.       Pertahankan band aid selama 3 hari
b.      Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan ditarik-tarik atau digaruk.
c.       Boleh mandi setelah 24 jam, asal daerah luka tidak basah. Setelah 3 hari luka boleh dicuci dengan sabun dan air.
d.      Pakailah penunjang skrotum, usahakan daerah operasi kering.
e.       Jika ada nyeri, berikan 1-2 tablet analgetik seperti paracetamol atau ibuprofen setiap 4-5 jam.
f.       Hindari mengangkat barang berat dan kerja keras untuk 3 hari.
g.      Boleh berssanggama sesudah hari ke 2-3. Namun untuk mencegah kehamilan, pakailah kondom atau cara kontrasepsi lain selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15-20 kali.
h.      Periksa semen 3  bulan pasca vasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi (Saifuddin, 2002)..
Tata cara pelayanan Vasektomi.
a) Pra Operasi 
Dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui indikasi, kontraindikasi dll yang diperlukan untuk
kepentingan calon akseptor. Jika ditemukan keadaan yang merupakan kontraindikasi atau
kemungkinan menyebabkan adanya penyulit atau dampak samping lain, pelayanan kontrasepsi mantap harus ditunda.
b) Tahap Operasi. 
Dikenal 3 macam tehnik vasektomi, yaitu vasektomi konvensional (dengan pisau),vasektomi
tanpa  pisau dan vas oklusi. 
c) Tahap pasca operasi.
Pada umumnya apabila tindakan medis kontap pria dilakukan secara benar, keberhasilannya amat tinggi yakni sebesar 99%. Artinya 99 dari 100 persen vasektomi terjamin untuk tidak mempunyai keturunan lagi. Adanya kegagalan dimungkinkan karena rekanalisasi spontan.
Vasektomi dianggap gagal bila : 
1.      Pada analisa sperma setelah 3 bulan pasca vasektomi atau setelah 10 - 15 kali ejakulasi masih dijumpai spermatozoa. 
2.      Istri (pasangan) hamil.
Keluhan dan penyulit yang mungkin terjadi. 
Apabila operasi dilakukan dengan baik dan benar, jarng ditemukan keluhan ataupun penyulit yang berarti. Karena tingkat pemahaman masyarakat memang ditemukan beberapa keluhan yang apabila diteliti secara mendalam tidak ada hubungannya dengan tindakan vasektomi, misalnya : 
1) Impotensi. 
Dari pelbagai penelitian telah dibuktikan bahwa vasektomi tidak menimbulkan impotensi. Malah pada beberapa pasangan, sering ditemukan hasrat birahi ini malah makin bertambah setelah vasektomi.
2) Gemuk. 
Pelbagai penelitian membuktikan pula bahwa tidak benar karena vasektomi akseptor akan
bertambah gemuk. Vasektomi tidak sama dengan kebiri, dan karena itu tidak terjadi perubahan hormonal. 
I.       Perawatan Setelah Tindakan Vasektomi (MOP)
1.      Istirahat selama 1-2 hari dan hindarkan kerja berat selama 7 hari
2.      Jagalah kebersihan dengan membersihkan diri secara teratur dan jaga agar luka bekas operasi tidak terkena air atau kotoran.
3.      Makanlah obat yang diberi dokter secara teratur sesuai petunjuk
4.      Pakailah celana dalam kering dan janagn lupa menggantinya setiap hari
5.      Janganlah bersenggama jika luka belum sembuh. Boleh berhubungan seksual setelah tujuh hari setelah operasi. Bila isteri tidak menggunakan alat kontrasepsi, senggama dilakukan dengan memakai kondom sampai 3 bulan setelah operasi.
J.         Keuntungan Vasektomi
Ø  Tidak ada mortalitas (kematian) 
Ø  Morbiditas (akibat sakit) kecil sekali. 
Ø  Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit. 
Ø  Dilakukan anaestesi lokal. 
Ø  Ada kepastian bahwa cara ini efektip (kemungkinan gagal tidak ada) karena dapat dichek
   kepastian di Laboratorium. 
Ø  Tidak mengganggu hubungan sex selanjutnya dan juga jumlah cairan yang
Ø  Tidak banyak memerlukan biaya. Yang penting adalah persetujuan dari istri.
Ø  Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental
Ø  Tidak menggangu libido seksualitas
Ø  Dapat dilakukan secara poliklinis
Ø  Sangat efektif dan permanen
Ø  Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Ø  Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
Ø  Tindakan bedah yang aman dan sederhana
K. Kelemahan. 
Ø  Harus dilakukan pembedahan. 
Ø  Masih dimungkinkan ada komplikasi ringan. 
Ø  Tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung menghasilkan steril permanen, pada vasektomi masih  harus menunggu beberapa hari, minggu atau bulanan sampai sel mani menjadi negatif. 
Ø  Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.



REFERENSI
1.      Meilani, Niken Dkk . 2010. Pelayanan Keluarga Berencana .Fitramaya ; Yogyakarta
2.      Pinem, Saroha .2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi .TIM ; Jakarta

3.      Manuaba, Dkk . 2010 . Ilmu Kebidanan , Penyakit Kandungan , dan KB . EGC ; Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar