KEHAMILAN
DI SERTAI PENYAKIT
Pada saat kehamilan kesehatan ibu
dan janin adalah sangat penting dan saling mempengaruhi. Kondisi janin yang
baik sangat diperlukan tetapi keselamatan ibu menjadi prioritas utama. Idealnya
pengobatan ibu dengan obat-obatan, pemeriksaan diagnostik dan pembedahan perlu
dihindarkan pada ibu hamil, tetapi bila diperlukan dapat dilakukan.
Kehamilan yang mana ibunya menderita penyakit pastilah tidak sama penanganan atau kadang terdapat perbedaan asuhan yang akan diberikan. Dalam pemberian obat kita harus bisa menghilangkan atau meminimalkan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang diberikan. Karena seperti yang kita ketahui kebanyakan obet dapat memberikan efek teratogenik yang dapat menyebabkan kematian janin. Olehnya itu kita harus bisa mengetahui apa obat yang cock untuk ibu yang tidak membahayakan anaknya. Sehingga dengan penanganan yang tepat penyakit yang menyertai kehamilan dapat meminimalkan efek pada keadaan ibu dan janin.
Kehamilan yang mana ibunya menderita penyakit pastilah tidak sama penanganan atau kadang terdapat perbedaan asuhan yang akan diberikan. Dalam pemberian obat kita harus bisa menghilangkan atau meminimalkan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang diberikan. Karena seperti yang kita ketahui kebanyakan obet dapat memberikan efek teratogenik yang dapat menyebabkan kematian janin. Olehnya itu kita harus bisa mengetahui apa obat yang cock untuk ibu yang tidak membahayakan anaknya. Sehingga dengan penanganan yang tepat penyakit yang menyertai kehamilan dapat meminimalkan efek pada keadaan ibu dan janin.
1. DIABETES
MELITUS
• Definisi
Diabetes mellitus merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama kehamilan. Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak.
Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai “unmasked” atau baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang.
Diabetes mellitus merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi selama kehamilan. Pengendalian kadar glukosa darah adalah hal penting selama kehamilan. Pada pasien yang telah menderita DM sebelumnya jika kemudian hamil maka akan cukup rawan untuk terjadi komplikasi pada janin yang dikandung, dan juga kesehatan si ibu dapat memburuk apabila terjadi komplikasi-komplikasi diabetik. Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak.
Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai “unmasked” atau baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang.
• Diagnosis
Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan factor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion.
Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.
Diabetes Melitus pada kehamilan memiliki dampak serius pada ibu dan bayinya bila tidak ditatalaksana dengan baik. Ada 2 jenis DM pada kehamilan yaitu
1) DM yang sudah dialami sejak sebelum hamil (DM pra gestasional);
2) DM yang baru dialami sejak hamil (DM gestasional/DMG).
Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan factor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000 gr, riwayat PE dan polyhidramnion.
Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu > 30 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL > 4500 gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.
Diabetes Melitus pada kehamilan memiliki dampak serius pada ibu dan bayinya bila tidak ditatalaksana dengan baik. Ada 2 jenis DM pada kehamilan yaitu
1) DM yang sudah dialami sejak sebelum hamil (DM pra gestasional);
2) DM yang baru dialami sejak hamil (DM gestasional/DMG).
• Patofisiologi
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi).Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut, akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi).Selain itu terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
• Gejala
Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain yaitu
- sering buang air kecil (polyuri),
-selalu merasa haus (polydipsi), dan
-sering merasa lapar (polyfagi).
Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering kencing dan banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.
Seperti halnya penyakit kencing manis pada umumnya, pada pemeriksaan gula darah pun ditemukan nilai yang tinggi pada kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan serta bila dilakukan pemeriksaan kadar gula pada urine (air kencing) juga ditemukan reaksi positif. Pemeriksaan ini dapat diulang selama proses pengobatan dengan obat antidiabetes untuk memantau kadar gula darah.
• Komplikasi pada Ibu dan Bayi
Komplikasi yang didapatkan pada ibu dengan diabetes gestasional berkaitan dengan hipertensi, pre-eklampsia, dan peningkatan risiko operasi caesar.
kematian Masalah yang ditemukan pada bayi yang ibunya menderita diabetes dalam kehamilan adalah kelainan bawaan, makrosomia (bayi besar > 4 kg), hipoglikemia (kadar gula darah rendah), hipokalsemia (kadar kalsium dalam tubuh rendah), hiperbilirubinemia (bilirubun berlebihan dalam tubuh), sindrom gawat napas, dan janin. Faktor maternal (pada ibu) yang berkaitan dengan peningkatan angka kejadian makrosomia adalah obesitas, hiperglikemia, usia tua, dan multiparitas (jumlah kehamilan > 4). Makrosomia memiliki risiko kematian janin saat dilahirkan karena ketika melahirkan, bahu janin dapat nyangkut serta dan peningkatan jumlah operasi caesar. Hipoglikemia pada bayi dapat terjadi beberapa jam setelah bayi dilahirkan. Hal ini terjadi karena ibu mengalami hiperglikemia (kadar gula darah berlebihan) yang menyebabkan bayi menjadi hiperinsulinemia (kadar hormone insulin dalam tubuh janin berlebihan)
Komplikasi yang dapat terjadi pada diabetes mellitus gestasional adalah :
1. Komplikasi maternal (ibu) : Infeksi saluran kemih, hidramnion, hipertensi kronik, preeclampsia, kematian ibu.
2. Komplikasi fetal (janin) : Abortus spontan, kelainan kongenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian intrauterin.
3. Komplikasi neonatal (bayi usia kurang dari 30 hari) : Prematuritas, kematian intrauterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemi, hipomagnesemi, hipokalsemi, hiperbilirubinemi, sindrom gawat napas, polisitemia, thrombosis vena renalis.
4. Komplikasi anak : Gangguan tumbuh kembang, intelektual, obesitas, sampai diabetes mellitus itu sendiri.
Gejala utama dari kelainan ini pada prinsipnya sama dengan gejala utama pada penyakit diabetes yang lain yaitu
- sering buang air kecil (polyuri),
-selalu merasa haus (polydipsi), dan
-sering merasa lapar (polyfagi).
Cuma yang membedakan adalah keadaan pasien saat ini sedang hamil. Sayangnya penemuan kasus kasus diabetes gestasional sebagian besar karena kebetulan sebab pasien tidak akan merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya selain kehamilan, dan gejala sering kencing dan banyak makan juga biasa terjadi pada kehamilan normal.
Seperti halnya penyakit kencing manis pada umumnya, pada pemeriksaan gula darah pun ditemukan nilai yang tinggi pada kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan serta bila dilakukan pemeriksaan kadar gula pada urine (air kencing) juga ditemukan reaksi positif. Pemeriksaan ini dapat diulang selama proses pengobatan dengan obat antidiabetes untuk memantau kadar gula darah.
• Komplikasi pada Ibu dan Bayi
Komplikasi yang didapatkan pada ibu dengan diabetes gestasional berkaitan dengan hipertensi, pre-eklampsia, dan peningkatan risiko operasi caesar.
kematian Masalah yang ditemukan pada bayi yang ibunya menderita diabetes dalam kehamilan adalah kelainan bawaan, makrosomia (bayi besar > 4 kg), hipoglikemia (kadar gula darah rendah), hipokalsemia (kadar kalsium dalam tubuh rendah), hiperbilirubinemia (bilirubun berlebihan dalam tubuh), sindrom gawat napas, dan janin. Faktor maternal (pada ibu) yang berkaitan dengan peningkatan angka kejadian makrosomia adalah obesitas, hiperglikemia, usia tua, dan multiparitas (jumlah kehamilan > 4). Makrosomia memiliki risiko kematian janin saat dilahirkan karena ketika melahirkan, bahu janin dapat nyangkut serta dan peningkatan jumlah operasi caesar. Hipoglikemia pada bayi dapat terjadi beberapa jam setelah bayi dilahirkan. Hal ini terjadi karena ibu mengalami hiperglikemia (kadar gula darah berlebihan) yang menyebabkan bayi menjadi hiperinsulinemia (kadar hormone insulin dalam tubuh janin berlebihan)
Komplikasi yang dapat terjadi pada diabetes mellitus gestasional adalah :
1. Komplikasi maternal (ibu) : Infeksi saluran kemih, hidramnion, hipertensi kronik, preeclampsia, kematian ibu.
2. Komplikasi fetal (janin) : Abortus spontan, kelainan kongenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian intrauterin.
3. Komplikasi neonatal (bayi usia kurang dari 30 hari) : Prematuritas, kematian intrauterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemi, hipomagnesemi, hipokalsemi, hiperbilirubinemi, sindrom gawat napas, polisitemia, thrombosis vena renalis.
4. Komplikasi anak : Gangguan tumbuh kembang, intelektual, obesitas, sampai diabetes mellitus itu sendiri.
• Pencegahan
Konsensus PERKENI, 1997 menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan penyaring (screening) pada pertemuan antenatal pertama. Bila hasilnya positif maka dapat disimpulkan terjadi diabetes mellitus gestasional. Tetapi bila hasilnya negatif, maka dianjurkan melakukan tes ulangan pada usia kehamilan 26-28 minggu. Dinilai dari keefektifan tes, hasil positif tertinggi akan diperoleh pada kehamilan 26-28 minggu.
Berikut ini adalah kriteria diagnosis dari O’Sullivan-Mahan dan kriteria hasil pemeriksaan berdasarkan modifikasi WHO-PERKENI:
Kriteria diagnosis dari O’Sullivan-Mahan (1964):
Diagnosis Kadar glukosa darah (mg/dl)
Batas nilai normal <90 1 jam pasca puasa <165 2 jam pasca puasa <145 3 jam pasca puasa <125 Diagnosis ditegakkan apabila terdapat dua atau lebih hasil yang abnormal. Kriteria hasil pemeriksaan berdasarkan modifikasi WHO-PERKENI: Kadar glukosa darah (mg/dl) Kriteria >200 Diabetes mellitus
140–200 Toleransi glukosa terganggu
<140 Normal
Pemeriksaan yang dianjurkan dari modifikasi WHO-PERKENI ini adalah pemeriksaan kadar glukosa darah dua jam pasca pemberian beban glukosa 75 gram.
Konsensus PERKENI, 1997 menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan penyaring (screening) pada pertemuan antenatal pertama. Bila hasilnya positif maka dapat disimpulkan terjadi diabetes mellitus gestasional. Tetapi bila hasilnya negatif, maka dianjurkan melakukan tes ulangan pada usia kehamilan 26-28 minggu. Dinilai dari keefektifan tes, hasil positif tertinggi akan diperoleh pada kehamilan 26-28 minggu.
Berikut ini adalah kriteria diagnosis dari O’Sullivan-Mahan dan kriteria hasil pemeriksaan berdasarkan modifikasi WHO-PERKENI:
Kriteria diagnosis dari O’Sullivan-Mahan (1964):
Diagnosis Kadar glukosa darah (mg/dl)
Batas nilai normal <90 1 jam pasca puasa <165 2 jam pasca puasa <145 3 jam pasca puasa <125 Diagnosis ditegakkan apabila terdapat dua atau lebih hasil yang abnormal. Kriteria hasil pemeriksaan berdasarkan modifikasi WHO-PERKENI: Kadar glukosa darah (mg/dl) Kriteria >200 Diabetes mellitus
140–200 Toleransi glukosa terganggu
<140 Normal
Pemeriksaan yang dianjurkan dari modifikasi WHO-PERKENI ini adalah pemeriksaan kadar glukosa darah dua jam pasca pemberian beban glukosa 75 gram.
• Penanganan
Secara umum, ada 4 cara pengendalian DMG yaitu perencanaan makan dan aktivitas jasmani, terapi obsetrik, dan obat hipoglikemik oral dan terapi insulin, apabila kadar gula darah terlampau tinggi bisa dilakukan opname untuk regulasi dengan insulin baik intravena maupun suntikan subkutan. Obat tambahan lain bisa dengan vitamin vitamin untuk menjaga kondisi tubuh pasien. Penatalaksanaan DMG bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu, serta kesakitan dan kematian perinatal oleh karena itu harus dilakukan secara terpadu oleh spesialis penyakit dalam, spesialis obstetri ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak.
Pemantauan pada ibu dengan DMG meliputi seluruh aspek yang berhubungan dengan resistensi insulin. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan pada periode pasca melahirkan antara lain.
a) gangguan metabolisme glukosa dan
b) risiko cardiovascular disease,
c) Proses menyusui,
d) Penggunaan kontrasepsi,
e) Pencegahan menjadi DM tipe 2.
Secara umum, ada 4 cara pengendalian DMG yaitu perencanaan makan dan aktivitas jasmani, terapi obsetrik, dan obat hipoglikemik oral dan terapi insulin, apabila kadar gula darah terlampau tinggi bisa dilakukan opname untuk regulasi dengan insulin baik intravena maupun suntikan subkutan. Obat tambahan lain bisa dengan vitamin vitamin untuk menjaga kondisi tubuh pasien. Penatalaksanaan DMG bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu, serta kesakitan dan kematian perinatal oleh karena itu harus dilakukan secara terpadu oleh spesialis penyakit dalam, spesialis obstetri ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak.
Pemantauan pada ibu dengan DMG meliputi seluruh aspek yang berhubungan dengan resistensi insulin. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan pada periode pasca melahirkan antara lain.
a) gangguan metabolisme glukosa dan
b) risiko cardiovascular disease,
c) Proses menyusui,
d) Penggunaan kontrasepsi,
e) Pencegahan menjadi DM tipe 2.
Meskipun sebagian besar ibu dengan
DMG akan kembali normal pasca melahirkan namun tetap ada risiko berkembang
menjadi DM tipe 2. Oleh karena itu penatalaksanaan diabetes pada kehamilan
sebaiknya dilakukan dengan optimal sehingga dapat menurunkan risiko kematian
pada ibu dan bayi.
1. Perencanaan makanan (diet)
Penanganan DMG yang terutama adalah diet, yang perlu diperhatikan dalam pengaturan diet wanita hamil adalah kebutuhan kalori pada wanita hamil tidak sama dengan wanita normal sekalipun wanita hamil tersebut menderita kencing manis.
Dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
• Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
• Kalori kegiatan jasmani 10-30%
• Kalori untuk kehamilan 300 kalor
• Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
2. aktivitas jasmani (Olahraga)
Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki kadar glukosa darah
3. Terapi Insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association (1999) ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl.
4. Terapi obsetrik
Pada penderita diabetes gestational yang tidak berat, dapat dikendalikan gula darah melalui diet saja, tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat melahirkan secara normal dalam usia kehamilan 37 – 40 minggu selama tidak ada komplikasi lain. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan insulin , maka sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 – 38 minggu terutama bila kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti makrosomia, pre-ekalmpsia, atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan induksi (perangsangan) atau operasi Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk mengalami diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu setelah melahirkan dan setiap 3 tahun ke depan.
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
1. Perencanaan makanan (diet)
Penanganan DMG yang terutama adalah diet, yang perlu diperhatikan dalam pengaturan diet wanita hamil adalah kebutuhan kalori pada wanita hamil tidak sama dengan wanita normal sekalipun wanita hamil tersebut menderita kencing manis.
Dianjurkan diberikan 25 kalori/kgBB ideal, kecuali pada penderita yang gemuk dipertimbangkan kalori yang lebih mudah. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)-10% BB.Kebutuhan kalori adalah jumlah keseluruhan kalori yang diperhitungkan dari:
• Kalori basal 25 kal/kgBB ideal
• Kalori kegiatan jasmani 10-30%
• Kalori untuk kehamilan 300 kalor
• Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka terapi insulin harus segera dimulai.
Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
Kenaikan berat badan ibu dianjurkan sekitar 1-2.5 kg pada trimester pertama dan selanjutnya rata-rata 0.5 kg setiap minggu. Sampai akhir kehamilan, kenaikan berat badan yang dianjurkan tergantung status gizi awal ibu (ibu BB kurang 14-20 kg, ibu BB normal 12.5-17.5 kg dan ibu BB lebih/obesitas 7.5-12.5 kg).
2. aktivitas jasmani (Olahraga)
Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga, apabila terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna untuk memperbaiki kadar glukosa darah
3. Terapi Insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau dikurangi. Terapi insulin direkomendasikan oleh The American Diabetes Association (1999) ketika terapi diet gagal untuk mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan kadar gula darah < 120 mg/dl.
4. Terapi obsetrik
Pada penderita diabetes gestational yang tidak berat, dapat dikendalikan gula darah melalui diet saja, tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu dapat melahirkan secara normal dalam usia kehamilan 37 – 40 minggu selama tidak ada komplikasi lain. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan dengan insulin , maka sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36 – 38 minggu terutama bila kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti makrosomia, pre-ekalmpsia, atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan lebih baik lagi dengan induksi (perangsangan) atau operasi Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko meningkat untuk mengalami diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa darah ibu harus diperiksa 6 minggu setelah melahirkan dan setiap 3 tahun ke depan.
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan bayinya besar sekali maka perlu dilakukan induksi pada minggu ke 36 – 38 untuk mencegah terjadinya komplikasi saat persalinan. Proses persalinan ini harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis penyakit dalam.
2. JANTUNG
• Definisi
Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan fisiologik dan anatomic pada berbagai system organ yang berhubungan dengan kehamilan akibat terjadi perobahan hormonal didalam tubuhnya, Perobahan yang terjadi dapat mencakup system gastrointestinal, respirasi, kardiovaskuler, urogenital, muskuloskeletal dan saraf Perobahan yang terjadi pada satu system dapat saling memberi pengaruh pada system lainnya dan dalam menanggulangi kelainan yang terjadi harus mempertimbangkan perobahan yang terjadi pada masing-masing system, Perobahan ini terjadi akibat kebutuhan metabolic yang disebabkan kebutuhan janin, plasenta dan rahim.
Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk system kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi pada saat kehamilan.
• Diagnosis
Dari anamnesis sering diketahui bahwa wanita itu penderita penyakit jantung baik sebelum hamil maupun dalam kehamilan yang terdahulu terutama pada penyakit demam reumatik.
Burwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria. Diagnosis ditegakkan bila ada satu dari kriteria :
a. Bising diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus
b. Pembesaran jantung yang jelas
c. Bising sistolik yang nyaring, terutama bila disertai thrill
d. Aritmia
Pada wanita hamil yang tidak menunjukan salah satu gejala tersebut jarang menderita penyakit jantung. Bila terdapat gejala decompensasi jantung pasien harus di golongkan satu kelas lebih tinggi dan segera dirawat
Selain pemeriksaan laboratorium rutin juga dilakukan pemeriksaan :
EKG untuk mengetahui kelainan irama, kardiomegali, tanda penyakit perikurdium iskemia, atau infark dapat dikemukakan tanda-tanda aritmia.
Ekokardiografi untuk mengetahui kelainan fungsi dan anatomi dari bilik katup dan pericardium.
Pemeriksaan radiology dihindari dalam kehamilan, namun jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberikan perlindungan di abdomen dan pelis.
Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan fisiologik dan anatomic pada berbagai system organ yang berhubungan dengan kehamilan akibat terjadi perobahan hormonal didalam tubuhnya, Perobahan yang terjadi dapat mencakup system gastrointestinal, respirasi, kardiovaskuler, urogenital, muskuloskeletal dan saraf Perobahan yang terjadi pada satu system dapat saling memberi pengaruh pada system lainnya dan dalam menanggulangi kelainan yang terjadi harus mempertimbangkan perobahan yang terjadi pada masing-masing system, Perobahan ini terjadi akibat kebutuhan metabolic yang disebabkan kebutuhan janin, plasenta dan rahim.
Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan termasuk system kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar dibedakan dari gejala penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa kelainan yang tidak dapat ditoleransi pada saat kehamilan.
• Diagnosis
Dari anamnesis sering diketahui bahwa wanita itu penderita penyakit jantung baik sebelum hamil maupun dalam kehamilan yang terdahulu terutama pada penyakit demam reumatik.
Burwell dan Metcalfe mengajukan 4 kriteria. Diagnosis ditegakkan bila ada satu dari kriteria :
a. Bising diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus
b. Pembesaran jantung yang jelas
c. Bising sistolik yang nyaring, terutama bila disertai thrill
d. Aritmia
Pada wanita hamil yang tidak menunjukan salah satu gejala tersebut jarang menderita penyakit jantung. Bila terdapat gejala decompensasi jantung pasien harus di golongkan satu kelas lebih tinggi dan segera dirawat
Selain pemeriksaan laboratorium rutin juga dilakukan pemeriksaan :
EKG untuk mengetahui kelainan irama, kardiomegali, tanda penyakit perikurdium iskemia, atau infark dapat dikemukakan tanda-tanda aritmia.
Ekokardiografi untuk mengetahui kelainan fungsi dan anatomi dari bilik katup dan pericardium.
Pemeriksaan radiology dihindari dalam kehamilan, namun jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberikan perlindungan di abdomen dan pelis.
• Patofiologi
Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Karena itu dalam kehamilan selalu terjadi perubahan dalam system kardiovaskuler yang baisanya masih dalam batas-batas fisiologik. Perubahan-perubahan itu terutama disebabkan karena
a. Hidrenia (Hipervolemia), dimulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan puncaknya pada UK 32-36 minggu
b. Uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke atas, ke kiri, dan ke depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami lekukan dan putaran.
Volume plasma bertambah juga sebesar 22 %. Besar dan saat terjadinya peningkatan volume plasma berbeda dengan peningkatan volume sel darah merah ; hal ini mengakibatkan terjadinya anemia delusional (pencairan darah). 12-24 jam pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat imbibisi cairan dari ekstra vascular ke dalam pembuluah darah, kemudian di ikuti periode deuresis pasca persalinan yang mengakibatkan hemokonsentrasi (penurunan volume plasa). 2 minggu pasca persalinan merupakan penyesuaian nilai volume plasma seperti sebelum hamil.
Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri, tetapi jantung yang sakit tidak. Oleh karena itu dalam kehamilan frekuensi denyut jantung meningkat dan nadi rata-rata 88x/menit dalam kehamilan 34-36 minggu. Dalam kehamilan lanjut prekordium mengalami pergeseran ke kiri dan sering terdengar bising sistolik di daerah apeks dan katup pulmonal. Penyakit jantung akan menjadi lebih berat pada pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi decompensasi cordis.
• Gejala
Keluhan-keluhan yang sering muncul adalah:
cepat merasa lelah,ü
jantung berdebar-debarü
sesak napas, kadang-kadang disertai kebiruan di sekitar mulut (sionosis),sertaü
bengkak pada tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda.ü
Manifestasi klinis mudah lelah, nafas terengah-engah, ortopnea, dan kongesti paru adalah tanda dan gejala gagal jantung kiri. Peningkatan berat badan, edema tungkai bawah, hepato megali, dan peningkatan tekanan vena jugularis adalah tanda dan gejala gagal jantung kanan. Namun gejala dan tanda ini dapat pula terjadi pada wanita hamil normal. Biasanya terdapat riwayat penyakit jantung dari anamnesis atau dalam rekam medis. Perlu diawasi saat-saat berbahaya bagi penderita penyakit jantung yang hamil yaitu :
a. Antara minggu ke 12 dan 32. Terjadi perubahan hemodinamik, terutama minggu ke 28 dan 32, saat puncak perubahan dan kebutuhan jantung maksimum
b. Saat persalinan. Setiap kontraksi uterus meningkatkan jumlah darah ke dalam sirkulasi sistemik sebesar 15 – 20% dan ketika meneran pada partus kala ii, saat arus balik vena dihambat kembali ke jantung.
c. Setelah melahirkan bayi dan plasenta. Hilangnya pengaruh obstruksi uterus yang hamil menyebabkan masuknya darah secara tiba-tiba dari ekstremitas bawah dan sirkulasi uteroplasenta ke sirkulasi sistemik
d. 4-5 hari seetelah peralinan. Terjadi penurunan resistensi perifer dan emboli pulmonal dari thrombus iliofemoral.
Gagal jantung biasanya terjadi perlahan-lahan, diawali ronkhi yang menetap di dasar paru dan tidak hilang seteah menarik nafas dalam 2-3 kali.
Gejala dan tanda yang biasa ditemui adalah dispnea dan ortopnea yang berat atau progresif, paroxysmal nocturnal dyspnea, sinkop pada kerja, nyeri dada, batuk kronis, hemoptisis, jari tabuh, sianosis, edema persisten pada ekstremitas, peningkatan vena jugularis, bunyi jantung I yang keras atau sulit didengar, split bunyi jantung II, ejection click, late systolic click, opening snap, friction rub, bising sistolik derajat III atau IV, bising diastolic, dan cardio megali dengan heaving ventrikel kiri atau kanan yang difus.
Keluhan-keluhan yang sering muncul adalah:
cepat merasa lelah,ü
jantung berdebar-debarü
sesak napas, kadang-kadang disertai kebiruan di sekitar mulut (sionosis),sertaü
bengkak pada tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda.ü
Manifestasi klinis mudah lelah, nafas terengah-engah, ortopnea, dan kongesti paru adalah tanda dan gejala gagal jantung kiri. Peningkatan berat badan, edema tungkai bawah, hepato megali, dan peningkatan tekanan vena jugularis adalah tanda dan gejala gagal jantung kanan. Namun gejala dan tanda ini dapat pula terjadi pada wanita hamil normal. Biasanya terdapat riwayat penyakit jantung dari anamnesis atau dalam rekam medis. Perlu diawasi saat-saat berbahaya bagi penderita penyakit jantung yang hamil yaitu :
a. Antara minggu ke 12 dan 32. Terjadi perubahan hemodinamik, terutama minggu ke 28 dan 32, saat puncak perubahan dan kebutuhan jantung maksimum
b. Saat persalinan. Setiap kontraksi uterus meningkatkan jumlah darah ke dalam sirkulasi sistemik sebesar 15 – 20% dan ketika meneran pada partus kala ii, saat arus balik vena dihambat kembali ke jantung.
c. Setelah melahirkan bayi dan plasenta. Hilangnya pengaruh obstruksi uterus yang hamil menyebabkan masuknya darah secara tiba-tiba dari ekstremitas bawah dan sirkulasi uteroplasenta ke sirkulasi sistemik
d. 4-5 hari seetelah peralinan. Terjadi penurunan resistensi perifer dan emboli pulmonal dari thrombus iliofemoral.
Gagal jantung biasanya terjadi perlahan-lahan, diawali ronkhi yang menetap di dasar paru dan tidak hilang seteah menarik nafas dalam 2-3 kali.
Gejala dan tanda yang biasa ditemui adalah dispnea dan ortopnea yang berat atau progresif, paroxysmal nocturnal dyspnea, sinkop pada kerja, nyeri dada, batuk kronis, hemoptisis, jari tabuh, sianosis, edema persisten pada ekstremitas, peningkatan vena jugularis, bunyi jantung I yang keras atau sulit didengar, split bunyi jantung II, ejection click, late systolic click, opening snap, friction rub, bising sistolik derajat III atau IV, bising diastolic, dan cardio megali dengan heaving ventrikel kiri atau kanan yang difus.
• Pengaruh paada kehamilan dan
persalinan
Pengaruh Kehamilan dan Persalinan terhadap Penyakit Jantung
Pada kehamilan 32 – 36 minggu terjadi hipervolumia
Pada kala II, dimana wanita hamil mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja jantung berat.
Pada pasca persalinan dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir, sekarang masuk kedalam sirkulasi darah ibu.
Pada masa nifas, kemungkinan terjadi infeksi. ifikasi dan insiden
• Pencegahan
Selain pemeriksaan laboratorium rutin juga dilakukan pemeriksaan :
a. EKG untuk mengetahui kelainan irama dan gangguan konduksi, kardiomegali, tanda penyakit pericardium, iskemia, infark. Bisa ditemukan tanda-tanda aritmia.
b. Ekokardigrafi. Meteode yang aman, cepat dan terpercaya untuk mengetahu kelainan fungsi dan anatomi dari bilik, katup, dan peri kardium
c. Pemeriksaan Radiologi dihindari dalam kehamilan, namun jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberi perlindung diabdomen dan pelvis.
• Penanganan
Sebaiknya dilakukan dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau ahli jantung. Secara garis besar penatalksanaan mencakup mengurangi beban kerja jantung dengan tirah baring, menurunkan preload dengan deuretik, meningkatkan kontraktilitas jantung dengan digitalis, dan menurunkan after load dengan vasodilator.
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan klasifikasinya yaitu :
Kelas IØ
Tidak memerlukan pengobatan tambahan
Kelas IIØ
Umumnya tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus menghindari aktifitas yang berlebihan, terutama pada UK 28-32 minggu. Pasien dirawat bila keadaan memburuk. Kedua kelas ini dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan pervaginam, namun harus diawasi dengan ketat. Pasien harus tidur malam cukup 8-10 jam, istirahat baring minimal setengah jam setelah makan, membatasi masuknya cairan (75 mll/jam) diet tinggi protein, rendah garam dan membatasi kegiatan. Lakukan ANC dua minggu sekali dan seminggu sekali setelah 36 minggu. Rawat pasien di RS sejak 1 minggun sebelum waktu kelahiran. Lakukan persalinan pervaginam kecuali terdapat kontra indikasi obstetric. Metode anastesi terpilih adalah epidural. Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Lakukan pengawasan dengan ketat. Pengawasan kala I setiap 10-15 menit dan kala II setiap 10 menit. Bila terjadi takikardi, takipnea, sesak nafas (ancaman gagal jantung), berikan digitalis berupa suntikan sedilanid IV dengan dosis awal 0,8 mg, dapat diulang 1-2 kali dengan selang 1-2 jam. Selain itu dapat diberi oksigen, morfin (10-15 mg), dan diuretic. Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung. Bila berlangsung 20 menit dan ibu tidak dapat dilarang meneran akhiri dengan ekstraksi cunam atau vacum dengan segera. Tidak diperbolehkan memaki ergometrin karena kontraksi uterus yang bersifat tonik akan menyebabkan pengembalian darah ke sirkulasi sistemik dala jumlah besar. Rawat pasien sampai hari ke 14, mobilisasi bertahap dan pencegahan infeksi, bila fisik memungkinkan pasien dapat menyusui.
Kelas IIIØ
Dirawat di RS selam hamil terutama pada UK 28 minggu dapat diberikan diuretic.
Kelas IVØ
Harus dirawat di RS . Kedua kelas ini tidak boleh hamil karena resiko terlalu berat. Pertimbangkan abortus terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan pasien harus terus berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak harus dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis, dan diuretic biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.
Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan pervaginam lebih aman namun kala II harus diakhiri dengan cunam atau vacuum. Setelah kala III selesai, awasi dengan ketat, untuk menilai terjadinya decompensasi atau edema paru. Laktasi dilarang bagi pasien kelas III dan IV.
Operasi pada jantungn untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan sebelum hamil. Pada wanita hamil saat yang paling baik adalah trimester II namun berbahaya bagi bayinya karena setelah operasi harus diberikan obat anti pembekuan terus menerus dan akan menyebabkan bahaya perdarahan pada persalinannya. Obat terpilih adalah heparin secara SC, hati-hati memberikan obat tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung karena dapat menyebabkan edema paru atau iskemia miocard terutama pada kasus stenosis aorta atau mitral.
Pengaruh Kehamilan dan Persalinan terhadap Penyakit Jantung
Pada kehamilan 32 – 36 minggu terjadi hipervolumia
Pada kala II, dimana wanita hamil mengerahkan tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja jantung berat.
Pada pasca persalinan dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir, sekarang masuk kedalam sirkulasi darah ibu.
Pada masa nifas, kemungkinan terjadi infeksi. ifikasi dan insiden
• Pencegahan
Selain pemeriksaan laboratorium rutin juga dilakukan pemeriksaan :
a. EKG untuk mengetahui kelainan irama dan gangguan konduksi, kardiomegali, tanda penyakit pericardium, iskemia, infark. Bisa ditemukan tanda-tanda aritmia.
b. Ekokardigrafi. Meteode yang aman, cepat dan terpercaya untuk mengetahu kelainan fungsi dan anatomi dari bilik, katup, dan peri kardium
c. Pemeriksaan Radiologi dihindari dalam kehamilan, namun jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan memberi perlindung diabdomen dan pelvis.
• Penanganan
Sebaiknya dilakukan dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau ahli jantung. Secara garis besar penatalksanaan mencakup mengurangi beban kerja jantung dengan tirah baring, menurunkan preload dengan deuretik, meningkatkan kontraktilitas jantung dengan digitalis, dan menurunkan after load dengan vasodilator.
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan klasifikasinya yaitu :
Kelas IØ
Tidak memerlukan pengobatan tambahan
Kelas IIØ
Umumnya tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus menghindari aktifitas yang berlebihan, terutama pada UK 28-32 minggu. Pasien dirawat bila keadaan memburuk. Kedua kelas ini dapat meneruskan kehamilan sampai cukup bulan dan melahirkan pervaginam, namun harus diawasi dengan ketat. Pasien harus tidur malam cukup 8-10 jam, istirahat baring minimal setengah jam setelah makan, membatasi masuknya cairan (75 mll/jam) diet tinggi protein, rendah garam dan membatasi kegiatan. Lakukan ANC dua minggu sekali dan seminggu sekali setelah 36 minggu. Rawat pasien di RS sejak 1 minggun sebelum waktu kelahiran. Lakukan persalinan pervaginam kecuali terdapat kontra indikasi obstetric. Metode anastesi terpilih adalah epidural. Kala persalinan biasanya tidak berbahaya. Lakukan pengawasan dengan ketat. Pengawasan kala I setiap 10-15 menit dan kala II setiap 10 menit. Bila terjadi takikardi, takipnea, sesak nafas (ancaman gagal jantung), berikan digitalis berupa suntikan sedilanid IV dengan dosis awal 0,8 mg, dapat diulang 1-2 kali dengan selang 1-2 jam. Selain itu dapat diberi oksigen, morfin (10-15 mg), dan diuretic. Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung. Bila berlangsung 20 menit dan ibu tidak dapat dilarang meneran akhiri dengan ekstraksi cunam atau vacum dengan segera. Tidak diperbolehkan memaki ergometrin karena kontraksi uterus yang bersifat tonik akan menyebabkan pengembalian darah ke sirkulasi sistemik dala jumlah besar. Rawat pasien sampai hari ke 14, mobilisasi bertahap dan pencegahan infeksi, bila fisik memungkinkan pasien dapat menyusui.
Kelas IIIØ
Dirawat di RS selam hamil terutama pada UK 28 minggu dapat diberikan diuretic.
Kelas IVØ
Harus dirawat di RS . Kedua kelas ini tidak boleh hamil karena resiko terlalu berat. Pertimbangkan abortus terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan pasien harus terus berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak harus dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis, dan diuretic biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.
Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan pervaginam lebih aman namun kala II harus diakhiri dengan cunam atau vacuum. Setelah kala III selesai, awasi dengan ketat, untuk menilai terjadinya decompensasi atau edema paru. Laktasi dilarang bagi pasien kelas III dan IV.
Operasi pada jantungn untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan sebelum hamil. Pada wanita hamil saat yang paling baik adalah trimester II namun berbahaya bagi bayinya karena setelah operasi harus diberikan obat anti pembekuan terus menerus dan akan menyebabkan bahaya perdarahan pada persalinannya. Obat terpilih adalah heparin secara SC, hati-hati memberikan obat tokolitik pada pasien dengan penyakit jantung karena dapat menyebabkan edema paru atau iskemia miocard terutama pada kasus stenosis aorta atau mitral.
3. SISTEM PERNAPASAN
Pada umumnya penyakit paru-paru
tidak mempengaruhi kehamilan, persalinan dan nifas, walaupun kehamilan
menyebabkan sedikit perubahan pada system pernapasan, karena uterus yang
membesar dapat mendorong diafragma dan paru-paru keatas serta sisa-sisa udara
dalam paru-paru kurang, namun penyakit tersebut tidak selalu meenjadi lebih
parah. Ada 3 jenis penyakit paru-paru yang perlu perhatian dalam kehamilan
yaitu TBC, asma bronchial, pneumonia, bronchitis dan influenza.
1. TUBERKULOSIS PARU-PARU
Diagnosa
Dalam anamneses Ibu mengatakan pernah berobat penyakit paru-paru
Keluhan dan gejala-gejala :
Batuk menahun, batuk darah, dan kurus kering.
Pemeriksaan fisis-diagnostik :
Pada paru-paru dijumpai adanya
kelainan bunyi pernapasan.
Penanganan :
Ibu hamil dengan proses aktif,
hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita hamil lainnya.
Pengobatan harus selalu bekerja sama dengan ahli paru-paru
TBC paru-paru tidak
merupakan indikasi abortus buatan dan terminasi kehamilan
2. ASMA
Penyakit asma dan kehamilan
kadang-kadang bertambah berat. Dalam batas yang wajar asma tidak banyak
pengaruhnya terhadap persalinan. Penyakit asma yang berat dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan pertukaran o2
dan co2.
3. PENYAKIT PNEUMONIA
Penyakit radang paru-paru pneumonia
dapat terjadi dalam kehamilan , persalinan atau nifas. Pneumonia saat kehamilan
memberikan gejala panas badan tinggi, gangguan pernapasan mengganggu pertukaran
o2 dan co2 sehingga membahayakan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
sampai terjadi keguguran dan persalinan premature.
4. BRONCHITIS DAN INFLUENZA
Bronchitis dan influenza pada
kehamilan dijumpai ringan sehingga tidak membahayakan jiwa ibu maupun janin.
Dengan pengobatan biasa sebagian besar sembuh sehingga kehamilan dapat
berlangsungdengan baik.
4. SISTEM PENCERNAAN
• Definisi
Gangguan pencernaan wanita hamil disebabkan oleh gangguan hormon kehamilan, janin yang semakin membesar, dan memenuhi rongga perut anda, plus gaya hidup serta pola makan anda sebelum hamil. jadi jika sebelum hamil anda sudah memiliki masalah pencernaan, anda harus ekstra waspada sebab mungkin penyakit itu bertambah parah apabila gaya hidup anda tidak berubah.
Gangguan pencernaan wanita hamil disebabkan oleh gangguan hormon kehamilan, janin yang semakin membesar, dan memenuhi rongga perut anda, plus gaya hidup serta pola makan anda sebelum hamil. jadi jika sebelum hamil anda sudah memiliki masalah pencernaan, anda harus ekstra waspada sebab mungkin penyakit itu bertambah parah apabila gaya hidup anda tidak berubah.
1. Hipermesis :
• Definisi
Hipermesis atau mual dan muntah wajar dialami wanita di 12 minggu pertama kehamilannya karena perubahan hormon. Selama trisemester pertama anda dianjurkan untuk mengurangi porsi dan menambah frekuensi makan serta menghindari minuman berkarbonasi. Umumnya mual, atau muntah akan berakhir setelah melewati minggu ke-12 kehamilan.Namun jika mual atau muntah berlangsung lebih lama dan parah sampai anda menderita dehidrasi (hiperemesis gravidarum), Anda harus mewaspadainya sebab bayi didalam kandungan bisa ikut kekurangan cairan. Beberapa indikasi Hiperemesis lain mencakup :
Rendahnya kadar sodium, klorida, dan potasium dalam darah
Dalam beberapa kasus, detak jantung bisa lebih dari 100 detak / menit dan tekanan darah menurun.
Berat badan turun 5% dari berat badan sebelum hamil.
Ketidakseimbangan gizi dan metabolisme.
Tidak bisa beraktivitas normal.
• solusi
Solusinya bagi anda penderita hiperemesis parah, anda perlu mendapatkan penanganan langsung di rumah sakit, karena anda perlu diopname untuk mendapatkan cairan dan juga makanan melalui infus sebagai pengganti cairan tubuh atau nutrisi yang hilang. Dokter jaga akan memberi anda obat anti mual dan muntah, serta obat-obatan lain yang akan disesuaikan dengan tingkat keparahan hiperemesis anda. Berikut beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk mengurangi masalah ini :
Istirahat lebih panjang. Bila dokter menyarankan bed rest, lakukanlah meski anda tetap harus sedikit bergerak mengingat otot perlu peregangan.
Minumlah teh herbal, jahe, atau pepermint. banyaklah minum untuk menggantikan air yang hilang.
Terapi hipnosis. kendalikan keinginan muntah dengan hipnosis dan andapun bisa meneruskan terapi ini sampai persalinan tiba.
Jangan segera turun tempat tidur sewaktu bangun pagi tetapi makanlah biskuit dengan teh hangat. Makanan atau minuman hangat bisa meredakan badai di perut anda.
Hindari makanan berminyak dan berlemak seperti goreng-gorengan dan santan sebab dapat menimbulkan rasa mual dan ingin muntah.
• Definisi
Hipermesis atau mual dan muntah wajar dialami wanita di 12 minggu pertama kehamilannya karena perubahan hormon. Selama trisemester pertama anda dianjurkan untuk mengurangi porsi dan menambah frekuensi makan serta menghindari minuman berkarbonasi. Umumnya mual, atau muntah akan berakhir setelah melewati minggu ke-12 kehamilan.Namun jika mual atau muntah berlangsung lebih lama dan parah sampai anda menderita dehidrasi (hiperemesis gravidarum), Anda harus mewaspadainya sebab bayi didalam kandungan bisa ikut kekurangan cairan. Beberapa indikasi Hiperemesis lain mencakup :
Rendahnya kadar sodium, klorida, dan potasium dalam darah
Dalam beberapa kasus, detak jantung bisa lebih dari 100 detak / menit dan tekanan darah menurun.
Berat badan turun 5% dari berat badan sebelum hamil.
Ketidakseimbangan gizi dan metabolisme.
Tidak bisa beraktivitas normal.
• solusi
Solusinya bagi anda penderita hiperemesis parah, anda perlu mendapatkan penanganan langsung di rumah sakit, karena anda perlu diopname untuk mendapatkan cairan dan juga makanan melalui infus sebagai pengganti cairan tubuh atau nutrisi yang hilang. Dokter jaga akan memberi anda obat anti mual dan muntah, serta obat-obatan lain yang akan disesuaikan dengan tingkat keparahan hiperemesis anda. Berikut beberapa hal yang bisa anda lakukan untuk mengurangi masalah ini :
Istirahat lebih panjang. Bila dokter menyarankan bed rest, lakukanlah meski anda tetap harus sedikit bergerak mengingat otot perlu peregangan.
Minumlah teh herbal, jahe, atau pepermint. banyaklah minum untuk menggantikan air yang hilang.
Terapi hipnosis. kendalikan keinginan muntah dengan hipnosis dan andapun bisa meneruskan terapi ini sampai persalinan tiba.
Jangan segera turun tempat tidur sewaktu bangun pagi tetapi makanlah biskuit dengan teh hangat. Makanan atau minuman hangat bisa meredakan badai di perut anda.
Hindari makanan berminyak dan berlemak seperti goreng-gorengan dan santan sebab dapat menimbulkan rasa mual dan ingin muntah.
2. Konstipasi
• Definisi
Konstipasi adalah kondisi pencernaan dimana anda bisa buang air besar kurang dari tiga kali seminggu. Konstipasi adalah masalah umum yang dialami wanita hamil dan pasca melahirkan. Hormon kehamilan yang tinggi membuat pergerakan otot pada usus besar melambat. selain itu, janin yang makin besar akan menekan usus besar sehingga mengganggu aktivitas normalnya. Pasca melahirkan, konstipasi diakibatkan oleh episotomi (pengguntingan dan penjahitan kembali bibir vagina), atau pada persalinan caesar, yang mana usus besar lumpuh sementara karena pembiusan. Konstipasi memiliki berbagai gejala seperti sulit buang air besar, kembung, atau bentuk kotoran keras dan kecil-kecil. sebaiknya begitu anda merasakan ingin buang air besar,segeralah ke kamar mandi sebab menahan buang air besar akan membuat konstipasi semakin parah
• Solusi :
Jalan cepat selama 30 menit perhari dapat membuat usus besar anda menegang sehingga nada tidak merasa kembung
Minum setidaknya 10 gelas air putih perhari, karena selama kehamilan, jumlah air yang terserap dari pencernaan ke dalam darah meningkat.
Mintalah resep suplemenkalsium, setidaknya 200 mg per tablet dengan dosis 5-6 kali per hari dan multivitamin yang mengandung ekstra zat besi,folat, dan vitamin B kepada doter kandungan anda. Jika memungkinkan , konsumsilah folat sejak 3-6 bulan sebelum anda hamil.
memperbanyak konsumsi serat. pilih roti gandum utuh daripada ropi putih biasa. Tambahkan buah dan sayur dengan kulitnya pada menu anda. Pecahkan jadwal makan anda menjadi 5-6 kali makan porsi kecil kaya serat
Dalam beberapa kasus, pencahar diperlukan untuk kasus konstipasi yang berkelanjutan. dokter kandungan anda akan memberikan resep pencahar yang aman untuk menurunkan ketegangan di dinding usus serta melembutkan kotoran agar dapat keluar dengan mulus.
• Definisi
Konstipasi adalah kondisi pencernaan dimana anda bisa buang air besar kurang dari tiga kali seminggu. Konstipasi adalah masalah umum yang dialami wanita hamil dan pasca melahirkan. Hormon kehamilan yang tinggi membuat pergerakan otot pada usus besar melambat. selain itu, janin yang makin besar akan menekan usus besar sehingga mengganggu aktivitas normalnya. Pasca melahirkan, konstipasi diakibatkan oleh episotomi (pengguntingan dan penjahitan kembali bibir vagina), atau pada persalinan caesar, yang mana usus besar lumpuh sementara karena pembiusan. Konstipasi memiliki berbagai gejala seperti sulit buang air besar, kembung, atau bentuk kotoran keras dan kecil-kecil. sebaiknya begitu anda merasakan ingin buang air besar,segeralah ke kamar mandi sebab menahan buang air besar akan membuat konstipasi semakin parah
• Solusi :
Jalan cepat selama 30 menit perhari dapat membuat usus besar anda menegang sehingga nada tidak merasa kembung
Minum setidaknya 10 gelas air putih perhari, karena selama kehamilan, jumlah air yang terserap dari pencernaan ke dalam darah meningkat.
Mintalah resep suplemenkalsium, setidaknya 200 mg per tablet dengan dosis 5-6 kali per hari dan multivitamin yang mengandung ekstra zat besi,folat, dan vitamin B kepada doter kandungan anda. Jika memungkinkan , konsumsilah folat sejak 3-6 bulan sebelum anda hamil.
memperbanyak konsumsi serat. pilih roti gandum utuh daripada ropi putih biasa. Tambahkan buah dan sayur dengan kulitnya pada menu anda. Pecahkan jadwal makan anda menjadi 5-6 kali makan porsi kecil kaya serat
Dalam beberapa kasus, pencahar diperlukan untuk kasus konstipasi yang berkelanjutan. dokter kandungan anda akan memberikan resep pencahar yang aman untuk menurunkan ketegangan di dinding usus serta melembutkan kotoran agar dapat keluar dengan mulus.
3. Heartburn
• Definisi
Heartburn atau reflux adalah rasa panas di bagian ulu hati hingga ke kerongkongan karena asam lambung yang meningkat. Hal ini disebabkan oleh tingginya hormon progesteron pada kehamilan trsemester pertama. Bagi penderita sakit lambung (maag), perlu lebih waspada terhadap heartburn.
• Solusi:
Hindari makanan berlemak, gurih dan gorengan, serta hindaru juga kafein, rokok dan alkohol.
Kurangi konsumsi sayuran seperti kol, selada dan brokoli yang tinggi gula. meski sehat, sayur-sayuran itu akan meningkatkan jumlah asam di perut.
Tunggu satu jam setelah makan sebelum anda berbaring.
Jika anda sedang mengalami heartburn, konsumsi yoghurt atau segelas susu. anda bisa tambahkan sesendok madu ke dalam susu yang hangat.
Sebelum mengonsumsi obat atau menjalani perawatan untuk masalah fisik ataupun mental, anda perlu menimbang antara manfaat dan resiko. Obat-obatan memiliki manfaat menyembuhkan tetapi bisa jadi ada efek samping terhadap janin.Jadi, selalu konsultasikan kesehatan anda ke dokter kandungan sebelum mengonsumsi obat bebas sekalipun.
• Definisi
Heartburn atau reflux adalah rasa panas di bagian ulu hati hingga ke kerongkongan karena asam lambung yang meningkat. Hal ini disebabkan oleh tingginya hormon progesteron pada kehamilan trsemester pertama. Bagi penderita sakit lambung (maag), perlu lebih waspada terhadap heartburn.
• Solusi:
Hindari makanan berlemak, gurih dan gorengan, serta hindaru juga kafein, rokok dan alkohol.
Kurangi konsumsi sayuran seperti kol, selada dan brokoli yang tinggi gula. meski sehat, sayur-sayuran itu akan meningkatkan jumlah asam di perut.
Tunggu satu jam setelah makan sebelum anda berbaring.
Jika anda sedang mengalami heartburn, konsumsi yoghurt atau segelas susu. anda bisa tambahkan sesendok madu ke dalam susu yang hangat.
Sebelum mengonsumsi obat atau menjalani perawatan untuk masalah fisik ataupun mental, anda perlu menimbang antara manfaat dan resiko. Obat-obatan memiliki manfaat menyembuhkan tetapi bisa jadi ada efek samping terhadap janin.Jadi, selalu konsultasikan kesehatan anda ke dokter kandungan sebelum mengonsumsi obat bebas sekalipun.
4. Hernia hiatus
diafragmatika
Hernis histus diafragmatika ialah masuknya bagian atas lambung kedalam lubang diafragma. Kelainan ini seringdijumpai dalam kehamilan kira-kira 17 % terutama dalam kehamilan trisemester III dan sering pada multipara dalam usia lanjut. Kelainan ini akan sembuh sendiri, setelah anak lahir. Penderita mungkin mengeluh tentang ganguan pencernaan berupa pirosis,muntah, kadang-kdang hematisis, berat badan menurun atau kadang-kadang tak ada keluhan sama sekali. Kalau keluhan meningkat, mungkin ada hubungan dengan dua faktor yaitu wanita tersebut telah menderita hernia hiatus dan isi lambung yang bertambah besar, sedangkan kalau mengira gejala-gejala tersebut disebabkan oleh karena hamil biasa, sedang kalau diperiksa dengan foto rontgen mungkin dijumpai adanya hernia. Hernia hiatus jarang mengalami strangulasi hernia dalam kehamilan dan kalau ada biasanya penderita mengeluh sesak napas, sianotik, kadang-kadang dapat jatuh dalam syok.
Penanganannya adalah simptomatik, penderita ditidurkan setengah duduk, makanan diberikan dalam porsi kecil-kecil. Kalau hernia tersebut telah diketahui sebelum hamil, sebaiknya penderita tidak hamil, atau dilakukan operasi lebih dulu.
Hernis histus diafragmatika ialah masuknya bagian atas lambung kedalam lubang diafragma. Kelainan ini seringdijumpai dalam kehamilan kira-kira 17 % terutama dalam kehamilan trisemester III dan sering pada multipara dalam usia lanjut. Kelainan ini akan sembuh sendiri, setelah anak lahir. Penderita mungkin mengeluh tentang ganguan pencernaan berupa pirosis,muntah, kadang-kdang hematisis, berat badan menurun atau kadang-kadang tak ada keluhan sama sekali. Kalau keluhan meningkat, mungkin ada hubungan dengan dua faktor yaitu wanita tersebut telah menderita hernia hiatus dan isi lambung yang bertambah besar, sedangkan kalau mengira gejala-gejala tersebut disebabkan oleh karena hamil biasa, sedang kalau diperiksa dengan foto rontgen mungkin dijumpai adanya hernia. Hernia hiatus jarang mengalami strangulasi hernia dalam kehamilan dan kalau ada biasanya penderita mengeluh sesak napas, sianotik, kadang-kadang dapat jatuh dalam syok.
Penanganannya adalah simptomatik, penderita ditidurkan setengah duduk, makanan diberikan dalam porsi kecil-kecil. Kalau hernia tersebut telah diketahui sebelum hamil, sebaiknya penderita tidak hamil, atau dilakukan operasi lebih dulu.
5. Gastritis
Diagnosis gastritis sering dibuat dalam kehamilan muda, hanya atas dasar keluhan penderita, seperti mual, muntah-muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri didaerah epigastrium dan sebagainya. Dan setelah diperiksa dengan teliti ternyata penderita tidak menderita gastritis akan tetapi mungkin emesis (hiperemesis), pirosis, esofagitis. Penderita diobservasi dan ditentukan terapi konservatif seperti gastritis diluar kehamilan .
5. SISTEM HEMATOLOGI
a. Anemia
Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan sebagai
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama
kehamilan atau masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan
kehamilan, pada awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin
pada sebagian besar wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11g/dl atau
lebih. Atas alasan tersebut, Centers for disease control (1990) mendefinisikan
anemia sebagai kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan
ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada trimester kedua (Suheimi, 2007).
Wanita hamil berisiko menderita anemia dengan gejala cepat
lelah, nafas pendek, dan sering pusing. Gangguan ini bisa disebabkan karena
kekurangan zat besi. Pada masa kehamilan zat besi sangat diperlukan untuk
memproduksi sel-sel darah merah janin sehingga kebutuhan akan zat besi
bertambah dua kali lipat. Anemia pada wanita hamil juga bisa disebabkan oleh kekurangan
asam folat. Akibat kekurangan asam folat, janin bisa mengalami risiko kecacatan
otak dan sumsum tulang belakang. Anemia juga dapat meningkatkan risiko penyakit
infeksi setelah melahirkan. Pada kondisi ini wanita hamil disarankan untuk
mengatur nutrisi pada makanannya atau bila perlu mengkonsumsi suplemen zat besi
dan asam folat selama hamil.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi (Fe) untuk
eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah
hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan jenuh transferin
menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding Capacity/TIBC) meninggi
dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta ditempat yang lain sangat kurang
atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya
anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari
makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan
meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan,
dan masa penyembuhan dari penyakit.
b. Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan
Perubahan
hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi
yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi
pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang
aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan
volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron.
c. Etiologi
Anemia Pada Kehamilan
Etiologi anemia defisiensi besi pada
kehamilan, yaitu :
a)
Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.
b) Pertambahan
darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
c) Kurangnya
zat besi dalam makanan.
d) Kebutuhan
zat besi meningkat.
e) Gangguan
pencernaan dan absorbsi.
d. Gejala
Klinis
Wintrobe
mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat
bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya
yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala
penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi,
berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem
neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa.
Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin <>
e. Derajat
Anemia
Nilai ambang
batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada
criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal (≥11
gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl).
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu
hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan
tertinggi 14.00 mg/dl.
Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a. Hb 11 gr% :
Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr%
: Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%
: Anemia sedang
d. Hb <
style=""> :
Anemia berat.
f. Dampak
Anemia Defisiensi Zat Besi Pada Kehamilan
Anemia juga
menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup
mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal
meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering
dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita
yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.
Dampak anemia
pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya
gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur), gangguan
proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atonis), gangguan
pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress
kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas,
mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain)
g. Pengobatan
Anemia
Pengobatan
anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat
besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi
akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya
cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk
menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis
yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan
pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi
berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya
6. SISTEM PERKEMIHAN
Sistem perkemihan merupakan suatu
sistem dimana terjadi proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari
zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Infeksi saluran kemih adalah
bila pada pemeriksaan urin, ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000
per ml. Urin yang diperiksa harus bersih, segar dan dari aliran tengah atau
diambil denagn fungsi suprasimpisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari
10.000 per ml disebut dengan istilah bakteriuria.
Macam-macam
infeksi saluran kemih :
1)
BAKTERI URIA TANPA GEJALA (ASIMPTOMATIK)
Frekuensi bakteriuria tanpa gejala
kira-kira 2-10 %, dan dipengaruhi oleh paritas, ras, sosioekonomi wanita hamil
tersebut. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria
ini dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan premature,
gangguan pertumbuhan janin, dan preeclampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil
dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas dari
bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali. Pengobatan dapat
dilakukan dengan pemberian sulfonamide, ampisilin, atau nitrofurantoin.
2) BAKTERIURIA DENGAN GEJALA
(SIMPTOMATIK)
a. Sistitis
Sistitis adalah peradangan kandung
kemih tanpa disertai radang bagian atas saluran kemih. SIstitis ini sering
dijumpai dalam kehamilan dan nifas, penyebab utama adalah E. coli,dapat pula
oleh kuman-kuman yang lain.
o Faktor predisposisi
Uretra wanita yang pendek, sistokel,
adanya sisa air kemih yang tertinggal, disamping penggunaan kateter yang sering
dipakai dalam usaha mengeluarkan air kemih dalam pemeriksaan ginekologik atau
persalinan.
o Gejala-gejala
Kencing sakit terutama pada akhir berkemih
Meningkatnya frekuensi
berkemih dan kadang-kadang disertai nyeri di bagian atas simfisis
Perasaan ingin berkemih yang tidak dapat ditahan
Air kemih kadang-kadang tersa panas
Suhu badan mungkin normal atu meningkat
Nyeri di daerah suprasimfisis
o Pengobatan : Dapat diobati dengan sulfonamide,
ampisilin, eritromisin.
b. Pielonefritis akuta
Pielonefritis akuta merupakan salah
satu komplikasi yang sering dijumpai dalam kehamilan, dan frekuensinya
kira-kira 2%, terutama pada kehamilan terakhir dan permulaan masa
nifas.Penyebab utam adalah E.coli, dan dapat pula oleh kuman-kuman lain seperti
stafilokokkus aureus, baasillis proteus, dan pseudomonas aeruginosa.
o
Gejala-gejala
Penyakit biasa timbul mendadak
Wanita yang sebelumnya merasa sakit sedikit pada kandung kemih
Tiba-tiba menggigil
Badan panas
Rasa nyeri dipunggung terutama sebealh kanan
Nafsu makan berkurang, mual, muntah-muntah, dan kadang-kadang diare
o
Pengobatan
Penderita harus dirawat,
istirahat berbaring, dan diberikan cukup cairan dan antibiotika seperti
ampisilin atau sulfonamide, sampai tes kepekaan kuman ada, kamudian antibiotika
disesuaikan dengan hasiltes kepekaan tersebut.
c.
Glomerulonefritis akuta
Glomerulonefritis akuta jarang
dijumpai pada wanita hamil. Penyakit ini dapat timbul setiap saat dalam
kehamilan, dan pnderita nefritis dapat menjadi hamil.biasanya disebakan oleh
streptococcus beta -haemolyticus jenis A.glomerulonefritis akuta mmpunyai
pngaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi,terutama yang d sertai tkanan darah
yang sangat tinggi dan insufisiensi ginjal ,dapat menyebabkan abortus.partus
prematururus dan kematian janin.
o
Pengobatan
Istirahat baring sama dengan diluar kehamilan
Diet yang sempurna dan rendah garam,
Pengendalian hepertensi srta kesimbangan cairan dan elktrolit
d.
Glomeruloneferitis kronika
Ialah pnyakit yang sudah di derita
oleh ibu hamil beberapa tahun sebelumnya karena itu pada pemeriksaan khamilan
pertama dapat dijumpai proteinuria,sedimen yang tidak normal dan hepertensi.
o
Gejala-gejala
Terdapat proteinuria
Kelainan sedimen dan hipertensi
Edema di muka
Anemia
e.
Sindroma nefrotik
Sindroma nefrotik dahulu di kenal
dengan nama nefrosis ialah suatu kumpulan gejala yang terdiri atas udem
,proteinuria (> dari 5 gram sehari),hipoalbuminemia dan
hiperkolestrolmia.penyakit-penyakit yang dapat menyertai sindroma nefrotik
ialah glomerulo-nefritis kronika (paling sering),lupus eritematosus, diabetes
militus, amiloidosis, sifilis dan thrombosis vena renalis.
f. Gagal ginjal mendadak
Gagal ginjal mendadak dalam
kehamilan adalah komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas,karena
dapat menimbulkan kematian,atau kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh
lagi.pnderita yang mengalami gagal ginjal mendadak ini sring di jumpai pada
kehamilan muda 12-18 minggu,dan kehamilan yang telah cukup bulan.
o Gejala-gejala
Sepsis
adanya tanda-tanda oliguri mendadak dan asothemia
pembekuan darah intra paskuler
o Pengobatan
Penderita di beri infus atau trnfusi darah
Di perhatikan kesembangan elektrolit dan cairan
Lakukan hemodialisis bila ada tanda-tanda.
g.
Ginjal polikistik
Polikistik merupakan kelainan bawaan
(herditer).kehamilan umumnya tidak mmpengaruhi perkembangan pembentukan Ginjal
kista pada ginjal,begitu pula sebaliknya.akan tetapi bila fungsi ginjal kurang
baik ,maka kehamilan akan memperberat atau merusak fungsinya .sebaliknya wanita
yang telah mempunyai klainan sebaiknya tidak hamil karena kemungkinan timbul
komplikasi akibat kehamilan yang sangat tinggi.
h.
Tuberklosis ginjal
Jarang di jumpai wanita hamil dengan
tubrklosis ginjal ,walaupun dalam literatur di sebutkan ada.kehamilan akan
mmpengaruhi TBC ginjal trsebut bila tidak di obati.TBC pada ginjal dapat hamil
terus ,asal fungsi ginjalnya baik. Terapi TBC ginjal sama dengan trapi TBC
organ-organ lain. Untuk mmbuat diagnose TBC ginjal diperlukan pemeriksaan
laboratorium khusus.
i.Kehamilan
Pasca Nefrektomi
Pada pendrita yang mempunyai satu
ginjal karna kelainan congenital atau pasca nefrktomi, dapat atau boleh hamil
sampai aterm asal fungsi ginjalnya normal. Perlu pemeriksaan fungsi ginjal
sebelum hamil dan selama kehamilan serta diawasi dengan baik, karena
kemungkinan timbulnya infeksi saluran kemih. Persalinan dapat berlangsung
pervaginam kecuali dalam keadaan-keadaan tertentu.
j. Kehamilan Pasca Transplantasi Ginjal
Sampai akhir ini masih terdapat
laporan tentang kehamilan sampai cukup bulan, setelah wanita yang mengalami
transplantasi ginjal. Proknosisnya cukup baik, bila ginjal yang diimplantasikan
tersebut berasal dari donor yang hidup. Namun bila ginjal yang
ditransplantasikan tersbut berasal dari ginjal donor yang telah meninggal
(kadaver), maka kemungkinan akan terjadi kerusakan atau fungsi ginjal akan
memburuk setelah 1 tahun, sehingga pada wanita tersebut harus dilakukan
dialisis terus menerus untuk mempertahankan kehidupannya.Wanita yang
menginginkan hamil setelah dapat transplantasi ginjal, haruslah diawasi ketat
oleh Spesialis Obstetri dan Spesialis Penyakit Ginjal.
Adapun kriteria yang harus dipenuhi
oleh seorang wanita yang telah mendapat transplantasi ginjal, untuk
diperbolehkan hamil antara lain sbb:
1.
Kesehatan penderita dalam keadaan baik dalam waktu 1-2 tahun setelah mendapat
transplantasi ginjal.
2. tidak ada kontra indikasi
obstetri untuk hamil
3. Tidak ada proteinuria
4. Tidak ada tanda-tanda
penolakan graft
5.
Fungsi ginjal harus baik ,dngan hasil pmeriksaan laboratorium didapat kadar
kreattinin darah antara0,8-2 mg/ml
6.
Tidak ada tanda-tanda bendungan,yabg di buktikan dengan pemeriksaan urogram
7. Tidak ada tanda-tanda
hipertensi
8. Mendapat terapi
SOAL
1.
Seorang
wanita mengaku hamil 28 minggu dengan mengeluh sering batuk, kadang batuk
keluar darah, pusing, cepat lelah, mata berkunang-kunang, sakit dada, nafsu
makan menurun dan mengaku sering keluar keringat dingin pada malam hari. HPHT
01-08-2011, TP 08-05-2012. Ibu mengaku pernah mengidap penyakit TB paru,salah
satu keluarganya juga ada yang mengidap penyakit TB Paru.
Apa tindakan yang harus dilakukan bidan pada kasus tersebut?
a. Memberikan ibu penkes tentang
pencegahan penularan penyakitnya seperti menutup mulut pada saat batuk
b. Memberikan ibu dukungan secara terus
menerus misalnya dukungan emosional
c. Berikan ibu suntikan insulin
d. Memberitahu ibu tentang tanda dan
bahaya kehamilan
2.
Ibu
hamil datang mengaku hamil 28 minggu,anak pertama dan tidak pernah keguguran dengan keluhan sering kencing pada malam hari,
selalu merasa haus, dan selalu merasa lapar.
Apa diagnose yang tepat untuk kasus
diatas?
a. Ibu G1P0A0 hamil 28 minggu dengan
asma
b. Ibu G1P0A0 hamil 28 minggu dengan TB
paru
c. Ibu G1P0A0 hamil 28 minggu dengan jantung
d. Ibu G1P0A0 hamil 28 minggu dengan DM
3.
Seorang
wanita datang untuk memeriksakan kehamilan, HPHT 06-09-2012
TTP 13-06-2013. KU baik, adanya
pembengkakan pada ekstremitas tangan dan kaki. Ibu mengatakan selalu merasa
haus,sering kencing pada malam hari dan selalu merasa lapar. Apa tindakan yang
harus dilakukan oleh bidan untuk menegakkan diagnose terhadap kasus tersebut?
a. Memeriksa fisik ibu secara
keseluruhan
b. Pemeriksaan kadar gula urine ibu
c. Pemeriksaan EKG
d. Pemeriksaan foto rontgen
4.
Jika
seorang ibu hamil datang ke klinik bidan, setelah diperiksa keadaan umum ibu
kurang baik/lemas, kesadaran menurun, TD 100/50, nadi 85x/menit, respirasi
30x/menit, BB 48 kg, BB sebelum hamil 45kg. mulut bau, ada pembesaran kelenjar
thyroid di leher. Pada pemeriksaan auskultasi jantung lupdup, paru-paru
terdengar bunyi wheezing, ibu mengaku pernah mengidap penyakit TBC.
Tindakan apa yang sebaiknya
dilakukan oleh seorang bidan untuk menegakkan diagnose tersebut?
a. Melakukan pemeriksaan urine
b. Melakukan pemeriksaan sputum ibu
c. Melakukan pemeriksaan Hb
d. Melakukan pemeriksaan EKG
5.
Seorang
ibu datang ke klinik bidan, ibu mengaku hamil pertama dan belum pernah ada
keguguran, usia kehamilan ibu 28 minggu. Ibu mengatakan mengeluh nyeri pada
daerah simfisis pada saat berkemih, ibu juga mengatakan sering BAK tetapi
jumlahnya sedikit, air kencing terasa panas dan air kencing berwarna gelap.
Apa tindakan yang harus dilakukan
seorang bidan untuk menangani kasus tersebut?
a. Menganjurkan ibu untuk melakukan
pengobatan rawat jalan dan menganjurkan ibu untuk banyak minum dan melakukan
kunjungan ulang.
b. Menganjurkan ibu untuk untuk
melakukan teknik relaksai dengan cara beristirahat yang cukup.
c. Menganjurkan ibu untuk mengurangi
makanan yang berlemak dan makanan yang mengandung garam.
d. Mempersiapkan rujukan ke dokter
spesialis.
6.
Ibu
25 tahun datang ke klinik bidan pada tanggal 22-03-2013 pukul 10.00 wib. Ibu
mengaku hamil pertama dan tidak pernah keguguran . HPHT: 28-09-2012 TTP:
05-07-2013. Ibu mengeluh pusing mata berkunang-kunang, apalagi ketika bangun
dari duduk, nafsu makan berkurang dan ibu merasakan keluhan sejak minggu yang
lalu. Pada pemeriksaan fisik TD:90/60, nadi 85x/i, suhu 370C, RR
25x/i. wajah ibu terlihat pucat, mata konjungtiva anemis, dan pemeriksaan lab:
HB 9gr%.
Apakah diagnose ibu tersebut?
a. G1P0A0 hamil 24 minggu dengan anemia
sedang
b. G1P0A0 hamil 25 minggu dengan anemia
ringan
c. G1P0A0 hamil 24 minggu dengan anemia
ringan
d. G1P0A0 hamil 24 minggu dengan anemia
berat
7.
Ny.A
umur 30 tahun datang ke klinik bidan
dalam keadaan hamil, ibu mengatakan keluhan sering buang air kecil, selalu
merasa haus, merasa sering lapar, riwayat melahirkan bayi lebih dari 4kg,
riwayat DM dalam keluarga dan riwayat DM pada kehamilan.
Tindakan apa yang dilakukan oleh
bidan setelah mengetahui keluhan dari Ny.A?
a. Anjurkan ibu untuk ke dokter
b. Pemeriksaan kadar glukosa darah
c. Berikan vitamin
d. Lakukan opname
8.
Pada
ibu hamil yang mengalami penyakit jantung harus melakukan pengawasan antenatal
yang teratur pada jadwal yang ditentukan, ibu hamil dengan kehamilan 28-30
minggu datang ingin mendapat pengobatan khusus pada kelasnya.
apa tugas kita sebagai bidan?
a. Tidak memerlukan pengobatan tambahan
b. Membawa ibu ke rumah sakit
c. Kerjasama dengan ahli penyakit
kardiologi dan pengobatan khusus sesuai kelas penambahan penyakitnya pada kelas
III
d. Pengobatan dan dirawat di rumah
sakit
9.
Ny.B
28 tahun mengaku hamil anak kedua dengan hamil 26 minggu. Ibu mengeluh sesak
saat batuk, sering kelelahan, apabila
bernafas berbunyi. Ibu mengaku penderita asma sejak kecil.
apa yang kita lakukan sebagai bidan?
a. Menganjurkan ibu tidak merokok
b. Menganjurkan ibu untuk makan makanan
bergizi
c. Memberikan oksigen, menganjurkan ibu
tidur dengan posisi powler, menghindari factor resiko alergi dan menganjurkan
ibu memeriksakan diri ke dokter
d. Menganjurka ibu kunjungan ulang
10.
Seorang
ibu hamil datang ke klinik bidan, ibu mengaku usia kehamilan 24 minggu. Ibu
mengatakan mengeluh kepala sering pusing, lelah, lesu, lemah dan setelah di
periksa oleh bidan konjungtiva ibu pucat dan Hb 8gr%.
Obat-obatan seperti apa yang di
berikan sebagai seorang bidan?
a. Metronidazole dengan dosis 3x1
b. Tablet Fe dengan dosis 1x1
c. Berikan ibu suntikan insulin
d. Lactase dengan dosis 2x1
KUNCI JAWABAN
1. A
2. D
3. B
4. B
5. A
6. C
7. B
8. C
9. C
10. B
REFERENSI
Sukris,Adi.2011.Asuhan
Kebidanan IV.Jakarta: Trans Info Media
https://www.google.com/search?q=penyakit yang menyertai
kehamilan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar